1. Menjadi mesin pemintal
Di masa belia, ditanah kelahirannya
yaitu di daerah Hadhramaut – Yaman Selatan, Habib Husein berguru pada
seorang Alim Shufi. Di hari-hari libur ia pulang untuk menyambang
ibunya.
Pada suatu malam ketika ia berada di
rumahnya, ibu Habib Husein meminta tolong agar ia bersedia membantu
mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang. Habib Husein segera
menyanggupi, dan ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang di
perintahkan oleh ibunya. Makan malam juga telah disediakan. Menjelang
pagi hari, ibu Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena
makanan yang disediakan masih utuh belum dimakan husein. Selanjutnya ia
sangat kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya. Si ibu
tercengang melihat kejadian ini. Dalam benaknya terpikir bagaimana
mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya dikerjakan dalam
beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam, padahal Habib
Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas disudut gudang.
Kejadian ini oleh ibunya diceritakan
kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein. Mendengar cerita itu
maka ia bertakbir sambil berucap : “ sungguh Allah berkehendak pada
anakmu, untuk di perolehnya derajat yang besar disisi-Nya, hendaklah ibu
berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya, rahasiakanlah
segala sesuatu yang terjadi pada anakmu.”
2. Menyuburkan Kota Gujarat
Hijrah pertama yang di singgahi oleh
Habib Husein adalah di daratan India, tepatnya di kota Surati atau lebih
dikenal Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati karena
dilanda kekeringan dan wabah kolera.
Kedatangan Habib Husein di kota tersebut
di sambut oleh ketua adat setempat, kemudian ia dibawa kepada kepala
wilayah serta beberapa penasehat para normal, dan Habib Husein di
perkenalkan sebagai titisan Dewa yang dapat menyelamatkan negeri itu
dari bencana.
Habib Husein menyangupi bahwa dengan
pertolongan Allah, ia akan merubah negeri ini menjadi sebuah negeri yang
subur, asal dengan syarat mereka mengucapkan dua kalimat syahadat dan
menerima Islam sebagai agamanya. Syarat tersebut juga mereka sanggupi
dan berbondong-bondong warga di kota itu belajar agama Islam.
Akhirnya mereka di perintahkan untuk
membangun sumur dan sebuah kolam. Setelah pembangunan keduanya di
selesaikan, maka dengan kekuasaan Allah turun hujan yang sangat lebat,
membasahi seluruh daratan yang tandus. Sejak itu pula tanah yang kering
berubah menjadi subur. Sedangkan warga yang terserang wabah penyakit
dapat sembuh, dengan cara mandi di kolam buatan tersebut. Dengan
demikian kota yang dahulunya mati, kini secara berangsur-angsur
kehidupan masyarakatnya menjadi sejahtera.
3. Mengislamkan tawanan
Setelah tatanan kehidupan masyarakat
Gujarat berubah dari kehidupan yang kekeringan dan hidup miskin menjadi
subur serta masyarakatnya hidup sejahtera, maka Habib Husein melanjutkan
hijrahnya ke daratan Asia Tenggara untuk tetap mensiarkan Islam. Beliau
menuju pulau Jawa, dan akhirnya menetap di Batavia. Pada masa itu hidup
dalam jajahan pemerintahan VOC Belanda.
Pada suatu malam Habib Husein dikejutkan
oleh kedatangan seorang yang berlari padanya karena di kejar oleh
tentara VOC. Dengan pakaian basah kuyub ia meminta perlindungan karena
akan dikenakan hukuman mati. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang
Tionghoa.
Keesokan harinya datanglah pasukan
tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap tawanan yang
dikejarnya. Beliau tetap melindungi tawanan tersebut, sambil berkata :
“Aku akan melindungi tawanan ini dan aku adalah jaminannya.”
Rupanya ucapan tersebut sangat di dengar
oleh pasukan VOC. Semua menundukkan kepala dan akhirnya pergi,
sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih, sehingga akhirnya
ia memeluk Islam.
4. Menjadi Imam di Penjara
Dalam masa sekejab telah banyak orang
yang datang untuk belajar agama Islam. Rumah Habib Husein banyak
dikunjungi para muridnya dan masyarakat luas. Hilir mudiknya umat yang
datang membuat penguasa VOC menjadi khawatir akan menggangu keamanan.
Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap dan
di masukan ke penjara Glodok. Bangunan penjara itu juga dikenal dengan
sebutan “Seksi Dua.”
Rupanya dalam tahanan Habib Husein
ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang sempit, sedangkan
pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan yang lain.
Polisi penjara dibuat terheran-heran
karena ditengah malam melihat Habib Husein menjadi imam di ruangan yang
besar, memimpin shalat bersama-sama para pengikutnya. Hingga menjelang
subuh masyarakat di luar pun ikut bermakmum. Akan tetapi anehnya dalam
waktu yang bersamaan pula polisi penjara tersebut melihat Habib Husein
tidur nyenyak di kamar ruangan yang sempit itu, dalam keadaan tetap
terkunci.
Kejadian tersebut berkembang menjadi
buah bibir dikalangan pemerintahan VOC. Dengan segala pertimbangan
akhirnya pemerintah Belanda meminta maaf atas penahanan tersebut, Habib
Husein beserta semua pengikutnya dibebaskan dari tahanan.
5. Si Sinyo menjadi Gubernur
Pada suatu hari Habib Husein dengan
ditemani oleh seorang mualaf Tionghoa yang telah berubah nama Abdul
Kadir duduk berteduh di daerah Gambir. Disaat mereka beristirahat
lewatlah seorang Sinyo (anak Belanda) dan mendekat ke Habib Husein.
Dengan seketika Habib Husein menghentakan tangannya ke dada anak Belanda
tersebut. Si Sinyo kaget dan berlari ke arah pembantunya.
Dengan cepat Habib Husein meminta
temannya untuk menghampiri pembantu anak Belanda tersebut, untuk
menyampaikan pesan agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak
ini akan menjadi seorang pembesar di negeri ini.
Seiring berjalannya waktu, anak Belanda
itu melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda. Kemudian setelah lulus
ia di percaya di angkat menjadi Gubernur Batavia.
6. Cara Berkirim Uang
Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya
telah diramal oleh Habib Husein bahwa kelak akan menjadi orang besar di
negeri ini, ternyata memang benar adanya. Rupanya Gubernur muda itu
menerima wasiat dari ayahnya yang baru saja meninggal dunia. Di
wasiatkan kalau memang apa yang dikatakan Habib Husein menjadi kenyataan
diminta agar ia membalas budi dan jangan melupakan jasa Habib Husein.
Akhirnya Gubernur Batavia menghadiahkan
beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya, tetapi
dibuangnya ke laut. Demikian pula setiap pemberian uang berikutnya,
Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga dibuangnya ke laut.
Gubernur yang memberi uang menjadi penasaran dan akhirnya bertanya
mengapa uang pemberiannya selalu di buang ke laut. Dijawabnya oleh Habib
Husein bahwa uang tersebut dikirimkan untuk ibunya ke Yaman.
Gubernur itu dibuatnya penasaran,
akhirnya diperintahkan penyelam untuk mencari karung uang yang di buang
ke laut, walhasil tak satu keeping uang pun diketemukan. Selanjutnya
Gubernur Batavia tetap berupaya untuk membuktikan kebenaran kejadian
ganjil tersebut, maka ia mengutus seorang ajudan ke negeri Yaman untuk
bertemu dan menanyakan kepada ibu Habib Husein.
Sekembalinya dari Yaman, ajudan Gubernur
tersebut melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib Husein telah menerima
sejumlah uang yang di buang ke laut tersebut pada hari dan tanggal yang
sama.
7. Kampung Luar Batang
Gubernur Batavia sangat penuh perhatian
kepada Habib Husein. Ia menanyakan apa keinginan Habib Husein. Jawabnya :
“Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.” Akan tetapi Gubernur itu
sangat bijak, dihadiahkanlah sebidang tanah di kampung baru, sebagai
tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir.
Habib Husein telah di panggil dalam usia muda, ketika berumur kurang lebih 30-40 tahun. Meninggal pada hari kamis tanggal 17 Ramadhan 1169 atau bertepatan tanggal 27 Juni 1756 M. sesuai dengan peraturan pada masa itu bahwa setiap orang asing harus di kuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang.
Sebagai mana layaknya, jenasah Habib
Husein di usung dengan kurung batang (keranda). Ternyata sesampainya di
pekuburan jenasa Habib Husein tidak ada dalam kurung batang. Anehnya
jenasah Habib Husein kembali berada di tempat tinggal semula. Dalam
bahasa lain jenasah Habib Husein keluar dari kurung batang, pengantar
jenasah mencoba kembali mengusung jenasah Habib Husein ke pekuburan yang
dimaksud, namun demikian jenasah Habib Husein tetap saja keluar dan
kembali ke tempat tinggal semula.
Akhirnya para pengantar jenasah memahami
dan bersepakat untuk memakamkan jenasa Habib Husein di tempat yang
merupakan tempat rumah tinggalnya sendiri. Kemudian orang menyebutnya
“Kampung Baru Luar Batang” dan kini dikenal sebagai “Kampung Luar
Batang.”
Catatan :
Pengalaman masa lampau, tersiar khabar
bahwa Al-Habib Husein membuang sejumlah uang ke laut di daerah “Pasar
Ikan”. Tidak henti-hentinya para pengunjung menyelami tempat itu. Dengan
bukti nyata, mereka mendapatkannya, sedangkan pada waktu itu, untuk
dapat bekerja masih sukar di peroleh. Satu-satunya mata pencaharian yang
mudah dikerjakan ialah, menyelam di laut. Dengan demikian, bangkitlah
keramaian dikawasan kota tersebut, sehingga timbullah istilah “Mencari
Duit ke Kota”
Penutup
1. Perayaan-perayaan tahunan di Makam Keramat Luar Batang.
a. Perayaan/peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, pada minggu terakhir di bulan Rabi’ul Awwal.
b. Perayaan/peringatan haulnya Al-Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus Keramat Luar Batang pada minggu terakhir di bulan Syawal.
c. Perayaan “akhir ziarah” pada bulan Sya’ban, yaitu pada 3 (tiga) hari atau 7 (tujuh) hari menjelang bulan suci Ramadhan.
2. Sumber Riwayat ini di peroleh dari :
a. Nara Sumber, sesepuh keluarga
Al-Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus ialah Almarhumah Syarifah Muznah
binti Husein Alaydus, kakak kandung Al-Habib Abu Bakar bin Husein
Alaydrus, diceritakan kembali oleh penulis, semoga Allah SWT memberikan
rahmat dan Maghfirah-Nya….Amiin.
b. Diktat sejarah Kampung Luar Batang, oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta/Dinas Museum dan Sejarah, 1982/1983.
c. Dari berbagai sumber
|
َالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
بِِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرّحِيْم اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْن
اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى الِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍِ اَمَّا بَعْدُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى فىِ
الْقُرْانِ الْكَرِيْم اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرّجِيْم
بِِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرّحِيْم اَلاَ اِنَّ اَوْلِْيَاءَ الله لاَ
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُوْنَ اَلَّذِيْنَ امَنُوْا وَكَانُوا
يَتَّقُوْنَ لَهُمُ الْبُشْرى فىِ الْحَيوةِ الّدُنْيَا وَفىِ اْلاخِيْرَة
لاَ تَبْدِيْلَ لِكَلِمَاتِ اللهِ ذَالِكَ هُوَ الْفَوْزُالْعَظِيْم صَدَقَ
اللهُ الْعَظِيْم
Hari
ini bertepatan dengan hari Ahad di akhir bulan Syawwal, hari ini kita
sama-sama memperingati haul dari seorang wali besar, ulama hebat pada
zamannya yang hingga kini masih terus dan terus dikenang perjuangan dan
kisah hidupnya dalam berdakwah menegakkan kalimat LaaIlahaIllallah
Muhammadurrosulullah, yaitu Haulnya Al-habib Al-imam Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus, Keramat Luar Batang yang ke 261.
Al-imam
Husein Bin Abu Bakar Alaydrus memiliki silsilah yang sampai kepada
Baginda Rasulullah SAW, di mana silsilah beliau yaitu: Al-imam Husein
Bin Abu Bakar Bin Abdullah Bin Husein Bin Ali Bin Muhammad Bin Ahmad Bin
Husein Ibnil Imam Syamsi Syumus Abdullah Alaydrus Akbar. Beliau
dilahirkan di sebuah desa yang bernama Ma’ibad, Hadralmaut Yaman
Selatan, dan pada usianya yang ke 11 tahun, beliau ditinggal wafat oleh
ayahnya.
Selepas
mangkatnya ayahnya, Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus hijrah ke
kota Tarim, dan ternyata di pintu kota Tarim telah menunggu seorang wali
besar, yaitu Quthbil Irsyad, Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad, yang
langsung menyambut kedatangan dari Al-imam Husein Bin Abu Bakar
Alaydrus. Setelah tiba di kota Tarim, beliau didampingi oleh Al-imam
Abdullah Bin Alwy Alhaddad langsung berziarah kepada Sayyidina Faqih
Muqaddam Al’imam Muhammad Bin Ali Ba’alawy, Sayyidina Abdurrahman Bin
Muhammad Assegaf dan Datuk Beliau Sayyidina Abdullah Alaydrus Akbar.
Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad mengatakan kepada beliau bahwa
semalam kakekmu, Sayyidina Abdullah Alaydrus Akbar datang kepadaku dan
mengabarkan tentang kedatanganmu wahai Husein.
Al-imam
Husein Bin Abu Bakar Alaydrus menimba ilmu kepada Quthbil Irsyad,
Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad, dan menurut cukilan dari Alhabib Ali
Bin Husein Alattas dalam kitabnya Taajul A’rasy mengatakan bahwa
Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus sebelum hijrah ke Indonesia,
beliau telah mendapatkan mandat kepercayaan dari guru beliau Al-imam
Abdullah Bin Alwy Alhaddad untuk melaksanakan da’watul islam.
Al-imam
Husein Bin Abu Bakar Alaydrus kemudian hijrah ke Asia Timur dan sampai
di Indonesia, lalu setibanya di pulau Jawa, tepatnya di Pelabuhan Sunda
Kelapa, beliau diusir kembali oleh penjajah Belanda. Akhirnya dengan
bantuan para Muhibbin di malam hari dengan menggunakan sekoci beliau
tiba kembali di Pelabuhan Sunda Kelapa. Beliau kemudian berda’wah di
tanah Batavia ini dan pada saat itu penjajah Belanda sangat sensitif
kepada para ulama karena di Sunda Kelapa ini masih ada bekas-bekas
pertempuran Sunda Kelapa yang berada di bawah pimpinan dari Sunan Gunung
Jati Al-imam Syarif Hidayatullah dan Fatahillah, sehingga penjagaannya
sangat ketat dan berakibat pada dicurigainya Al-Habib Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus sebagai pemberontak, akhirnya beliau dimasukkan ke dalam
penjara, yang berada di sekitar Glodok.
Perjuangan
da’wah Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus sangatlah luar biasa, dan
salah satu karomah beliau adalah di pagi hari beliau berada di dalam
penjara sementara anehnya menjelang maghrib beliau sudah tidak ada di
dalam penjara, beliau menyampaikan da’wah-da’wahnya di musholla dan
masjid-masjid, sehingga membuat takut para sipir penjara dan akhirnya
kepala sipir penjara tersebut meminta agar Habib Husein keluar saja dari
dalam penjara tapi beliau menolaknya sampai akhirnya beliau keluar dari
penjara dengan keinginannya sendiri.
Pada
suatu ketika di dalam perjalanan da’wahnya, Al-imam Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus melihat seorang tentara Belanda yang memang memiliki
akhlak yang baik terhadap beliau, di mana tentara Belanda ini selalu
menegur dan ramah terhadap Beliau. Akhirnya Habib Husein memanggilnya
dan mengatakan bahwa tentara Belanda tersebut kelak akan menjadi
Gubernur, di Batavia. tentara Belanda tersebut berkata sambil tertawa
“mana mungkin aku menjadi seorang Gubernur”. Selang beberapa bulan
kemudian sang tentara Belanda tersebut dipanggil ke negerinya dan
kembali ke Batavia untuk dipercaya menjadi Gubernur.
Sang
tentara Belanda yang kini telah menjadi Gubernur teringat akan Habib
Husein dan menemui beliau seraya ta’jub atas perkataan dari Habib Husein
dan sebagai balasannya Tentara ini memberikan hadiah berupa uang,
bahkan emas, tetapi semuanya ditolak oleh Habib Husein. Karena Gubernur
tersebut memaksa, Akhirnya Al-habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus
berkata bahwa jika Engkau ingin memberiku hadiah, maka berikanlah aku
tanah yang berada di luar pelabuhan Sunda Kelapa yang saat itu sedang
surut. Tentara belanda tersebut kaget dan berkata percuma bila Aku
berikan tanah tersebut, sebentar lagi air akan naik dan daratan itu akan
terendam air laut. Al-habib Husein berkata “bila Engkau berikan
sekarang, maka mulai saat ini air tidak akan pernah pasang bahkan hingga
yaumil qiyamah”.. Allahu Akbar.. sehingga akhirnya diberikanlah tanah
tersebut.
Al-habib
Husein Bin Abu Bakar Alaydrus memiliki tanah ± 10 hektar dan di atas
tanah tersebut, kemudian pertama kali yang dibangun oleh Al-imam Husein
Bin Abu Bakar Alaydrus adalah Masjid, kemudian rumah beliau yang saat
ini menjadi tempat pusaranya beliau. Dan semenjak itu, dipatok
tanah-tanah tersebut yang besarnya ± sampai 10 hektar dengan pilar dan
batang-batang sehingga daerah ini dikenal dengan sebutan “Luar Batang”, disebabkan diluar pelabuhan Sunda Kelapa muncullah batang-batang. Di
sini beliau bersama salah satu muridnya Haji Abdul Qodir yang merupakan
penterjemahnya mengajarkan kepada murid-muridnya yang dating dari
Banten, Indramayu, Cirebon, Tuban Gresik dan pelosok-pelosok kota lain
di Indonesia.
Al-imam
Husein Bin Abu Bakar Alaydrus Wafat pada Malam 17 Ramadhan, akan tetapi
mengapa acara haul dari beliau diperingati setiap hari Ahad di akhir
bulan Syawwal?
Karena
ini merupakan ijtima’ dari para ulama dan habaib yang saat itu berada
di bawah pimpinan Mufti Betawi yaitu Alhabib Utsman Bin Abdullah Bin
Yahya. Di mana para penjajah saat itu masih menguasai dan transportasi
yang sangat sulit sekali serta bertepatan dengan keadaan orang-orang
yang sedang berpuasa, sehingga diputuskanlah oleh para ulama dan habaib
agar pelaksanaan Haul Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus diadakan
pada akhir Ahad bulan Syawwal, di mana setelah orang-orang melaksanakan
silaturrahim lebaranan barulah kembali berkumpul dan bersilaturrahim di
pusara beliau untuk memperingati Haulnya Al-imam Husein Bin Abu Bakar
Alaydrus.
Inilah
sekelumit tentang perjalanan dan perjuangan dari Al-imam Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus. Semoga Allah semakin mengangkat derajat beliau dan
semoga kita semua mendapatkan curahan keberkahan, rahasia-rahasia dan
ilmu serta karomah dari Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus.. Amin Ya
Robbal Alamin.
َالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهabdkadiralhamid@2013
Ass wr wb
BalasHapus175389/RA03
554233/RA 03
BalasHapus14.03.2020
100-433-0027373.
BalasHapusKODE VERIFIKASI RABITHAH ALAWIYAH
370306
100-433-0027383.
ANAK 05
100-433-0027412
100-433-0027392
100-433-0027431
100-433-0027402
100-433-0027422
YAY.AHBABUL MUSTOFA
BalasHapusNPWP:02.656.296.7.504.000
BPPS20180006131-A.
119245
112164
KIS:0001891873045
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA
AGAMA:ISLAM
BalasHapusSemoga kita semua dikumpulkan di surga bersama beliau. Kelak.. Aminnn
BalasHapusBissmillah
BalasHapusAssalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Kesehatan merupakan nikmat yang Allah azza wa jalla berikan kepada kita dan wajib kita syukuri