OLEH: Syaikh Dr. Hatim Al-Auni
النصب هو : وهو بغض آل بيت النبوة ,
ومنه ظاهر ، وخفي .فمن النصب ما يكون نصبا وإن ادعى الناصبي حبهم :
كالمنازعة في فضائلهم الثابتة ، بلا حجة معتبرة ، فهذا هو النصب الخفي
وهو كثير في المنتسبين لأهل السنة للأسف الشديد : بسبب الجهل ، وبسبب مغايظة الشيعة ، وبسبب حظوظ النفس والحسد
Pemikiran nawashib adalah sebuah pemikiran yang membenci Ahlul Bait Nabi SAW. Pemikiran ini ada yang tampak dan ada yang tersembunyi. Termasuk nawashib seseorang yang membenci Ahlul Bait meskipun ia mengaku mencintai mereka, seperti menolak keutamaan mereka yang telah ditetapkan (syariat) tanpa alasan yang dapat diterima. Inilah pemikiran nawashib yang tersembunyi.
Dan sungguh disayangkan fenomena ini banyak terjadi di kalangan pengikut Ahlus Sunnah. Hal itu karena kebodohan, KEBENCIAN BERLEBIHAN TERHADAP AHLULBAIT, kepentingan pribadi dan kedengkian dalam hati.
ومن مظاهره : ـ
١- إنكار أنهم هم المقصودون في الصلاة
الإبراهيمية ( اللهم صل على محمد وعلى آل محمد ) . ويتجاهلون دلالة (الآل)
لغة وشرعا ، ويتجاهلون التفسير النبوي لها في الرواية الأخرى التي في
الصحيحين ( اللهم صل على محمد وعلى أزواجه وذريته كما صليت على آل إبراهيم
)ـ
Diantara bentuk-bentuk pemikiran nawashib tersembunyi ini adalah:
1. Mengingkari bahwa ahlul bait adalah kelompok yang dimaksudkan dalam shalawat Ibrahimiyah (shalawat yang biasa dibaca dalam tasyahud akhir, Penj.) (اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ )
“Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.” Mereka pura-pura tidak memahami maksud dari kata (آل) baik secara bahasa maupun istilah syariat. Mereka pura-pura tidak mengetahui tafsir Nabi SAW terhadap kalimat tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam riwayat lain yang disebutkan dalam kitab Shahihain (Bukhari dan Muslim):
(اَللهُمّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ )
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad, kepada para isteri dan keturunannya, sebagaimana Engkau melimpahkan shalawat kepada keluarga Ibrahim.”
٢ – وادعاء أن المقصود بالآل من ذريته صلى
الله عليه وسلم هم أحفاده المباشرون ، وهما الحسن والحسين رضي الله عنهما ،
خلافا لإجماع العلماء في شمولهم بأحكام التكريم إلى قيام الساعة ، بدءا
بتحريم الزكاة وانتهاء بالتكريم ، ومازال أئمة السنة كالإمام أحمد وغيره
يعظمون آل البيت في زمنهم ، ولم يقل أحد منهم إن تلك الأحكام خاصة بالحسنين
رضي الله عنهما .ـ
كما أن ذلك التقييد للذرية والآل تقييد لا
دليل عليه ، وهو مخالف لإطلاق النصوص ، ولذلك لم يقيده أحد من أهل العلم
بذلك ؛ إلا أصحاب النصب الخفي !ـ
وهؤلاء آل إبراهيم عليه السلام الذين ندعو
أن يقبل الله منا دعاءنا بالصلاة والبركات لآل محمد وذريته (صلى الله عليهم
وسلم) كما قبلها فيهم ، لم يكن المقصود بهم الأحفاد المباشرين لإبراهيم
عليه السلام ، بل المقصود بهم ذريته الطيبة المباركة التي استمرت النبوة
فيها لآلاف السنين بعد الخليل عليه السلام .ـ
2. Menganggap bahwa maksud kata “keluarga” (آل) yang merupakan bagian dari keluarga Nabi SAW adalah hanya cucu beliau langsung, yaitu Hasan dan Husein –radhiyallahu anhuma–. Ini menyelisihi ijmak (kesepakatan mutlak) ulama tentang ketercakupan seluruh keturunan dalam hukum-hukum khusus untuk mereka hingga hari kiamat, mulai dari hukum keharaman zakat sampai kewajiban penghormatan. Para ulama Ahlus Sunnah –seperti Imam Ahmad—senantiasa memuliakan Ahlul Bait di zaman mereka. Dan tidak ada seorang pun diantara mereka yang mengatakan bahwa hukum tersebut hanya khusus bagi Hasan dan Husein radhiyallahu anhuma.
Begitu pula, pembatasan makna “keluarga” dan “Ahlul Bait” ini merupakan pembatasan yang tidak memiliki dalil dan bertentangan dengan keluasaan (kemutlakan) makna dalam teks syariat tersebut. Oleh karena itulah, tidak ada seorang ulama pun yang membatasi kata itu kecuali para pengikut nawashib tersembunyi !
Keluarga Nabi Ibrahim AS ( آل إبراهيم) –yang kita berdoa kepada Allah agar menerima doa kita untuk mereka berkat shalawat dan keberkahan yang kita doakan juga untuk keluarga Nabi Muhammad SAW–, tidak dimaksudkan cucu langsung dari Ibrahim AS. Tetapi maksudnya adalah seluruh keturunan beliau yang baik dan penuh keberkahan dimana kenabian terus mengalir dalam silsilah keluarga ini selama beribu-ribu tahun setelah wafatnya Khalilullah (Ibrahim) AS.
٣- عدم تقرير أي فعل يخصهم يدل على المحبة والتكريم اللذين يدعي أهل النصب الخفي أنهم يقرون بهما ! ـ
فصار هؤلاء النواصب المتخفّون بالنصب مرجئة
في حب آل البيت ! إذ جعلوا محبتهم عملا قلبيا لا يظهر له أي أثر على
الجوارح ! وعندهم حب آل البيت لا يزيد ولا ينقص !! ولا يتفاضل الناس فيه
!!! ما دام أنه المعرفة فقط !! ـ
3. Tidak ada suatu perbuatan khusus dari para pengikut nawashib tersembunyi yang menandakan kecintaan dan pemuliaan mereka terhadap Ahlul Bait seperti yang mereka klaim dan akui.
Dengan ini, maka para pengikut nawashib tersembunyi yang menyembunyikan sifat kenawashiban mereka menjadi kelompok murjiah (yang menunggu keputusan Allah) dalam kecintaan terhadap Ahlul Bait! Karena mereka menjadikan kecintaan yang mereka dakwakan tersebut sebagai perbuatan hati yang tidak memiliki pengaruh atau bekas apapun dalam perbuatan anggota badan! Bagi mereka kecintaan terhadap Ahlul Bait tidak bertambah dan tidak berkurang !! Menurut mereka, manusia tidak berbeda-beda tingkatan kecintaannya terhadap Ahlul Bait !! Karena kecintaan itu cuma sekedar pengetahuan saja !!
٤- محاولة تضعيف الأحاديث الثابتة في فضلهم ، أو التشكيك في قوة بعضها عند العجز عن التضعيف.ـ
– كحديث ( الحسن والحسين سيدا شباب أهل
الجنة ) ، وهو حديث صحيح صححه جماعة كبيرة من أهل العلم كالإمام أحمد (
وأنكر على من قالوا : ليس بصحيح ) ، والترمذي والنسائي (بإخراجه دون إعلال)
وابن حبان والحاكم وشيخ الإسلام ابن تيمية . بل وصفه بالتواتر جماعة من
أهل العلم كالسيوطي والزبيدي والكتاني في كتبهم عن الأحاديث المتواترة .ـ
ثم يأتي شخص ويزعم تضعيفه ، وآخر ويزعم بجهلٍ أنه حسن !ـ
4. Berusaha mendhaifkan hadis-hadis mengenai keutamaan Ahlul Bait, atau meragukan kekuatannya ketika tidak mampu untuk menghukumi lemah atas hadis tersebut.
Seperti hadits:
اَلْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Hasan dan Husein adalah pemuka para pemuda penduduk surga.”Hadits ini adalah hadits shahih yang dishahihkan oleh sejumlah besar dari ulama, seperti Imam Ahmad, bahkan beliau mengingkari orang yang menyatakan bahwa hadits itu tidak shahih. Juga dishahihkan oleh Tirmidzi, Nasa’i (karena ia meriwayatkannya tanpa menyebutkan adanya illah pada hadits tersebut), Ibnu Hibban, Hakim dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Bahkan sebagian ulama menyebutnya sebagai hadits mutawatir seperti Suyuthi, Zubaidi dan Kittani dalam kitab-kitab mereka mengenai hadits mutawatir.
Lalu, tiba-tiba ada seseorang menganggap bahwa hadits itu dhaif (lemah) atau ada yang menganggap hadits hasan karena kebodohannya !
– وكحديث عبدالله بن بريدة , عن أبيه
بُرَيدَةَ بن الحصيب (رضي الله عنه) قال : خطَبَنَا رسول اللّهِ صلى الله
عليه وسلم ، فَأَقبَلَ الحَسَنُ وَالحُسَيْنُ رضي الله عنهما ، عَلَيهِمَا
قمِيصَانِ أَحمَرَانِ ، يَعثُرَانِ ويَقُومَانِ . فنَزَلَ ، فأَخَذَهُمَا ،
فصَعِدَ بِهِما المِنْبَرَ ، ثمَّ قال : صدَقَ الله { ﺇِﻧَّﻤَﺎ
ﺃَﻣْﻮَﺍﻟُﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻭْﻻﺩُﻛُﻢْ ﻓِﺘْﻨَﺔٌ } ، رأيت هذين فلم أَصبِرْ , ثمَّ
أخَذَ في الخُطْبَةِ .ـ
وهو حديث صححه النسائي (بإخراجه دون إعلال) ,
وصححه أيضًا : ابن خزيمة ، وابن حبان ، والحاكم ، وقال الإمام النووي :
على شرط مسلم ، وصححه الإمام الذهبي في ترجمة الحسين (رضي الله عنه) في
تاريخ الإسلام ، وحسنه الترمذي (وتحسينه لا يعارض التصحيح ، كما بين ذلك
ابن رجب في شرح العلل) ، وعده الإمام العراقي في المروي بأصح الأسانيد في
كتابه (التقريب) !ـ
Juga hadits Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya Buraidah bin al-Hashib RA, ia berkata: “Rasulullah SAW sedang berkhutbah di hadapan kami lalu tiba-tiba datang Hasan dan Husein –radhiyallahu ‘anhuma–. Keduanya memakai dua baju berwarna merah. Mereka berjalan terkadang jatuh lalu bangun lagi. Maka beliau turun dari mimbarnya lalu mengambil keduanya dan membawanya ke atas mimbar. Beliau berkata: “Sungguh Maha Benar Allah dengan firman-Nya: (ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺃَﻣْﻮَﺍﻟُﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻭْﻻﺩُﻛُﻢْ ﻓِﺘْﻨَﺔٌ ) “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu).” “Aku melihat mereka berdua dan menjadi tidak sabar.” Lalu beliau melanjutkan khutbahnya.
Hadits ini dishahihkan oleh Nasa`i karena ia meriwayatkan tanpa menyebutkan illah di dalamnya. Juga dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Hakim. Imam Nawawi bekata: “Sesuai syarat Imam Muslim.” Dishahihkan pula oleh Dzahabi dalam biografi Husein RA dalam kitabnya Tarikh al-Islâm. Hadits ini dihasankan oleh Tirmidzi. Penghukuman hasan ini tidak bertentangan dengan pentashihan hadits tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Rajab dalam kitab Syarah al-‘Ilal. Sementara Imam al-‘Iraqi menyebutnya dalam kitab at-Taqrîb sebagai hadits dengan sanad paling shahih.
ثم يأتي شخص ويضعفه بحجة عدم سمع عبدالله بن
بريدة من أبيه ، وما علم أنه قد صرح بالسماع منه في أسانيد صحيحة ، وأن
قرائن سماعه من أبيه في غاية القوة ، وأن الإمام أحمد الذي يعتمد عليه هذا
الباحث في نفي السماع هو نفسه قد أثبت سماع عبدالله بن بريدة من أبيه في
رواية أخرى عنه ، موافقا بذلك بقية الأئمة الذي أثبتوا السماع . لكن حب
تضعيف فضائل آل البيت , لمغايظة الشيعة بذلك توقع في هذه الصورة من صور
النصب الخفي !ـ
Lalu datang seseorang dan mendhaifkan hadits itu dengan alasan bahwa
Abdullah bin Buraidah tidak mendengarnya dari ayahnya. Ia tidak tahu
bahwa Abdullah telah menegaskan dalam riwayat-riwayat shahih bahwa ia
mendengarnya secara langsung. Bukti-bukti pendengaran dari ayahnya itu
sangat kuat. Sementara, Imam Ahmad yang dijadikan pegangan penulis ini
dalam menafikan pendengaran tersebut telah mengakui pendengaran Abdullah
bin Buraidah dari ayahnya dalam riwayat lain sehingga sesuai dengan
pendapat para imam lain yang menetepkan pendengaran tersebut.Tetapi kesenangan mereka dalam mendhaifkan hadits-hadits keutamaan Ahlul Bait karena kebencian terhadap Syiah telah menjerumuskan mereka dalam salah satu bentuk pemikiran nawashib tersembunyi !
٥- الفرح بزلة الرجل من آل البيت والحزن من ارتفاع قدره.ـ
٦- ذكر أبي لهب كلما ذُكر آل البيت ، وأنه
مع كونه عم النبي صلى الله عليه وسلم فقد نزلت فيه سورة تذكره في أهل
الجحيم ، وتسوية هذا الكافر بالمسلمين من آل البيت ، وتسوية عدم انتفاع
الكافر من آل البيت بالشفاعة النبوية بالمسلم منهم ! وما في هذا من الجهل
والبغي !!ـ
5. Gembira dengan kesalahan yang dilakukan oleh seorang Ahlul Bait dan tidak senang dengan ketinggian derajat mereka.
6. Menyebut Abu Lahab setiap kali disebut Ahlul Bait. Mereka menyatakan bahwa meskipun ia adalah paman Nabi SAW tetapi telah diturunkan surah yang menyebutkan bahwa ia termasuk penduduk neraka. Dan menyamakan antara ketidakgunaan syafaat Nabi SAW bagi orang kafir dengan ketidakgunaan syafaat itu bagi Ahlul Bait yang muslim !! Tidaklah ucapan ini kecuali karena kebodohan dan kelancangan mereka !!
7- وإنكار فضائلهم في الخفاء وإظهارها في
العلن : حتى لا يُقال : ناصبي . وعلامة هؤلاء : أنه كلما أورد عليهم أحد
شيئا من فضائل آل البيت وشيئا من كلام أئمة السنة في إكرامهم ومحبتهم ، تلا
قول الله تعالى { إن أكرمكم عند الله أتقاكم} وذكّر بحديث النبي صلى الله
عليه وسلم (( لا فضل لعربي على عجمي إلا بالتقوى)) , وأمثالهما ، دون أن
يكلف نفسه أن يحاول فهم هذين النصين وأمثالهما مع نصوص فضائل آل البيت
الثابتة , ولا أن يفسر معنى إجماع أهل السنة على إثبات فضلهم واستحقاقهم
المحبة والتكريم مع علم أئمة السنة بهذين النصين (وقد بينت ذلك في مقالي :
مشروعية التلقب بالشريف) . بل يضرب النصوص بعضها ببعض ، ويكذب بعضها ببعض ،
ويخالف أئمة السنة الذين يزعم الانتساب إليهم ، بإنكاره فضائلهم .ـ
7. Mengingkari keutamaan mereka ketika sendiri dan menampakkannya ketika di hadapan orang agar tidak disebut sebagai pengikut nawashib. Diantara tanda orang-orang seperti ini adalah setiap kali ada yang menyebutkan di hadapan mereka suatu dalil tentang keutamaan Ahlul Bait atau perkataan ulama yang memuliakan dan menyintai mereka, maka orang tersebut akan membaca ayat: ( إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ ) “Sesungguhnya orang yang paling bertakwa diantara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” Ia juga akan menyebutkan hadits Nabi SAW: (لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ إِلاَّ بِالتَّقْوَى ) “Tidak ada keutamaan orang Arab atas orang non Arab kecuali dengan takwa.” Dan dalil-dalil lain sejenis. Tanpa berusaha untuk memahami dua teks dalil ini dan lainnya dengan teks-teks shahih yang menjelaskan keutamaan Ahlul Bait. Dan tidak mencoba memahami makna ijmak (kesepakatan) Ahlus Sunnah mengenai keutamaan mereka serta kewajiban mencintai dan memuliakan mereka dengan pemahaman para ulama sunnah atas dua teks tersebut. (Saya telah menjelaskan hal itu dalam tulisan saya “Kebolehan Penggunaan Gelar Syarif”). Tetapi, orang itu malah saling membenturkan antara satu dalil dengan yang lain dan menjatuhkan satu dalil dengan yang lain. Ia menyalahi para ulama sunnah yang ia menisbatkan diri kepada mereka dengan pengingkaran keutamaan Ahlul Bait tersebut.
8- المبالغة في ذكر فضائل خصوم آل البيت , والغلو في الثناء على بني أمية .ـ
ومن ذلك فصل طويل من الأحاديث الموضوعات
والواهيات في فضل معاوية رضي الله عنه , أورده ابن الجوزي في كتابيه
الموضوعات والعلل الواهيات .ـ
كحديث : ((جاء جبريل إلى النبي بورقة آس أخضر ، مكتوب عليها : لا إله إلا الله ، محمد رسول الله ، حب معاوية فرض على عبادي ))ـ
8. Berlebihan dalam menyebutkan keutamaan para musuh Ahlul Bait dan berlebihan dalam memuji keluarga Bani Umayyah.
Diantaranya adalah sejumlah besar dari hadits-hadits maudhu dan sangat lemah mengenai keutamaan Muawiyah RA yang disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam dua kitab beliau al-Maudhû’ât dan al-‘Ilal al-Wâhiyât.
Seperti hadits: “Jibril datang kepada Nabi SAW dengan kertas hijau berisi kalimat penghibur untuk beliau yang tertulis di dalamnya: Tiada tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah. Menyintai Muawiyah adalah wajib bagi hambaku.”
بل تجاوز الأمر معاوية رضي الله عنه إلى
ابنه يزيد (الذي قال عنه الإمام أحمد : وهل يحب يزيد أحد يؤمن بالله واليوم
الآخر) ، فصنفوا في فضائله ودافعوا عنه , حتى كأنه حاكم صالح وإمام عدل
!!ـ
وقد أشار إلى هذا النصب الخفي الإمام أحمد
في قصة ذكرها عبدالله بن الإمام أحمد : أنه مَرَّ وهو صغير مع أبيه بجامع
الرُّصافة في بغداد ، وعنده خدمٌ معهم طاسات ، يسقون الناس من طيّب الشراب
وبارده ، وهم يقولون للناس: اشربوا على حُبّ معاوية بن أبي سفيان! فسأل
عبدالله أباه: يا أبة ، من معاوية ؟ فقال الإمام أحمد: «هؤلاء قومٌ أبغضوا
رجلاً لم يكن لهم إلى الطعن إليه سبيل، فأحبّوا أعداءه» !ـ
Bahkan, hal itu tidak saja terbatas pada Muawiyah melainkan sampai
kepada anaknya, yaitu Yazid, yang dikatakan oleh Imam Ahmad: “Apakah ada
orang beriman kepada Allah dan hari akhir akan menyintai Yazid?”.
Mereka menulis buku-buku yang berisi keutamaannya dan pembelaan atasnya.
Sehingga ia digambarkan seperti seorang penguasa yang saleh dan
pemimpin yang adil !!Pemikiran nawashib tersembunyi ini pernah disinggung oleh Imam Ahmad dalam sebuah kisah yang disebutkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad. Suatu hari, ketika masih kecil, ia berjalan bersama ayahnya melewati masjid Rushafah di Baghdad. Di masjid itu ada beberapa orang pelayan yang membawa banyak cangkir untuk memberi minum orang-orang dari minuman yang enak dan dingin. Mereka berkata kepada orang-orang yang minum: “Minumlah dengan kecintaan atas Muawiyah bin Abi Sufyan.” Maka Abdullah pun bertanya kepada ayahnya: “Wahai ayahku, siapakah Muawiyah itu?” Imam Ahmad menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang membenci seseorang tapi tidak memiliki cara untuk mencelanya maka terpaksa menyintai musuhnya.”
الشريف حاتم بن عارف العوني
Asy-Syarif Hatim al-Auni
Sumber : http://ahmadghozali.com
abdkadiralhamid@2016
0 Response to "PEMIKIRAN NAWASHIB TERSEMBUNYI"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip