9 Waktu dan Keutamaan Surat Al Ikhlas
Keutamaan Pertama :1. Surat Al Ikhlas Setara dengan Tsulutsul Qur’an ?
Hal ini berdasarkan hadits :
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ أَنَّ رَجُلاً سَمِعَ رَجُلاً يَقْرَأُ ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) يُرَدِّدُهَا ، فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ ، وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ »
Dari Abu Sa’id (Al Khudri) bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang membaca dengan berulang-ulang ’Qul huwallahu ahad’. Tatkala pagi hari, orang yang mendengar tadi mendatangi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian tersebut dengan nada seakan-akan merendahkan surat al Ikhlas. Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat ini sebanding dengan sepertiga Al Qur’an”.
(HR. Bukhari no. 6643)
[Ada yang mengatakan bahwa yang mendengar tadi adalah Abu Sa’id Al Khudri, sedangkan membaca surat tersebut adalah saudaranya Qotadah bin Nu’man.]
Begitu juga dalam hadits:
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِى لَيْلَةٍ ثُلُثَ الْقُرْآنِ ». قَالُوا وَكَيْفَ يَقْرَأُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) يَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ ».
Dari Abu Darda’ dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Apakah seorang di antara kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga Al Qur’an dalam semalam?” Mereka mengatakan, ”Bagaimana kami bisa membaca seperti Al Qur’an?” Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Qul huwallahu ahad itu sebanding dengan sepertiga Al Qur’an.”
(HR. Muslim no. 1922)
An Nawawi mengatakan, dalam riwayat yang lainnya dikatakan :
”Sesungguhnya Allah membagi Al Qur’an menjadi tiga bagian. Lalu Allah menjadikan surat Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) menjadi satu bagian dari 3 bagian tadi.”
Lalu Al Qodhi mengatakan bahwa Al Maziri berkata,
”Dikatakan bahwa maknanya adalah Al Qur’an itu ada tiga bagian yaitu membicarakan
(1) kisah-kisah, (2) hukum, dan (3) sifat-sifat Allah.
Sedangkan surat Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) ini berisi pembahasan mengenai sifat-sifat Allah. Oleh karena itu, surat ini disebut sepertiga Al Qur’an dari bagian yang ada. (Syarh Shohih Muslim, 6/94)
Apakah Surat Al Ikhlas bisa menggantikan sepertiga Al Qur’an?
Maksudnya adalah apakah seseorang apabila membaca Al Ikhlas sebanyak tiga kali sudah sama dengan membaca satu Al Qur’an 30 juz?
[Ada sebagian orang yang meyakini hadits di atas seperti ini.]
Jawabannya:
Tidak. Karena ada suatu kaedah: “Sesuatu yang bernilai sama, belum tentu bisa menggantikan.”
Itulah surat Al Ikhlas. Surat ini sama dengan sepertiga Al Qur’an, namun tidak bisa menggantikan Al Qur’an. Salah satu buktinya adalah apabila seseorang mengulangi surat ini sebanyak tiga kali dalam shalat, tidak mungkin bisa menggantikan surat Al Fatihah (karena membaca surat Al Fatihah adalah rukun shalat, pen). Surat Al Ikhlas tidak mencukupi atau tidak bisa menggantikan sepertiga Al Qur’an, namun dia hanya bernilai sama dengan sepertiganya.
Bukti lainnya adalah seperti hadits :
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ عَشْرَ مِرَارٍ كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْفُسٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ
”Barangsiapa mengucapkan (لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ) sebanyak sepuluh kali, maka dia seperti memerdekakan emat budak keturunan Isma’il.”
(HR. Muslim no. 7020)
Pertanyaannya : Apakah jika seseorang memiliki kewajiban kafaroh, dia cukup membaca dzikir ini?
Jawabannya :
Tidak cukup dia membaca dzikir ini. Karena sesuatu yang bernilai sama belum tentu bisa menggantikan.
(Diringkas dari Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah 97-98, Tafsir Juz ‘Amma 293)
Keutamaan Kedua :
Membaca Al-Ikhlas 10x menyebabkan Allah membangunkan rumah di surga
“Barang siapa membaca surah al Ikhlash hingga selesai 10x, maka Allah membangunkan baginya sebuah rumah di surga.”
[HR. Ahmad]
Keutamaan Ketiga:
Membaca surat Al Ikhlash sebab mendapatkan kecintaan Allah
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdurrahman bin Wahb telah menceritakan kepada kami pamanku yaitu Abdullah bin Wahb, telah menceritakan kepada kami Amru bin Harits dari Sa'id bin Abu Hilal bahwa Abu Rijal Muhammad bin Abdurrahman, telah menceritakan kepadanya dari ibunya Amrah binti Abdurrahman, saat itu ia berada di rumah Aisyah, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus seorang lelaki dalam suatu sariyyah (pasukan khusus yang ditugaskan untuk operasi tertentu). Laki-laki tersebut ketika menjadi imam shalat bagi para sahabatnya selalu mengakhiri bacaan suratnya dengan "QUL HUWALLAHU AHAD." Ketika mereka pulang, disampaikan berita tersebut kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau bersabda:
"Tanyakanlah kepadanya kenapa ia melakukan hal itu?" Lalu mereka pun menanyakan kepadanya. Ia menjawab,
"Karena didalamnya terdapat sifat Ar Rahman, dan aku senang untuk selalu membacanya." Mendengar itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Beritahukanlah kepadanya bahwa Allah Ta'ala juga mencintainya."
(HR. Bukhari)
Ibnu Daqiq Al ’Ied menjelaskan perkataan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ”Kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya”. Beliau mengatakan, ”Maksudnya adalah bahwa sebab kecintaan Allah pada orang tersebut adalah karena kecintaan orang tadi pada surat Al Ikhlash ini. Boleh jadi dapat kitakan dari perkataan orang tadi, karena dia menyukai sifat Rabbnya, ini menunjukkan benarnya i’tiqodnya (keyakinannya terhadap Rabbnya).” (Fathul Bari)
Faedah dari hadits di atas:
Ibnu Daqiq Al ’Ied menjelaskan, ”Orang tadi biasa membaca surat selain Al Ikhlash lalu setelah itu dia menutupnya dengan membaca surat Al Ikhlash (maksudnya: setelah baca Al Fatihah, dia membaca dua surat, surat yang terakhir adalah Al Ikhlash, pen). Inilah yang dia lakukan di setiap raka’at. Kemungkinan pertama inilah yang nampak (makna zhohir) dari hadits di atas. Kemungkinan kedua, boleh jadi orang tadi menutup akhir bacaannya dengan surat Al Ikhlash, maksudnya adalah surat Al Ikhlas khusus dibaca di raka’at terakhir. Kalau kita melihat dari kemungkinan pertama tadi, ini menunjukkan bolehnya membaca dua surat (setelah membaca Al Fatihah) dalam satu raka’at.” Demikian perkataan Ibnu Daqiq. (Fathul Bari)
Lantas apakah perbuatan orang tersebut perlu dicontoh?
Jawabannya, para ulama (semacam Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin) memberi penjelasan bahwa perbuatan semacam ini tidak perlu dicontoh karena beliau hanya menyetujuinya saja, namun bukan bermaksud orang lain untuk mengikutinya dengan membaca Al Ikhlas di akhir bacaan.
Inilah di antara fadhilah (keutamaan surat Al Ikhlash). Semoga bermanfaat. Ya Allah, berikanlah kami ilmu yang bermanfaat. amien...
9 Waktu Dianjurkan Membaca Surat Al-Ikhlas
Semoga kita bisa mendapatkan keberkahan dengan mengamalkannya.
Pertama: waktu
pagi dan sore hari.
Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat
Al Ikhlash bersama dengan maw’idzatain (surat Al Falaq dan surat An Naas)
masing-masing sebanyak tiga kali. Keutamaan yang diperoleh adalah: akan dijaga
dari segala sesuatu (segala keburukan).
Dari Mu'adz bin Abdullah bin Khubaib dari
bapaknya ia berkata,
خَرَجْنَا فِى
لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- لِيُصَلِّىَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ « أَصَلَّيْتُمْ ». فَلَمْ
أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ».
فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا
أَقُولُ قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى
وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ »
Pada
malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam untuk
sholat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, "Apakah kalian telah shalat?"
Namun sedikitpun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun
aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak
berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, "Katakanlah". Hingga aku berkata, "Wahai Rosululloh, apa yang harus aku katakan?”
Rosulullaoh shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Katakanlah (bacalah surat)
QUL HUWALLAHU AHAD DAN QUL A'UDZU BIRABBINNAAS DAN QUL A'UDZU BIRABBIL FALAQ
ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akan
mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan." (HR. Abu
Daud no. 5082 dan An Nasai no. 5428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan)
Kedua: sebelum
tidur.
Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat
Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak
tangan, lalu keduanya ditiup, lalu dibacakanlah tiga surat ini. Setelah itu,
kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau
dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti tadi diulang
sebanyak tiga kali.
Dari ‘Aisyah, beliau rodhiyallohu ‘anha berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ -
صلى الله عليه وسلم - كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ
كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ )
وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ )
ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى
رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ
مَرَّاتٍ
“Nabi shollallohu ’alaihi wa sallam ketika
berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak
tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul
huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al
Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau
mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau
dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang
demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017)
Ketiga: ketika
ingin meruqyah (membaca do’a dan wirid untuk penyembuhan ketika sakit).
Bukhari membawakan bab dalam shohihnya
‘Meniupkan bacaan ketika ruqyah’. Lalu dibawakanlah hadits serupa di atas dan
dengan cara seperti dijelaskan dalam point kedua.
عَنْ عَائِشَةَ -
رضى الله عنها - قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا
أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ نَفَثَ فِى كَفَّيْهِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ ، وَمَا
بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ . قَالَتْ عَائِشَةُ فَلَمَّا اشْتَكَى كَانَ
يَأْمُرُنِى أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ بِهِ
Dari 'Aisyah rodhiyallohu
'anha, dia berkata, "Apabila
Rosululloah shollallohu 'alaihi wa sallam hendak tidur, beliau akan meniupkan
ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surat Al Ikhlas) dan
Mu'awidzatain (Surat An Naas dan Al Falaq), kemudian beliau mengusapkan ke
wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata, “Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku
melakukan hal itu (sama seperti ketika beliau hendak tidur, -pen)."
(HR. Bukhari no. 5748)
Jadi
tatkala meruqyah, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas
dengan cara: Terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan lalu keduanya
ditiup lalu dibacakanlah tiga surat tersebut. Setelah itu, kedua telapak tangan
tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala,
wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti ini diulang sebanyak tiga kali.
Keempat : wirid
seusai shalat (sesudah salam).
Sesuai shalat dianjurkan membaca surat Al
Ikhlash, Al Falaq dan An Naas masing-masing sekali. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia
berkata,
أَمَرَنِي رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ الْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ
كُلِّ صَلَاةٍ
“Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan padaku untuk membaca mu’awwidzaat di akhir sholat (sesudah
salam).” (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud no. 1523. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Yang dimaksud mu’awwidzaat
adalah surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebagaimana dikatakan oleh Ibnu
Hajar Al Asqolani. (Fathul Bari, 9/62)
Kelima: dibaca
ketika mengerjakan shalat sunnah fajar (qobliyah shubuh).
Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca bersama
surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca
Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Dari’
Aisyah rodhiyallohu ‘anha, Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
نِعْمَتِ
السُّوْرَتَانِ يَقْرَأُ بِهِمَا فِي رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الفَجْرِ : { قُلْ هُوَ
اللهُ أَحَدٌ } وَ { قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ
“Sebaik-baik surat yang dibaca ketika dua
raka’at qobliyah shubuh adalah Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan Qul yaa
ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun).” (HR. Ibnu Khuzaimah 4/273.
Syaikh Al Albani mengatakan dalam Silsilah Ash Shohihah bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash
Shohihah no. 646). Hal ini juga dikuatkan dengan hadits Ibnu Mas’ud yang akan
disebutkan pada point berikut.
Keenam: dibaca
ketika mengerjakan shalat sunnah ba’diyah maghrib.
Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca bersama
surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca
Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Abdullah bin Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu mengatakan,
مَا أُحْصِى مَا
سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ
بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ بِ (قُلْ يَا
أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
“Aku tidak dapat menghitung karena sangat sering
aku mendengar bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat
pada shalat dua raka’at ba’diyah maghrib dan pada shalat dua raka’at qobliyah shubuh
yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al Kafirun) dan qul huwallahu ahad (surat
Al Ikhlash).” (HR. Tirmidzi no. 431. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini hasan
shahih)
Ketujuh:
dibaca ketika mengerjakan shalat witir tiga raka’at.
Ketika itu, surat Al A’laa dibaca pada raka’at
pertama, surat Al Kafirun pada raka’at kedua dan surat Al Ikhlash pada raka’at
ketiga.
Dari ‘Abdul Aziz bin Juraij, beliau
berkata, “Aku menanyakan pada ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha, surat apa yang
dibaca oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam (setelah membaca Al
Fatihah) ketika shalat witir?”
‘Aisyah menjawab,
كَانَ يُوتِرُ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ يَقْرَأُ فِى الأُولَى بِ
(سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَفِى الثَّانِيَةِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا
الْكَافِرُونَ) وَفِى الثَّالِثَةِ بِ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)
وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ.
“Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam membaca pada raka’at pertama: Sabbihisma robbikal a’la (surat
Al A’laa), pada raka’at kedua: Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan
pada raka’at ketiga: Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan mu’awwidzatain
(surat Al Falaq dan An Naas).” (HR. An Nasai no. 1699, Tirmidzi no.
463, Ahmad 6/227)
Dalam riwayat yang lain disebutkan tanpa surat
al mu’awwidzatain.
عَنْ أُبَىِّ بْنِ
كَعْبٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ بِ (سَبِّحِ
اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ)
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam biasanya
melaksanakan sholat witir dengan membaca Sabbihisma robbikal a’la (surat Al
A’laa), Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan Qul huwallahu ahad
(surat Al Ikhlash)” (HR. Abu Daud no. 1423 dan An Nasai no. 1730)
Ibnu Qudamah Al Maqdisi rohimahulloh mengatakan,
وَحَدِيثُ عَائِشَةَ
فِي هَذَا لَا يَثْبُتُ ؛ فَإِنَّهُ يَرْوِيهِ يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ ، وَهُوَ
ضَعِيفٌ .وَقَدْ أَنْكَرَ أَحْمَدُ وَيَحْيَى بْنُ مَعِينٍ زِيَادَةَ
الْمُعَوِّذَتَيْنِ .
“Hadits ‘Aisyah tidaklah shahih. Di dalamnya
ada seorang perowi bernama Yahya bin Ayyub, dan ia dho’if. Imam Ahmad dan Yahya
bin Ma’in telah mengingkari penambahan “mu’awwidzatain”.” (Al
Mughni, 1/831)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan,
تعليق شعيب
الأرنؤوط : صحيح لغيره دون قوله : والمعوذتين وهذا إسناد ضعيف عبد العزيز بن جريج
لا يتابع في حديثه
“Hadits ini shahih kecuali pada perkataan “al
mu’awwidzatain”, ini sanadnya dho’if karena ‘Abdul ‘Aziz bin Juraij tidak
diikuti dalam haditsnya.” (Tahqiq Musnad Al Imam Ahmad bin Hambal,
6/227)
Jadi yang tepat dalam masalah ini, bacaan untuk
shalat witir adalah raka’at pertama dengan surat Al A’laa, raka’at kedua dengan
surat Al Kafirun dan raka’at ketiga dengan surat Al Ikhlas (tanpa
mu’awwidzatain).
Namun bacaan ketika witir ini sebaiknya tidak
rutin dibaca, sebaiknya diselingi dengan berganti membaca surat lainnya. Syaikh
‘Abdullah Al Jibrin rohimahulloh
mengatakan,
والظاهر أنه يكثر
من قراءتها، ولا يداوم عليها فينبغي قراءة غيرها أحياناً حتى لا يعتقد العامة وجوب
القراءة بها
“Yang
nampak dari hadits yang ada, hendaklah bacaan tersebut seringkali saja dibaca,
namun tidak terus-terusan. Sudah seharusnya seseorang membaca surat yang lain
ketika itu agar orang awam tidak salah paham,ditakutkan mereka malah
menganggapnya sebagai perkara yang wajib.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin,
24/43)
Kedelapan:
dibaca ketika mengerjakan shalat Maghrib (shalat wajib) pada malam jum’at.
Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama
setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at
kedua.
Dari Jabir bin Samroh, beliau mengatakan,
كَانَ النَّبِيُّ
صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ فِي صَلاَةِ المَغْرِبِ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ : ( قَلْ
يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ ) وَ ( قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
“Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam biasa ketika
shalat maghrib pada malam Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal kafirun’ dan ‘Qul ‘
huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam Takhrij Misykatul
Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Kesembilan:
ketika shalat dua rak’at di belakang maqom Ibrahim setelah thowaf.
Dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah rodhiyallohu ‘anhu yang amat
panjang disebutkan,
فجعل المقام بينه
وبين البيت [ فصلى ركعتين : هق حم ] فكان يقرأ في الركعتين : (قل هو الله أحد ) و
( قل يا أيها الكافرون ) ( وفي رواية : ( قل يا أيها الكافرون ) و ( قل هو الله
أحد )
“Lantas
Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam menjadikan maqom Ibrahim antara dirinya dan
Ka’bah, lalu beliau laksanakan shalat dua raka’at. Dalam dua raka’at tersebut,
beliau membaca Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul yaa-ayyuhal kaafirun
(surat Al Kafirun).
Dalam riwayat yang lain dikatakan, beliau membaca Qul
yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas).”
(Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Hajjatun Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, hal.
56)
Semoga
sajian ini bermanfaat dan bisa diamalkan. Alhmadulillahilladzi
bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ’ala nabiyyina Muhammad wa
’ala alihi wa shohbihi wa sallam.
2013@abdkadiralhamid
semua nya karena manusia
ReplyDeletesemua nya karena manusia
ReplyDeleteAlhamdulillah bertambah ilmu keutamaan surat Al Ikhlas smg menjadi ilmu yg bermanfaat bagi penulisnya aamiin
ReplyDeletesubhanallaah...
ReplyDeletesubhanallaah...
ReplyDelete