PENGARUH BA’ALAWI DI INDONESIA
Gustav Lebon mengatakan, “Bahwa kami tidak melihat adanya suatu
bangsa yang mempunyai pengaruh yang nyata seperti bangsa Arab. Semua bangsa,
yang bangsa Arab berhubungan dengannya pasti mengikuti kebudayaan Arab. Ketika
bangsa Arab hilang dari panggung sejarah, maka para tirani berkuasa, seperti
bangsa Turki dan Mongol, atas tradisi- tradisi mereka”.
Menurut ‘Alwi bin Thahir Al-Haddad, memang benar bahwa kebudayaan Arab telah mati, tetapi kini Dunia Islam yang membentang dari daerah-daerah pesisir Samudra Atlantik hingga India, dan Laut Tengah hingga daerah padang pasir, tidak dikenal kecuali sebagai pengikut Muhammad dan bahasanya. Para Syarif dari Hadhramaut, dari keturunan Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Al-Shadiq, termasuk para da’i yang menyebarkan agama Islam di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
Muhammad Ba Mathraf, seorang ahli sejarah Hadhramaut, melihat kaum
Ba ‘Alawi merupakan kelompok terbesar dari kabilah Hadhrami yang hijrah ke Asia
dan Afrika.
Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia)
adalah dari orang-orang Sayyid Syarif. Dengan perantara mereka agama Islam
tersiar diantara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini,
walaupun ada juga suku-suku lain Hadhramaut (yang bukan golongan Sayyid
Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini
disebabkan mereka (kaum Sayyid) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi
Muhammad Saw).”
Van den Berg juga menulis dalam buku yang sama (hal 192-204) :
“Pada abad ke-15, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau
keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yg kuat itu. Orang-orang
Arab bercampur-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempunyai
jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan
tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di Kepulauan Hindia telah
terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka
berketurunan pendiri Islam ( Nabi Muhammad Saw). Orang-orang Arab Hadhramaut
membawa kepada orang- orang Hindu pikiran baru yg diteruskan oleh
peranakan-peranakan Arab, mengikuti jejak nenek moyangnya.”
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam
budaya Nusantara, untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah
simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh
lain yang berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan
Kerajaan Islam di Jawa, dan jg pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat
secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih
banyak disebut dibanding yang lain.
Para Walisongo adalah intelektual yg menjadi pembaharu masyarakat
pada masanya, keturunan mereka bersambung hingga Nabi Muhammad Saw (kecuali
Sunan Kali Jaga), dan masih ada hubungan keluarga dengan para syarif maupun sayyid
Hadhramaut.
THARIQAH ALAWIYYAH DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
Habib
Zain Al-Aydrus dari Surabaya merupakan ulama yang menyebarkan tarikat ini di
Kalimantan selatan, sekaligus sebagai peletak dasarnya. Ajaran tarikat Alawiyah
ini diambil dari berbagai macam tarikat yang berkembang di Indonesia, oleh
Habib zain Al-Aydrus amalan dan ajaran tarikat-tarikat tersebut dipadukan,
sehingga setelah mendapatkan restu dari para Habib yang mengajarkan
ajaran tarikat yang ada, seperti tarikat Sammaniyah,Naqsyabandiyah dan
sebagainya (tarikat mu’tabarah), kemudian beliau menamakan tarikat
ini dengan nama tarikat Alawiyah.
Di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, ajaran ini disebarkan oleh seoarang ulama yang
cukup terkenal di daerah tersebut yaitu KH. Muhammad Bachiet, putra dari
pasangan Haji Ahmad Mughni (seorang tokoh ulama yang berasal dari Nagara
Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang popular beliau disebut dengan sebutan H.
Amat Nagara) dan Hj. Zainab, dilahirkan pada tanggal 1 januari 1966 di
Tela-ga Air Mata (Kampung Arab). Beliau mempunyai seorang istri yang bernama
Hj. Sakdiah dan tiga orang anak.
Sebagai seorang
ulama dan guru thariqah Alawiyyah, beliau juga mengarang dua buah buku/kitab
yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu pertama, kitab Nurul Muhibbin Fi
Tarjamah Thariqat Al Arifin min Sadatina Al Alawiyyin, yang membahas
tentang ajaran-ajaran dan wirid yang harus dilakukan oleh seorang jamaah
thariqah Alawiyyah, Kedua, kitab Ampunan Tuhan (Bagi Orang yang Tobat dari
Dosa dan Kesalahan).
abdkadiralhamid@2013
0 Response to "PENGARUH BA’ALAWI DI INDONESIA"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip