Keberkahan Syair-syair Maulid
Yang telah menamakan Dzat Nya "Maha Bercahaya",
adalah Pelita Tunggal nan Abadi yang menerangi
keresahan kerisauan kegelisahan dihati hamba Nya
yang berdosa di bumi milik Nya dari zaman ke zaman.
Rasulullah SAW bersabda : "barang siapa yang
membaca ''Rodiytu Billaahi Robba, Wa Bil Islami
Diina, Wa Bi Muhammadin Nabiyya Wa Rosula'' di
pagi/sore 3x, maka Hak Allah untuk meridhoinya
HR. Abu Dawud
artinya : aku ridho Allah SWT sebagai Tuhanku,
aku ridho Islam sebagai Agamaku, dan aku ridho
Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasulku
Dihikayatkan bahwa Ibrahim bin Adham radhiyallahu
‘anhu melewati pasar di Bashrah, lalu orang-orang
mengerumuninya dan berkata kepadanya, “Wahai ..
Abu Ishaq! Ada apa dengan kami, kami telah berdoa
tetapi tidak terkabul?” Beliau menjawab, “Lantaran
hati kalian semua telah mati dengan sepuluh perkara,
yaitu:
Pertama, kalian mengenal Allah Subhanahu wa
Ta’ala, tetapi kalian tidak mau memberikan hak-Nya.
Kedua, kalian menganggap diri kalian cinta kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan
kalian meninggalkan sunahnya.
Ketiga, kalian telah membaca Alquran, tetapi kalian tidak mengamalkannya.
Keempat, kalian mengatakan bahwa setan adalah musuh
bagi kalian, tetapi kalian tidak berlawanan dengannya.
Kelima, Kalian memakan ni'mat dari Allah tapi kalian
tidak menunaikan haknya.
Keenam, kalian berkata bahwa
surga adalah kepastian, tetapi kalian tidak melakukan
amal perbuatan untuknya.
Ketujuh, kalian berkata bahwa
neraka adalah kepastian tapi kalian tidak menghindarinya.
Kedelapan, kalian berkata bahwa kematian adalah kepastian,
tetapi kalian tidak sama sekali tersadar dan melakukan
persiapan untuknya.
Kesembilan, kalian bangun dari tidur,
lalu kalian menyibukkan diri dengan aib-aib orang lain
sedangkan kalian melupakan aib kalian sendiri.
Kesepuluh, kalian menguburkan orang-orang yang meninggal diantara
kalian, tetapi kalian tidak mengambil pelajaran darinya.’
Bahwasanya agar kita semua merenungkan pesan
Rasulullah SAW ini. ”Celupkan jari tanganmu ke dalam
lautan.” Pesan itu disampaikan saat ketika ada sahabat
bertanya perbedaan dunia dan akhirat maka beliau.saw
Bersabda: ”Air di jarimu itulah maka dunia, sedangkan
sisanya, pada bentangan lautan lepas nan luas tak bertepi,
itulah ibaratnya maka sebagai perumpamaan kebahagiaan
Kebahagiaan kelak di akhirat” subhanallah wa MashaAllah
Setiap naskah Maulid mengandung keistimewaan
dan keberkahan. Masing-masing Majelis maulid
meyakini adanya berkah pahala tersendiri.
Jauh Sebelum mengubah Syair Maulid Simthud Durar,
Sepanjang hidupnya Al-Habib Ali bin Muhammad
Al-Habsyi selalu membaca Maulid Ad-Diba'i, Karya
Syaikh Abdurrahmanbin Ali Ad-Diba'i Az-Zubaidi.
Namun menjelang sepuh, ketika sudah menguasai
banyak ilmu agama, ulama besar asal Hadhramaut,
yang wafat pada 1333 H/1912 M itu menggubah
Simthud Durar, yang belakangan juga terkenal
sebagai Maulid Habsyi.
Syair maulid adalah madah puja-puji terhadap
Rasulullah SAW yang digubah oleh para ulama besar
yang juga menguasai paramasastra bahasa Arab yang
disebut ilmu Blaghah dan Ma'ani. Naskah-naskah itu
rata-rata ditulis seabad silam. Dan semuanya sangat
populer dikalangan kaum muslimin. selain Simthud Durar
ada Barzanji (Syaikh Ja'far bin Hasan bin Hasan bin
Abdul Karim Al-Barzanji Al-Madani), Burdah (Imam
Muhammad Al Bushiri), Ad-Diba'i (Al-imam Abdurrahman
bin Ali Ad-Diba'i Asy-Syaibani Az-Zubaidi ) Al-'Azabi
(Syaikh muhammad Al-'Azabi), Al-Buthy (Syaikh Abdurrauf
Al-Buthy), Syaraful Anam (Anonim), Adh-Dhiya-ul-Lami'
(Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz), dan lain-lain.
Masing-masing ulama,atau majelis maulid, mempunyai
kegemaran atau kecenderungan tersendiri terhadap
salah satu atau dua naskah Maulid. Ada yang lebih
senang membaca Burdah, Barzanji Ad-Diba'i, atau
Simthud Durar. Tapi ada yang membaca dua Naskah
sekaligus,karena dua-duanya mengandung nilai sastra
yang tinggi dan keutamaan (fadhilah) tersendiri .
Di Indonesia , Simthud Durar yang juga dikenal sebagai
maulid Habsyi, selain sangat populer dikalangan majelis
ta'lim yang digelar para Habib, juga dibaca oleh
sementara majelis ta'lim dan pesantren yang diasuh oleh
para ulama atau kyai. Di kalimantan selatan, misalnya,
terutam martapura dan sekitarnya, majelis Simthud Durar
tumbuh menjamur. Bisa dimaklumi, sebab seorang ulama
kharismatis yang sangat termasyhur, (alm.) KH. Zaini
Abdul Ghani, alias Guru Ijai, senantiasa membaca di
majelis yang dipimpinnya.
Setiap tahun, pembacaan Maulid Habsyi di masjid
Ar-Riyadh, solo, usai Sholat Subuh, selalu ditunggu
oleh kaum muslimin. Beberapa habib yang ditunjuk
oleh (alm.) Habib Anis memimpin acara tersebut.
Salah seorang murid Habib Anis yang mensyiarkan
Simthud Durar di setiap majelis ta'lim yang diasuhnya
ialah Habib Hisin Mulachela.
Suatu hari Habib Ali Al-Habsyi kedatangan seorang yang
mengelihkan perihal anaknya " Ya Habib, anak saya ..
bodoh sekali . Sangat sulit disuruh menghafal. Diajak
beribadah pun malas," katanya. maka Menurutnya Maulid
yang satu ini diantaranya mengandung beberapa keutamaan.
Diantaranya, konon ada seorang anak yang hati dan juga
pikirannya kusut, setelah menulis naskah Simthud Durar
dari awal hingga akhir berangsur-angsur menjadi jernih.
خبري (Berilah Kabar Padaku)
خبّري خبّري خبّري يا نسيمى عن مغرام شذي والهان
Berilah kabar kepadaku,wahai angin sepoi-sepoi,
aku tergila-gila,aku sangat rindu dan bingung
عا شق اه عاشق عا شق الأنوار
Oh rindu,rindu kepada cahaya
أنت عنّي تشتكي والحالي كلّ اللّيل سهران
Engkau perintahkan aku mengadu kepadanya,
lihatlah keadaanku,sepanjang malam aku begadang
كي ارأ المختار كي ارأ المختار
Agar aku dapat memandang Nabi al-Mukhtar(nabi pilihan)
من يّلمني في غرامي طا لما عاشق جمالك
Barang siapa,menghina penyakitku,
sungguh sangat terlambat karena kerinduanku
pada kebaikan kekasihku sudah lama
يامكرّم يا ممجّد يا مؤيّد بالشّفاعة
Wahai manusia yang dimuliakan,
diagungkan,dikuatkan dengan syafa’at
هاأنا أنالها
Berilah itu kepadaku
“ dalam riwayat Shahih Al Bukhari, ketika sayyidina Hassan bin Tsabit membaca qasidah/nasyidah didepan kubah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masjid An Nabawi, maka ketika itu datanglah Umar bin Khattab RA dan berkata : “wahai Hassan bin Tsabit, tidak adakah tempat lain untuk engkau membaca qasidah selain di tempat ini?”, maka... sayyidina Hassan berkata: “Dahulu aku telah membaca qasidah di tempat ini dan ketika itu ada orang yang lebih mulia daripada engkau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakanku dengan berkata : “semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga bibirmu”, yang disaat itu ada Abu Hurairah ada bersama mereka ditanya oleh Umar bin Khattab Ra : “Benarkah demikian wahai Abu Hurairah?” , maka Abu Hurairah menjawab dan membenarkan hal itu. Dan setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat pun masih banyak orang yang membaca qasidah di makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga abad ke-18 ini, jangankan membaca qasidah di makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke makam beliau pun dilarang. Dahulu di masa seorang penyair hebat dan sangat terkenal yaitu syaikh Farazdaq dimana beliau selalu asyik memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mempunyai kebiasaan melakukan ibadah haji setiap tahunnya. Suatu waktu ketika beliau melakukan ibadah haji kemudian datang berziarah ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan membaca qasidah di makam beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,dan ketika itu ada seseorang yang mendengarkan qasidah pujian yang dilantunkannya, setelah selesai membaca qasidah orang itu menemui syaikh Farazdaq dan mengajak beliau untuk makan siang ke rumahnya, beliau pun menerima ajakan orang tersebut dan setelah berjalan jauh hingga keluar dari Madinah Al Munawwarah hingga sampai di rumah orang tersebut, sesampainya di dalam rumah orang tersebut memegangi syaikh Farazdaq dan berkata: “sungguh aku sangat membenci orang-orang yang memuji-muji Muhammad, dan kubawa engkau kesini untuk kugunting lidahmu”, maka orang itu menarik lidah beliau lalu mengguntingnya dan berkata : “ambillah potongan lidahmu ini, dan pergilah untuk kembali memuji Muhammad”, maka Farazdaq pun menangis karena rasa sakit dan juga sedih tidak bisa lagi membaca syair untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian beliau datang ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berdoa : “Ya Allah jika shahib makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang aku lantunkan untuknya, maka biarkan aku tidak lagi bisa berbicara seumur hidupku, karena aku tidak butuh kepada lidah ini kecuali hanya untuk memuji-Mu dan memuji nabi-Mu, namun jika Engkau dan nabi-Mu ridha maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula”, beliau terus menangis hingga tertidur dan bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkata : “aku senang mendengar pujian-pujianmu, berikanlah potongan lidahmu”, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil potongan lidah itu dan mengembalikannya pada posisinya semula, dan ketika syaikh Farazdaq terbangun dari tidurnya beliau mendapati lidahnya telah kembali seperti semula, maka beliaupun bertambah dahsyat memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hingga di tahun selanjutnya beliau datang lagi menziarahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kembali membaca pujian-pujian untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan di saat itu datanglah seorang yang masih muda dan gagah serta berwajah cerah menemui beliau dan mengajak beliau untuk makan siang di rumahnya, beliau teringat kejadian tahun yang lalu namun beliau tetap menerima ajakan tersebut sehingga beliau dibawa ke rumah anak muda itu, dan sesampainya di rumah anak muda itu beliau dapati rumah itu adalah rumah yang dulu beliau datangi lalu lidah beliau dipotong, anak muda itu pun meminta beliau untuk masuk yang akhirnya beliau pun masuk ke dalam rumah itu hingga mendapati sebuah kurungan besar terbuat dari besi dan di dalamnya ada kera yang sangat besar dan terlihat sangat beringas, maka anak muda itu berkata : “engkau lihat kera besar yang di dalam kandang itu, dia adalah ayahku yang dulu telah menggunting lidahmu, maka keesokan harinya Allah merubahnya menjadi seekor kera”. Dan hal yang seperti ini telah terjadi pada ummat terdahulu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala : “Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang, Kami katakan kepada : “mereka jadilah kalian kera yang hina”. ( QS. Al A’raf : 166 ) Kemudian anak muda itu berkata: “jika ayahku tidak bisa sembuh maka lebih baik Allah matikan saja”, maka syaikh Farazdaq berkata : “Ya Allah aku telah memaafkan orang itu dan tidak ada lagi dendam dan rasa benci kepadanya”, dan seketika itu pun Allah subhanahu wata’ala mematikan kera itu dan mengembalikannya pada wujud yang semula. Dari kejadian ini jelaslah bahwa sungguh Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang suka memuji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena pujian kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam disebabkan oleh cinta dan banyak memuji kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berarti pula banyak mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan semakin banyak orang yang berdzikir, bershalawat dan memuji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalla, maka Allah akan semakin menjauhkan kita, wilayah kita dan wilayah-wilayah sekitar dari musibah dan digantikan dengan curahan rahmat dan anugerah dari Allah subhanahu wata’ala. “ Wallaahu Alamu Bi Murodih
اللهم صل على نور الانوار وَسِرِّ الاَسرَارِ وَتِر يَاقِ الاَغيَارِ وَمِفتَاحِ بَابِ اليَسَارِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد المُختَارِ وَالِهِ الاَطهَار وَاصحَا بِهِ الاَخيَارِ عَدَدَ نِعَمِ اللهِ وَاِفضَالِهِ
abdkadiralhamid@2013
0 Response to "Keberkahan Syair-syair Maulid"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip