//

HIKAM ALHADDAD

HIKAM ALHADDAD

A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillahir rahmaanir rahiim.Alhamdulillahi robbil ‘alaamin
Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.

Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.

[Al-Fushul al-Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hukmiyyah, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad ra]


Mukadimah

Maha Suci Engkau ya Allah, tiada kami mampu mencakup bilang­an puji-pujian untuk-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu. Maha Suci Engkau, tiada kami memiliki pengetahuan kecuali yang Kau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Segala puji bagi Allah Yang paling Pengasih dari semua pengasih; Yang paling Bijaksana dari semua yang bijak; Yang paling sempuma ciptaan-Nya dari semua pencipta; Pemberi rezeki paling utama di atas semua pemberi; Yang ilmu-Nya meliputi segalanya; Yang perhitungan-Nya paling mencakup apa saja.

Tidakkah Dia mengetahui rahasia siapa yang Dia ciptakan? Sungguh, Dia Maha Meliputi lagi Maha Mengetahui.
(QS Al-Mulk [67]:14)

Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan; Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin dan Dia tahu segala sesuatu.
(QS Al-Hadid [57]: 2 dan 3)

Singgasana-Nya meliputi langit dan bumi; dan Dia tiada merasa letih memelihara keduanya, karena Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.
(QS Al-Baqarah [2]: 255)

Aku menujukan puji-pujian kepada-Nya atas segala yang diajarkan dan diilhamkan-Nya, atas taufik-Nya yang membuat kita mampu berbicara dan memahami, dan atas segala rahmat dan karunia-Nya.

Rahmat apa pun yang dikaruniakan Allah kepada manusia, tiada yang dapat menahannya, dan apa pun yang ditahan-Nya, tiada yang dapat melepaskannya sesudah itu. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
(QS Fathir [35]:2)

Sholawat dan salam bagi Sayyidina dan Maulana Muhammad SAW yang telah diutus Allah untuk membawakan rohmat bagi seluruh alam semesta, yang dengannya Dia mengakhiri rangkaian para nabi serta menjadikannya penghulu segenap Rosul; demikian pula bagi keluarga dan sahabat beliau serta para tabi'in yang mengikuti mereka dengan ihsan sampai hari kiamat.

Amma’ Ba'du.

Dalam halaman-halaman ini, kami catatkan "beberapa bab ilmu dan pokok hikmah" yang ada kalanya melintas dalam pikiran ketika menyampaikan syarahan, pengajian, hasil renungan dan pelajaran, yang sering kali dibutuhkan dan menjadi andalan setiap ‘alim yang tulus beribadah atau murid yang ber-suluk di jalan hikmah.

Kami tidak menyusunnya sebagaimana lazimnya buku-buku yang tersusun rapi, dalam memerhatikan sistematika dan ke­sinambungan pasal-pasalnya atau menjadikan pasal yang satu sebagai mukadimah bagi pasal sesudahnya dan penyempurna bagi yang sebelumnya. Hal ini disebabkan, seperti yang telah kami sebutkan, pasal-pasal ini berupa pikiran-pikiran yang melintas dan muncul di sela-sela penyampaian pengajian dan wejangan dalam berbagai kesempatan yang berlainan yang kadang-kadang masanya agak berjauhan antara satu dan lainnya. Itulah sebab­nya, Anda akan melihat bahwa setiap pasal seakan-akan berdiri sendiri, tak ada kaitannya yang nyata antara yang sebelum dan sesudahnya.

Demikianlah bagian terbesar darinya; dan jika ada pengecualian, hal itu karena keadaan yang khusus. Pasal-pasal ini mencakup persoalan-persoalan yang komprehensif dan hikmah-hikrnah dalam garis besamya sehingga seorang ilmu­wan (dalam bidang agama), apabila ingin, dengan mudah dapat memperluas dan me­nukik ke kedalaman tiap pasalnya menjadi bukti tersendiri dengan membagi-bagi dan memerinci detail-detailnya. Tentunya hal ini dengan mudah dapat dicapai oleh orang-orang yang berilmu dan terbuka mata-hatinya, yang arif dan berjiwa cerah lagi sadar, serta dikaruniai hikmah.

….barang siapa diberi-Nya hikmat, sungguh kepadanya telah diberikan kebaikan melimpah. Namun, tiada yang mengambil per­ingatan kecuali yang tergolong ulul-albab.
(QS Al-Baqarah [2]: 269)

Tadinya ketika mulai mencatat pasal-pasal ini, kami ber­maksud tidak menerbitkannya sebelum mencapai empat puluh pasal. Namun, waktu terus berjalan dan jumlah tersebut belum juga tercapai. Kemudian, beberapa kawan yang tulus, yang men­dengar karya kami ini, meminta agar diizinkan membuat turun­annya serta mempelajarinya. Keinginan itu telah menggerakkan hati kami untuk menyempurnakannya dengan harapan dapat bermanfaat bag semua pihak, dan dengan menyadari bahwa setiap amal bergantung pada niat yang menyertainya, dan bahwa bagi setiap orang pahala sesuai dengan niatnya itu.

Pada waktu itu, seluruh pasalnya baru berjumlah dua puluh. Oleh sebab itu, akan kami tambah dengan yang sesuai dengannya dan yang termasuk dalam lingkungannya, insya Allah.

Kini, tibalah saatnya untuk memulai dengan mengharapkan pertolongan Allah; sesungguhnya tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan perkenan Allah Swt. Dan cukuplah Allah bagi kita. Dialah sebaik-baik penolong; tiada taufik kecuali yang di­karuniakan Allah SWT. Kepada-Nyalah aku bertawakal dan ke­pada-Nyalah aku kembali.

Subhaanaka-llaahumma wa bihamdika, Asyhadu an-laailaahailla anta, Astaghfiruka wa atuubu ilaika...



Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.


[Al-Fushul al-Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hukmiyyah, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad.ra]


Sekilas Biografi Al-Imam Abdullah Al-Hadad (Shohibur Ratib)


Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad, lahir hari Rabu, Malam Kamis tanggal 5 Bulan Syafar 1044 H di Desa Sabir di Kota Tarim, wilayah Hadhromaut, Negeri Yaman.


Nasab

Beliau adalah seorang Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwy bin Ahmad bin Abu Bakar Al–Thowil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrohman bin Alwy bin Muhammad Shôhib Mirbath bin Ali Khôli’ Qosam bin Alwi bin Muhammad Shôhib Shouma’ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Muhâjir Ilallôh Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqîb bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Jakfar Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam As-Sibth Al-Husein bin Al-Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib suami Az-Zahro Fathimah Al-Batul binti Rosulullah Muhammad SAW.


Orang-tuanya

Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad, Ayah Syaikh Abdullah Al-Haddad dikenal sebagai seorang yang saleh. Lahir dan tumbuh di kota Tarim, Sayyid Alwy, sejak kecil berada di bawah asuhan ibunya Syarifah Salwa, yang dikenal sebagai wanita ahli ma’rifah dan wilayah. Bahkan Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad sendiri banyak meriwayatkan kekeramatannya. Kakek Al-Haddad dari sisi ibunya ialah Syaikh Umar bin Ahmad Al-Manfar Ba Alawy yang termasuk ulama yang mencapai derajat ma’rifah sempurna. Suatu hari Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad mendatangi rumah Al-Arif Billah Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Habsy, pada waktu itu ia belum berkeluarga, lalu ia meminta Syaikh Ahmad Al-Habsy mendoakannya, lalu Syaikh Ahmad berkata kepadanya, ”Anakmu adalah anakku, di antara mereka ada keberkahan”. Kemudian ia menikah dengan cucu Syaikh Ahmad Al-Habsy, Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Al-Habib Idrus adalah saudara dari Al-Habib Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Yang mana Al-Habib Husein ini adalah kakek dari Al-Arifbillah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy (Mu’alif Simtud Durror). Maka lahirlah dari pernikahan itu Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad. Ketika Syaikh Al-Hadad lahir ayahnya berujar, “Aku sebelumnya tidak mengerti makna tersirat yang ducapkan Syaikh Ahmad Al-Habsy terdahulu, setelah lahirnya Abdullah, aku baru mengerti, aku melihat pada dirinya tanda-tanda sinar Al-wilayah (kewalian)”.


Masa Kecil

Dari semenjak kecil begitu banyak perhatian yang beliau dapatkan dari Allah. Allah menjaga pandangan beliau dari segala apa yang diharomkan. Penglihatan lahiriah Beliau diambil oleh Allah dan diganti oleh penglihatan batin yang jauh yang lebih kuat dan berharga. Yang mana hal itu merupakan salah satu pendorong beliau lebih giat dan tekun dalam mencari cahaya Allah menuntut ilmu agama. Pada umur 4 tahun beliau terkena penyakit cacar sehingga menyebabkannya buta. Cacat yang beliau derita telah membawa hikmah, beliau tidak bermain sebagaimana anak kecil sebayanya, beliau habiskan waktunya dengan menghapal Al-Quran, mujahaddah al-nafs (beribadah dengan tekun melawan hawa nafsu) dan mencari ilmu. Sungguh sangat mengherankan seakan-akan anak kecil ini tahu bahwa ia tidak dilahirkan untuk yang lain, tetapi untuk mengabdi kepada Allah SWT.


Guru-gurunya

Hampir seluruh waktunya, beliau gunakan untuk bersimpuh di kaki para ulama besar pada masa itu. Beberapa diantara guru besar beliau adalah :

1. Al-Quthb Anfas Al-Habib Umar bin Abdurrohman Al-Aththos bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrohman bin Abdullah bin Abdurrohman Asseqaff,

2. Al-Allamah Al-Habib Aqil bin Abdurrohman bin Muhammad bin Ali bin Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin Abdurrohman Asseqaff,

3. Al-Allamah Al-Habib Abdurrohman bin Syekh Maula Aidid Ba’Alawy,

4. Al-Allamah Al-Habib Sahl bin Ahmad Bahasan Al-Hudaily Ba’Alawy

5. Al-Mukarromah Al-Habib Muhammad bin Alwy bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Abdurrohman Asseqaff

6. Syaikh Al-Habib Abu Bakar bin Imam Abdurrohman bin Ali bin Abu Bakar bin Syaikh Abdurrahman Asseqaff

7. Sayyid Syaikhon bin Imam Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim

8. Al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim

9. Sayyidi Syaikh Al-Habib Jamaluddin Muhammad bin Abdurrohman bin Muhammad bin Syaikh Al-Arif Billah Ahmad bin Quthbil Aqthob Husein bin Syaikh Al-Quthb Al-Robbani Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus

10. Syaikh Al-Faqih Al-Sufi Abdullah bin Ahmad Ba Alawy Al-Asqo

11. Sayyidi Syaikh Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qusyasyi


Para guru Al-Habib Al-Haddad sebenarnya sangat banyak, para guru yang tertera di atas itu menurut syarah bait-bait diwan Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagaimana yang termaktub dalam Kitab Syarah Al-‘Ainiyyat.


Sanad keilmuan beliau.ra banyak, diantaranya sebagai berikut :

1. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Quthb Da’watul Irsyad Abdullah bin Alwy Al-Hadad, dari gurunya;

2. Sayyidil Al-Habib Imam Muhammad bin Aqil bin Ahmad bin Syihab, dari ayahnya;

3. Sayyidil Al-Habib Imam Aqil bin Ahmad bin Syihab, dari ayahnya;

4. Sayyidil Al-Habib Imam Ahmad Syihabuddin, dari gurunya;

5. Sayyidil Al-Habib Imam Abdurrohman, dari gurunya;

6. Sayyidil Al-Habib Imam Ahmad, dari gurunya;

7. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Ali bin Abu Bakar Sakron, dari gurunya;

8. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Aqthob wal Ghouts Abdullah bin Abu Bakar Al-Idrus, dari gurunya;

9. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Aqthob wal Ghouts Abdurrohman bin Muhammad As-Seqaf, dari ayahnya;

10. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Aqthob Muhammad Mauladdawilleh, dari ayahnya;

11. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Ali bin Alwy Maula Darak, dari ayahnya;

12. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Aqthob wal Ghouts Alwy Al-Ghoyur, dari ayahnya;

13. Sayidina Ustadz Al-‘Azhom Sulthonul ‘Auliya wal Ulama wal Arifin Al-Quthbil Aqthob wal Quthbil Ghouts Jami’ Al-Faqih Al-Muqoddam Al-Imam Muhammad bin Ali Ba’Alawy Al-Huseini Al-Hasani Alawiyyin Al-Fathimiy Al-Muhammadiy Al-Hasyimy ash-Shiddiq, dari ayahnya;

14. Sayidina Al-Imam Ali, dari ayahnya;

15. Sayidina al-Imam Muhammad shahib Marbath, dari ayahnya;

16. Sayidina al-Imam Ali Kholi’ Qosam, dari ayahnya;

17. Sayidina al-Imam Alwy, dari ayahnya;

18. Sayidina al-Imam Muhammad, dari ayahnya;

19. Sayidina al-Imam Alwy Ba’Alawy, dari ayahnya;

20. Sayidina al-Imam Ubaidillah, dari ayahnya;

21. Sayidina al-Imam Ahmad Al-Muhajir, dari ayahnya;

22. Sayidina al-Imam Isa an-Naqib, dari ayahnya;

23. Sayidina al-Imam Muhammad an-Naqib, dari ayahnya;

24. Sayidina al-Imam Ali al-Uroidhi, dari ayahnya;

25. Sayidina Sulthonul ‘Auliya wal ‘Ulama al-Imam Ja’far Shodiq, dari ayahnya;

26. Sayidina al-Imam Muhammad Al-Baqir, dari ayahnya;

27. Sayidina al-Imam Ali Zainal Abiddin, dari ayahnya;

28. Sayidina al-Imam Husein As-Sibth, dari ayahnya;

29. Sayidina Amirul Mu’minin al-Imam Ali bin Abi Tholib ibin Sayidatuna Fathimah Az-Zahroh al-Batul, dari ayahnya;

30. Sayidina Mursalin wal Khotamin Nabiyyin al-Musthofa Muhammad SAW.


Dakwahnya


Berkat ketekunan dan akhlakul karimah yang beliau miliki pada saat usia yang sangat dini, beliau dinobatkan oleh Allah dan guru-guru beliau sebagai da’i, yang menjadikan nama beliau harum di seluruh penjuru wilayah Hadhromaut dan mengundang datangnya para murid yang berminat besar dalam mencari ilmu. Mereka ini tidak datang hanya dari Hadhromaut tetapi juga datang dari luar Hadhromaut. Mereka datang dengan tujuan menimba ilmu, mendengar nasihat dan wejangan serta tabarukan (mencari berkah), memohon doa dari Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Di antara murid-murid senior Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah putranya, Al-Habib Hasan bin Abdullah bin Alwy Al-Haddad, Al-Habib Ahmad bin Zein bin Alwy bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy, Al-Habib Ahmad bin Abdullah Ba-Faqih, Al-Habib Abdurrohman bin Abdullah Bilfaqih, dll.

Selain mengkader pakar-pakar ilmu agama, mencetak generasi unggulan yang diharapkan mampu melanjutkan perjuangan kakek beliau, Rosullullah SAW, beliau juga aktif merangkum dan menyusun buku-buku nasihat dan wejangan baik dalam bentuk kitab, koresponden (surat-menyurat) atau dalam bentuk syair sehingga banyak buku-buku beliau yang terbit dan dicetak, dipelajari dan diajarkan, dibaca dan dialihbahasakan, sehingga ilmu beliau benar-benar ilmu yang bermanfaat. Tidak lupa beliau juga menyusun wirid-wirid yang dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bermanfaat untuk agama, dunia dan akhirat, salah satunya yang agung dan terkenal adalah Rotib ini. Rotib ini disusun oleh beliau dimalam Lailatul Qodar tahun 1071 H.

Beliau wafat hari Senin, malam Selasa, tanggal 7 Dhul-Qo’dah 1132 H, dalam usia 98 tahun. Beliau disemayamkan di pemakaman Zambal, di Kota Tarim, Hadhromaut, Yaman. Semoga Allah melimpahkan rohmat-Nya kepada beliau juga kita yang ditinggalkannya.

Subhaanaka-llaahumma wa bihamdika, Asyhadu an-laailaahailla anta, Astaghfiruka wa atuubu ilaika...




Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.



[Al-Fushul al-Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hukmiyyah, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad.ra]


Tentang Al-Habib Abdullah Al-Haddad


Al-Arifbillah Quthbil Anfas Al-Imam Habib Umar bin Abdurrohman Al-Athos ra. mengatakan, “Al-Habib Abdullah Al-Haddad ibarat pakaian yang dilipat dan baru dibuka di zaman ini, sebab beliau termasuk orang terdahulu, hanya saja ditunda kehidupan beliau demi kebahagiaan umat di zaman ini (abad 12 H)”.

Al-Imam Arifbillah Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Idrus ra. mengatakan, “Sayyid Abdullah bin Alwy Al-Haddad adalah Sultan seluruh golongan Ba Alawy”.

Al-Imam Arifbillah Muhammad bin Abdurrohman Madehej ra. mengatakan, “Mutiara ucapan Al-Habib Abdullah Al-Haddad merupakan obat bagi mereka yang mempunyai hati cemerlang sebab mutiara beliau segar dan baru, langsung dari Allah SWT. Di zaman sekarang ini kamu jangan tertipu dengan siapapun, walaupun kamu sudah melihat dia sudah memperlihatkan banyak melakukan amal ibadah dan menampakkan karomah, sesungguhnya orang zaman sekarang tidak mampu berbuat apa-apa jika mereka tidak berhubungan (kontak hati) dengan Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebab Allah SWT telah menghibahkan kepada beliau banyak hal yang tidak mungkin dapat diukur.”

Al-Imam Abdullah bin Ahmad Bafaqih ra. mengatakan, “Sejak kecil Al-Habib Abdullah Al-Haddad bila matahari mulai menyising, mencari beberapa masjid yang ada di kota Tarim untuk sholat sunnah 100 hingga 200 raka'at kemudian berdoa dan sering membaca Yasin sambil menangis. Al-Habib Abdullah Al-Haddad telah mendapat anugrah (fath) dari Allah sejak masa kecilnya”.

Sayyid Syaikh Al-Imam Khoir Al-Diin Al-Dzarkali ra. menyebut Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagai fadhillun min ahli Tarim (orang utama dari Kota Tarim).

Al-Habib Muhammad bin Zein bin Smith ra. berkata, “Masa kecil Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah masa kecil yang unik. Uniknya semasa kecil beliau sudah mampu mendiskusikan masalah-masalah sufistik yang sulit seperti mengaji dan mengkaji pemikiran Syaikh Ibnu Al-Faridh, Ibnu Aroby, Ibnu Athoilah dan kitab-kitab Al-Ghodzali. Beliau tumbuh dari fitroh yang asli dan sempurna dalam kemanusiaannya, wataknya dan kepribadiannya”.

Al-Habib Hasan bin Alwy bin Awudh Bahsin ra. mengatakan, “Bahwa Allah telah mengumpulkan pada diri Al-Habib Al-Haddad syarat-syarat Al-Quthbaniyyah.”

Al-Habib Abu Bakar bin Said Al-Jufri ra. berkata tentang majelis Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagai majelis ilmu tanpa belajar (ilmun billa ta’alum) dan merupakan kebaikan secara menyeluruh. Dalam kesempatan yang lain beliau mengatakan, “Aku telah berkumpul dengan lebih dari 40 Waliyullah, tetapi aku tidak pernah menyaksikan yang seperti Al-Habib Abdullah Al-Haddad dan tidak ada pula yang mengunggulinya, beliau adalah Nafs Rohmani, bahwa Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah asal dan tiada segala sesuatu kecuali dari dirinya.”

Seorang guru Masjidil Harom dan Nabawi, Syaikh Syihab Ahmad al-Tanbakati ra. berkata, “Aku dulu sangat ber-ta’alluq (bergantung) kepada Sayyidi Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani. Kadang-kadang dia tampak di hadapan mataku. Akan tetapi setelah aku ber-intima’ (condong) kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad, maka aku tidak lagi melihatnya. Kejadian ini aku sampaikan kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Beliau berkata,’Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani di sisi kami bagaikan ayah. Bila yang satu ghoib (tidak terlihat), maka akan diganti dengan yang lainnya. Allah lebih mengetahui.’ Maka semenjak itu aku ber-ta’alluq kepadanya.”

Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi ra. seorang murid Al-Habib Abdullah Al-Haddad yang mendapat mandat besar dari beliau, menyatakan kekagumannya terhadap gurunya dengan mengatakan, ”Seandainya aku dan tuanku Al-Habib Abdullah Al-Haddad ziaroh ke makam, kemudian beliau mengatakan kepada orang-orang yang mati untuk bangkit dari kuburnya, pasti mereka akan bangkit sebagai orang-orang hidup dengan izin Allah. Karena aku menyaksikan sendiri bagaimana dia setiap hari telah mampu menghidupkan orang-orang yang bodoh dan lupa dengan cahaya ilmu dan nasihat. Beliau adalah lauatan ilmu pengetahuan yang tiada bertepi, yang sampai pada tingkatan Mujtahid dalam ilmu-ilmu Islam, Iman dan Ihsan. Beliau adalah mujaddid pada ilmu-ilmu tersebut bagi penghuni zaman ini. ”

Syaikh Abdurrohman Al-Baiti ra. pernah berziaroh bersama Al-Habib Abdullah Al-Haddad ke makam Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam Muhammad bin Ali Ba’Alawy, dalam hatinya terbetik sebuah pertanyaan ketika sedang berziaroh, “Bila dalam sebuah majelis zikir para sufi hadir Al-Faqih Al-Muqaddam, Syaikh Abdurrohman Asseqaff, Syaikh Umar al-Mukhdor, Syaikh Abdullah Al-Idrus, Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, dan yang semisal setara dengan mereka, mana diantara mereka yang akan berada di baris depan? Pada waktu itu guruku, Al-Habib Abdullah Al-Haddad, menyingkap apa yang ada dibenakku, kemudian dia mengatakan, ‘Saya adalah jalan keluar bagi mereka, dan tiada seseorang yang bisa masuk kepada mereka kecuali melaluiku.’ Setelah itu aku memahami bahwa beliau Al-Habib Abdullah Al-Haddad, adalah dari abad 2 H, yang diakhirkan kemunculannya oleh Allah SWT pada abad ini sebagai rohmat bagi penghuninya.”

Al-Habib Ahmad bin Umar bin Semith ra. mengatakan, “Bahwa Allah memudahkan bagi pembaca karya-karya Al-Habib Abdullah Al-Haddad untuk mendapat pemahaman (futuh), dan berkah membaca karyanya Allah memudahkan segala urusannya agama, dunia dan akhirat, serta akan diberi ‘Afiat (kesejahteraan) yang sempurna dan besar kepadanya.”

Al-Habib Thohir bin Umar Al-Hadad ra. mengatakan, “Semoga Allah mencurahkan kebahagiaan dan kelapangan, serta rezeki yang halal, banyak dan memudahkannya, bagi mereka yang hendak membaca karya-karya Al-Quthb Aqthob wal Ghouts Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad ra.”

Al-Habib Umar bin Zain bin Semith ra. mengatakan bahwa seseorang yang hidup sezaman dengan Al-Habib Abdullah Al-Haddad ra., bermukim di Mekkah, sehari setelah Al-Habib Abdullah Al-Haddad wafat, ia memberitahukan kepada sejumlah orang bahwa semalam beliau ra. sudah wafat. Ketika ditanya darimana ia mengetahuinya, ia menjawab, “Tiap hari, siang dan malam, saya melihat beliau selalu datang berthowaf mengitari Ka’bah (padahal beliau berada di Tarim, Hadhromaut). Hari ini saya tidak melihatnya lagi, karena itulah saya mengetahui bahwa beliau sudah wafat.”

Subhaanaka-llaahumma wa bihamdika, Asyhadu an-laailaahailla anta, Astaghfiruka wa atuubu ilaika...




Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma’in.
Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.
[Al-Fushul al-Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hukmiyyah, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad ra]

Mutiara Wasiat Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad ra.

* Tuntutlah ilmu dari orang-orang yang benar-benar mewarisi ilmu dari Rosulullah SAW, yang sanad isnadnya (silsilah ilmunya sampai Rosulullah) terpercaya karena menuntut ilmu agama itu wajib bagi setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan. Barang siapa meninggalkannya ia akan berdosa. Karena tanpa ilmu agama, amal ibadah akan tertolak, tidak diterima oleh Allah SWT.
“Setiap orang yang beramal tanpa dibarengi dengan ilmu pengetahuan (tentang amalnya itu) maka amalan-amalannya tertolak dan tidak diterima.”
* Tidak ada di zaman ini (abad 12 H) yang lebih mudah dan baik daripada Thoriqoh Ba’Alawy yang telah diakui oleh ulama Yaman dan disepakati oleh ulama Haromain (dua Tanah Harom – Mekkah Madinah). Thoriqoh Ba’Alawy (Alawiyah) adalah Thoriqoh Nabawiyah.
* Thoriqoh Kepemimpinan adalah thoriqoh kami Ba’Alawy, dan ini thoriqoh spesial, dan yang dimaksud thoriqoh kepemimpinan adalah ikut dan tunduk serta pasrahnya seorang murid terhadap jejak langkah guru yang membimbing dan menuntunnya ke jalan Allah, dengan menanggalkan sementara peran akal (rasio). Sesungguhnya akal tidak berperan di dalamnya, sebab segala hal disini berdasarkan kasyf (penglihatan mata hati).
* Ikut langkah-langkah ulama salaf (ulama terdahulu) akan membuahkan kebaikan yang amat besar, walaupun si pengikut bukan tergolong ahlil bathin. Tetapi jika ia serasikan langkahnya dengan ulama salaf, maka ia akan mendapatkan seperti apa yang di dapat oleh mereka para salaf sholihin.
* Segala permasalahan yang ada itu berlandaskan kejujuran, ada pun orang yang biasa berbohong jika diibaratkan bangunan tidaklah jauh berbeda dengan bangunan di atas air (lemah dan mudah runtuh).
* Jika satu zaman itu rusak, maka wajiblah bagi mereka yang hidup di zaman itu, untuk mengikuti jejak langkah ulama salaf sholihin. Jika tidak mampu menyamakan diri dengan mereka dalam setiap langkah, paling tidak hampir menyamai mereka, sebab setiap orang dalam kehidupan itu harus memiliki panutan (imam), sedang orang yang tidak memiliki panutan (Imam) maka panutannya adalah setan.
* Telah sesat sekelompok orang sebab buku yang dibacanya, seseorang tidak akan menjadi alim besar kecuali dengan guru yang membimbing dan menuntunnya, bukan dengan buku yang dibacanya.
* Penghuni kubur dari para Wali Allah berada di sisi Allah. Barang siapa tawajuh kepada mereka, maka mereka spontan datang membantunya.
* Jika kamu melihat seorang dari Ba’Alawy berjalan di luar Thoriqoh Ba’Alawy maka sesungguhnya maka tiada yang menghalangi dirinya selain kelemahannya sendiri, dan kelemahan itu adakalanya dalam kondisi ekonomi atau hati.
* Thoriqoh Alawiyyah berdiri atas dasar kemuliaan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
* Barangsiapa yang menjalin hubungan (kontak batin) dengan kami, maka kami berikan kepadanya segala perhatian kami, kami tidak pernah melepas dan meninggalkannya walaupun dia tinggal jauh dari tempat kami.
* Tidak ada hak yang lebih besar kecuali haknya seorang guru. Ini wajib di pelihara oleh setiap orang Islam yang ingin selamat dunia akhirat. Sungguh pantas bila seorang guru yang mengajar, walau hanya satu huruf, diberi hadiah seribu dirham sebagai tanda hormat padanya. Sebab guru yang mengajarmu satu huruf yang kamu butuhkan dalam agama, dia ibarat bapakmu dalam agama.
* Barang siapa ingin anaknya menjadi orang alim, maka dia harus menghormati para ahli fiqih. Dan memberi sedekah pada mereka. Jika ternyata anaknya tidak menjadi alim, maka pasti diantara cucu keturunannya yang akan menjadi orang alim.
* Seorang murid (pencari jalan menuju Allah) tidak boleh menyakiti hati gurunya karena belajar dan ilmunya tidak akan diberi berkah.
* Adakalanya seseorang murid (pencari jalan menuju Allah) diuji dengan kemiskinan, kepapaan dan kesempitan dalam kehidupan. Maka hendaknya ia bersyukur kepada Allah SWT, disebabkan dengan hal tersebut di atas dan harus beranggapan berprasangka bahwa takdir / kehendak Allah menjadikan anda miskin, papa dan susah serta sempit sebagai sebesar-besarnya kenikmatan karena dunia adalah musuh Allah. Anda harus bersyukur, maka Allah akan mengangkat derajatnya sama dengan para nabi-Nya, para Auliya-Nya dan hamba-hamba yang sholeh.
* Ketahuilah bahwa rizki itu telah ditentukan dan telah dibagikan oleh Allah SWT. Diantara hamba-hamba-Nya ada yang diluaskan rezekinya dan dilapangkan kehidupannya, dan dikurangkankan rizkinya menurut kebijaksanaan-Nya. Bersifatlah qona’ah (cukup) atas apa yang ditentukan Allah bagimu.
* Awas dan waspadalah dengan panjang angan-angan dan harapan tentang kehidupan di dunia, karena dunia akan menariknya untuk mencintai dunia, dan anda akan terikat dengannya sehingga sukar untuk beribadat dan mengasingkan diri untuk menuju jalan akhirat.
* Ada setengah manusia yang tabiatnya suka menganiaya orang, memandang rendah terhadapnya, atau suka mencela dan sebagainya. Jika anda tergolong orang terkena penganiayaan orang maka hendaklah anda bersabar jangan sekali-kali anda membalasnya. Disamping itu, hati anda harus benar-benar bersih dari dengki dan dendam terhadapnya, dan lebih utama lagi jika anda memaafkan orang yang menganiayamu, dan anda doakan supaya Allah memberi petunjuk kepadanya, dan itulah tanda-tanda akhlak serta tingkah laku para Shiddiqin (Orang yang Benar).
* Berusahalah sekuat kemampuanmu dalam menghindari diri dari rasa takut dan butuh serta berharap hak terhadap manusia, karena hal tersebut anda akan dipandang oleh manusia tetapi dipandang hina dalam pandangan Allah SWT, karena orang mukmin itu mulia di sisi Allah SWT, tiada takut pada siapapun selain Allah dan apa yang dicintai-Nya, dan tak pernah mengharapkan sesuatu selain Allah.
* Awas! Jangan sekali-kali anda mentaati syaikh (guru) itu hanya lahiriah semata, karena ketahuilah bahwa syaikh itu dapat melihat ketaatanmu padanya, di belakangnya anda membantah dan mendurhakai kerena sangkaanmu, anda sangka Allah tidak tahu kelakuanmu, sedangkan syaikhmu itu dekat dengan-Nya. Kalau anda begitu akan mendapatkan kecelakaan, kesempitan dan kebinasaan. Bukankah Allah berjanji kepada barang siapa Aku cintai maka penglihatannya adalah penglihatan-KU, pendengarannya adalah pendengaran-KU, mulutnya adalah mulut-KU, tangannya adalah tangan-KU dan kakinya adalah kaki-KU, barangsiapa memusuhinya atau menyakitinya, maka AKU dan para malaikatKU mengumandangkan perang terhadap dirinya. Jangan sekali-kali datang pada syaikh yang lain melainkan dengan izin syaikhmu.
* Ketahuilah bahwa sesungguhnya syaikhmu sangat berat hati tentang apa-apa yang baik untukmu, dengan itu janganlah engkau menuduh dan menyangka bahwa dia menyimpan perasaan dengki dan cemburu terhadap dirimu, dan semoga dijauhkan oleh Allah. Karena kamu hanya memandang sesuatu hal dengan pandangan lahiriah belaka bukan pandangan bashiroh (mata hati dengan Allah). Awas ! Jangan coba-coba menuntut agar syaikhmu mengeluarkan kelebihannya. Karena jika syaikhmu seorang Ahlillaah (orang yang meyakinkan dirinya untuk mengabdi kepada Allah) kekasih Allah, maka ia adalah orang-orang yang teramat merahasiakan kebaikannya, menutupi rahasia-rahasia tentang dirinya, dan sangat jauh untuk menonjolkan dirinya dengan karomah-karomah atau perkara-perkara luar biasa kepada orang banyak meskipun ia amat kuasa dan mampu untuk melakukannya serta diizinkan oleh Allah untuk melahirkannya (memperlihatkan karomahnya).
* Syaikh yang kamil (sempurna) ialah seorang syaikh yang selalu memberi faedah pada muridnya, dengan kesungguhan dalam perbuatan dan perkataanya, dia memelihara muridnya sewaktu di hadapannya maupun ketika berada jauh daripadanya. Sang Syaikh memelihara muridnya dengan getaran-getaran kalbunya dalam segala hal yang dikerjakan oleh muridnya. Maka paling sangat berbahaya jika Syaikhnya sudah berpaling dari si murid. Dalam hal ini jika seluruh syaikh dan wali-NYA yang lain dari timur sampai ke barat dikumpulkan seluruhnya, untuk mengubah hati syaikhnya, niscaya sia-sia dan tidak akan berhasil, kecuali sang murid sendiri harus berusaha untuk mengubah hati syaikhnya dan minta maaf serta mendapat keridhoannya.
* Jika anda menyimpan penuh ta’zhim (kepatuhan) dan penghormatan setinggi-tingginya terhadap syaikhmu, senantiasa menghargainya, percaya lahir dan batin bersedia mematuhi segala perintahnya, mencontoh akhlaknya, maka itulah tandanya anda sedang mewarisi rahasia-rahasia dari syaikhmu dari syaikhnya dari syaikhnya terus bersambung sampai dari Baginda Nabi Rosulullah SAW, atau sebagian dari rahasia-rahasia tersebut, dan ia terus akan hidup di sisimu sesudah wafatnya syaikhmu, inilah anugrah yang terbesar dari Allah SWT yang dapat menghantarkan kita selamat & bahagia di dalam agama, dunia dan akhirat kelak.
* Para orang sholeh itu setelah wafat hanya hilang jasadnya saja, pada hakikatnya masih hidup seperti sedia kala malah tambah tajam pandangan bashirohnya dan makin kuat tawajuhnya (menghadap) kepada Allah.

Subhaanaka-llaahumma wa bihamdika, Asyhadu an-laailaahailla anta, Astaghfiruka wa atuubu ilaika…
Wallahu a’lam bishshowab

abdkadiralhamid@2013
Wassalamu’alaikum wr wb

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "HIKAM ALHADDAD"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip