Al-Imam Al-Habib Umar Al Muhdhor bin Abdurrahman Assegaf, Tarim
Beliau adalah seseorang yang mulia, maha guru di masanya, wali putra wali, alim putra alim, menguasai Al Qu’ran, Sunnah, secara bertahap berkembang-dan berkembang hingga orang-orang menjulukinya dengan Al Muhdhar.
Silsilah Nasab Syekh Umar Al Muhdhar
Al-Musthofa Muhammad SAW
Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Zahro
Al Husain
Ali Zainal Abidin
Muhammad Al Baqir
Ja’far As Shaddiq
Ali Al Uraidli
Muhammad An Naqib
Isa Ar Rumi
Ahmad Al Muhajir
Ubaidillah
Alawi Awwal
Muhammad
Alawi ats-tsani
Ali Khali’ Qasam
Muhammad Shahib Mirbath
Ali
Muhammad Al Faqih Al Muqaddam
Alawi Al Ghayur
Ali Shahibud Dark
Muhammad Maula Ad Dawilah
Abdurrahman As Saqqaf
Syekh Umar Al Muhdhar
Maryam Alawiyah Aisyah Fatimah
Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Zahro
Al Husain
Ali Zainal Abidin
Muhammad Al Baqir
Ja’far As Shaddiq
Ali Al Uraidli
Muhammad An Naqib
Isa Ar Rumi
Ahmad Al Muhajir
Ubaidillah
Alawi Awwal
Muhammad
Alawi ats-tsani
Ali Khali’ Qasam
Muhammad Shahib Mirbath
Ali
Muhammad Al Faqih Al Muqaddam
Alawi Al Ghayur
Ali Shahibud Dark
Muhammad Maula Ad Dawilah
Abdurrahman As Saqqaf
Syekh Umar Al Muhdhar
Maryam Alawiyah Aisyah Fatimah
Kelahiran dan Pertumbuhan
Dilahirkan
dan tumbuh berkembang di kota Tarim, hafal Al Qur’an, dibesarkan
bersama saudara-saudaranya dalam suasana didikan ruhaniah yang kental
dengan doktrin bagaimana menghargai waktu dan perhatian dari kedua orang
tua.
Ini bukanlah berlebihan dalam mensifati
sang tokoh, sebab pendidikan orang tua tidak terbatas pada tembok
sekolah, seorang ayah yang juga pendidik tidak akan melepaskan satu
titikpun dari kehidupannya untuk dijadikan madrasah bagi anaknya, tulis
menulis dalam model pendidikan ini tak ubahnya salah satu bentuk
pendidikan teoretis dan praktis dalam madrasah ini, anak didik didoktrin
untuk menyadari pengaruh Al Qur’an dan rahasia makna-makna nya
dibarengi dengan rasa tunduk dan takut, siang dan malam dibangunkan oleh
dendangan Al Qur’an.
Ketika kaki ini lurus dari tidur langkah
pertama yang diambil adalah masjid, pesantren, pijakan kaki para ulama,
hal ini dibiasakan tahun demi tahun sehingga, ketika anak didik menoleh
ke hal yang tidak baik semerta-merta lingkungannya semua membimbingnya
ke jalan yang benar, sehingga dia tidak memiliki alternative jalan
kecuali jalan yang lurus dan dia juga tidak pernah mendengar selain
tentang hal penyelamat dunia akhirat.
Syekh Abdul Rahman Al Saqqaf sangat
perhatian terhadap Syekh Al Muhdar, sehingga sang putra sangat giat
dalam meneladani sang ayah disegala kebiasaan, ibadah, dan tujuan-tujuan
ayahnya. Beliau memilihkan untuk anaknya guru-guru terbaik, sehingga
dari mereka didapat ilmu-ilmu yang matang di pelbagai disiplin ilmu,
diriwayatkan beliau hafal kitab Minhaju Al Thalibin semenjek muda.
Diantara guru beliau yang paling agung
setelah ayah beliau adalah Syekh Abu Bakar bin Muahammad BalHaj Ba
Fadhal , sehingga beliau dapat menguasai segala ilmu yang ada pada zaman
beliau.
Riyadhah dan Mujahadah
Beliau terkenal sangat kuat pendirian
sedari kecil, petuah-petuah ayahnya Syekh Abdul Rahman Al Saqqaf
terpatri kuat dalam kepribadian beliau.
Dalam Al Jauhar dikatakan, cerita ke 258
dari manaqib Al Imam Al Saqqaf dikatakan, guru kami Syekh Umar putra
Syekh Abdul Rahman mengatakan, dalam majelis ta’lim ayah saya di
sebutkan cerita tentang seorang ahli fiqih yang ingin buang air kecil
lalu ketika dia menghadap ke kiblat dia ingat itu haram lalu ketika dia
membelakanginya dia ingat itu juga haram lalu dia menghadap ke arah
yang lain, sebab pindahnya dia ini dia diampuni oleh Allah dari
dosa-dosanya. Lalu aku berniat untuk membaca ilmu syariah besok pagi,
dan aku termasuk orang yang paling akhir yang berdiri dari majelis, lalu
ayahku menghampiriku dan berkata wahai Umar! Cepatlah berjalan
(berusahalah dengan sekuat tenaga: Pen) karena para ahli fiqih hanya
memiliki Qobas (belajar dengan mengmbil dalil dari Al Qur’an dan Al
Hadits,Ijma’ dan Qiyas), beliau juga mengatakan satu uqiyah (ukuran
timbangan kecil) amalan bathin sama dengan satu bahar (ukuran timbangan
besar) amal dhahir.
Dalam Al Jauhar Al Syaffaf dalam cerita
ke 259 disebutkan, suatu hari di majelis taklim ayahku disebutkan nama
Al Hallaj di majelis dan dibahas singkat, lalu dalam benakku terbersit
“adakah orang yang seperti dia” lalu ayah ku menoleh kepadaku, dan
berkata Al Hallaj tidak main-main congklak , konon saat itu Syekh Umar
sangat senang bermain congklak, ayah Syekh Umar ingin anaknya merubah
kebiasaan dari bermain congklak menjadi perjuangan untuk melawan hawa
nafsu (mujahadah) sehingga kelak menjadi ahli ilmu bathin yang
terkemuka, dan memang begitulah jadinya.
Penulis Al Jauhar, mengkomentari maksud
dari Syekh Abdul Rahman Al Saqqaf pada ucapan beliau ” satu Awqiyah dari
amal batin sebanding dengan satu bahar amal dhahir” amal batin adalah
amalan hati dan amalan dhahir adalah amalan jasmani, artinya sedikit
amalan bathin sebanding dengan setumpuk amalan jasmani. Jangan dikira
Syekh Abdul Rahman dengan stetemen itu berarti beliau menganggap enteng
ilmu Syariat, bahkan beliau adalah orang yang paling handal dalam ilmu
syariat, hanya saja beliau sadar bahwa ilmu bathin itu derajatnya lebih
tinggi dari ilmu syariat, beliau juga melihat putra beliau Syekh Umar
Muhdar sangat berbakat untuk mendalami ilmu tersebut.
Dari sinilah pendidikan ruhaniah dimulai,
Syekh Umar dalam waktu singkat sudah bisa mencapai derajat yang sulit
diterima akal kalau bukan karena para periwayatnya sangat bisa
dipercaya.
Perhatian ini terkonsentrasi pada memaksa
hawa nafsu, mendidik dan mengelurkannya dari lingkup perselisihan dan
ambisi-ambisi, ini termasuk methode pendidikan Al Qur’an yang
tercantumkan dalam (قد أفلح من زكاها) bahagialah orang yang mensucikan
hati, tazkiya atau pensucian hati dengan cara membersihkan hati dari
kemauan-kemauannya dan kegelapannya, Syekh Umar berkat petunjuk dari
Allah, pendidikan sang ayah, kemauan pribadi, dan dukungan lingkungan
telah mampu untuk melpaskan diri dari syahwat-syahwat diri, dan
ambisi-ambisinya, juga meninggalkan hal-hal yang diperbolehkan agama
lebih-lebih yang dibenci, konon beliau mendidik pribadinya untuk
bersabar dari menahan dari syahwat makan selama berhari-hari, sampai
beliau hanya meminum seteguk susu dan air untuk beberapa hari demi untuk
melatih diri dan hawa nafsunya, suatu hari beliau mengambil sebutir
korma lau diberikan kepada seseorang ketika ditanya kenapa kamu lakukan
itu, beliau menjawab karena korma adalah hal yang paling disukai oleh
nafsuku, pendidikan ruhani semacam ini beliau pahami dari kitab-kitab
para tokoh terdahulu seperti Syekh Abu Thalib Al Makky dalam kitab “Quut
Al Qulub” makanan hati, juga AL Imam Al Ghazali dalam kitab “Al Ihya”.
Dalam kitab Al Juhar Al Syaffaf
dikatakan, Syekh Umar Al Muhdar semasa di badui terkenal dengan
mujahadah dan perlawanannya kepada hawa nafsunya,berhari-hari tidak
makan keculai sedikit samn (lemak) dan sedikit susu, kadang sampai
berhari-hari tidak pernah makan atau minum sampai tenggorokannnya
kering sampai suatau hari datang ke saudarinya Maryam kemudian diberi
minum air ternyata air tidak dapat masuk saking keringnya
tenggorokannya, lalu di beri samn sedikit demi sedikit sampai
tenggorokan beliau kembali segar, setelah itu beliau minum air, beliau
terus bermujahadah sampai kelihatan seakan badanya sakit, beliau tidak
makan kurma selama kurang lebih tiga puluh tahun .
Buah Mujahadah
Dikatakan dalam Al Jauhar Al Syaffaf,
Syekh Umar Al Muhdar, tetap dalam kondisi itu sampai pada saat Allah
memenuhi janjinya, dalam Al Quran
(والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا و إن الله لمع المحسنين)
Artinya : Orang-orang yang berjuang (mujahadah) dijalan kami akan kami tunjukkan jalan kami.
Allah menghadiahkan kepada Syekh Umar
Muhdar luapan ilmu dan makrifat, sampai didapati dari beliau ilmu-ilmu
syariah dan ilmu-ilmu laduni yang tidak dimiliki oleh para ulama
dizamannya, sehingga mereka selalu hadir disetiap majelis beliau, dan
selalu mengahrapkan ziarah beliau untuk bisa mengambil faidah dan ilmu
dari beliau, sering kali mereka menanyakan hal-hal berbau fiqih yang
sangat rumit, lalu menjawabnya dengan jawaban yang sangat mengagumkan
dengan bahasa yang halus, diatara jawaban-jawaban itu ada yang dapat
mereka pahami ada juga yang tak mampu dicernah oleh otak kasat mereka,
sampai mereka mengatakan Syekh bagaimana kamu bisa mendapatkan ilmu-ilmu
yang mengagumkan ini, kami banyak muthalaah kitab-kitab namun banyak
yang masih tidak kami ketahui dari ilmu-ilmu mu, tapi engkau tak pernah
muthala’ah kitab bagaimana kau dapatkan ilmu ini? Kalian memiliki
kunci-kunci maka kalian tidak bisa memasuki daerah ilmu kecuali melalui
pintu-pintunya, tapi kami ibarat mengitari seluruh tembok-temboknya.
Artinya ilmu kalian terpaut pada
teks-teks lain halnya dengan kami ilmu kami adalah laduni pemberian dari
Allah yang berupa hikmah,
و من يؤت الحكمة فقد أوتي خيرا كثيرا
Allah berfirman barang siapa diberi hikmah maka dia telah dianugrahi limpahan kebaikan.
Hal lain yang juga memperkuat posisi
beliau juga, dalam Al Jauhar Al Syaffaf juga disebutkan suatu hari
datang ke majelis beliau Al faqih Muhammad bin Hakam bin Abi Qusyair,
lalu Syekh berbincang dengan ilmu laduni dan mengungkapkan makna yang
tinggi dengan kalimat yang lembut, lalu sang tamu mengatakan, telah
banyak buku yang telah kami baca tapi ilmu ini tidak kami temuai dari
mana kamu dapatkan ilmu ini? Lantas beliau bilang ini dari atas.
Kisah lain suatu hari seorang penziarah
datang dia dikenal dengan ketinggian ilmu nya, lalu mereka beranjak ke
makam Nabi Hud a.s . lantas Syekh menanyainya setiap pertanyaan yang
dilontarkan dijawab dengan baik sampai pada saat Syekh menanyainya
dengan pertanyaan yang membuatnya kebingungan, apakah kamu mengerti
mengapa Fuad (bahasa arab dalam bahasa Indonesia berarti sanubari)
dinamakan fuad, karena didalamnya terdapat Alfu wad (bahasa arab artinya
seribu lembah ) dalam tiap lembah terdapat seribu lembah lagi, lalu
beliau hendak menjelaskan sedikit dari ilmu itu namun tamu tersebut
merasa tidak nyaman dan ketakutan lantas berdiri dan mengatakan
Astaghfirullah, lantas Syekh Umar berkata, kayaknya dia beranjak, kami
belum meneteskan satu teteskan dari laut kami beliau ingin mengajak sang
tamu berdiskusi, dijawab, maaf tuan kami tamu anda dan kami di ruangan
anda, lalu beliau mengatakan, baiklah silahkan, dan tidak lagi
membicarakan topic tadi.
Penulis Al Jauhar mennceritakan juga
suatu hari saya hadir di majelis Syekh Umar Muhdhar saat itu Abdullah
bin Al Faqih Ali bin Abi Harmy sedang membaca Tafsir Al Quran karangan
Al Sulma dan Syekh menjelaskan. Setiap kali dia membaca Syekh
menjelaskan dengan penjelasan yang tinggi, lalu ditengah pembahasannya
Syekh mengatakan orang-orang saleh ketika membaca Al Quran menghilangkan
huruf lalu menghilangkan suara lalu setelah itu diteruskan ke laut
sampai tak terlihat dan tetap dalam kondisi menggantung,lalu Syekh
berkata lagi kami merasakan hal ini ketika kami membaca ayat
ما ننسخ من آية أو ننسها”"
Dan sekarang kami tentang menggantung setelah tak terlihat.
Syekh Umar Muhdhar termasuk orang yang
mendalam dalam berfikir, juga termasuk orang yang banyak mengetahui
hikmah alam, namun begitu dia sangat takut, sampai sering kali beliau
mengatakan, seandainya aku hewan saja disembelih lalu dimakan, kalimat
yang lain andai aku tahu bahwa aku memiliki satu tasbi yang diterima
Allah SWT, pastilah aku akan memberi makan orang-orang dan hewan-hewan
di Tarim semua bur dan daging.
Perjalanan menuntut ilmu
Syekh Umar Muhdhar banyak berkelana demi
belajar kebanyak tempat, di Hadhramaut atau di pelosok Yaman bahkan di
Hijaz, dan beliau belajar dari para Ulama yang betul-betul terkenal
kealimannya.
Penulis Al Jauhar mengatakan, Syekh Umar
Muhdhar mengatakan, suatu di makkah pada saat aku haji, sesorang datang
menghampiriku sembari berkata : kamu putra Al Saqqaf? Aku jawab : ya,
lalu dia menoleh ke teman-temannya mengatakan ayah anak ini di
Hadhramaut menutupi dirinya sampai tak terlihat sesuatupun darinya,
bersaksilah bahwa ayah anak ini hadir disetiap majelis kita dan kita
dimata beliau bagi kambing sementara beliau dimata kita bagai singa,
kita tidak takut kecuali dia menerkam kita dan kita tidak merasa tenang
kecuali ketika beliau berpaling.
Buku-buku biografi banyak menceritakan
bahwa Syekh Umar Muhdhar telah menguasai seluruh bidang ilmu yang ada
dizamannya, juga segala bidang pengetahuan yang dipegang oleh
orang-orang zaman itu, selain ilmu-ilmu tersebut beliau terkenal sangat
mendalami kitab Al Minhaj dan Al Tanbih, karena saking banyaknya
pengualangan beliau kitab-kitab tersebut, juga Al Ihya dan tafsir Al
Sulma, sampai hampir hafal sebab seringnya diulang-ulangi.
Haal dan Peningkatan Maqam
Buah
hanyut dalam arus sesuatu adalah respon positif pada aliran tersebut,
orang-orang itu telah terbaur dengan Al Quran, tilawah, taat, mujahadah,
mendidik hawa nafsu dan mensucikannya maka mereka pun menuai buah itu
semua, hal ini terapresiasikan dengan terjadinya haal pada orang
tersebut, setiap kali seseorang melampaui haal tertentu maka dia akan
merasakan ketenangan yang biasa disebut dengan maqam, diantara karakter
haal orang-orang saleh adalah haal tersebut buah pengendalian diri yang
menghasilkan pancaran aura yang menggiring pada sikap ridla kepada
Allah, senang dengan kehadiran-Nya, ketenangan ketikan menyebut-Nya,
Syukur kepada-Nya, rindu pada keridlaan-keridlaan-Nya, serta menjauhkan
diri dari tabiat jelek manusia.
Dikatakan Syekh Umar Muhdhar terdidik
dalam didikan dan pantauan sang ayah maka kondisi ini dan juga kondisi
saudara-saudara beliau tidak mengherankan bila mereka bisa mencapai
derajat yang tinggi, Syekh Umar Muhdar mengatakan pertama kali muncul
haal dari diriku pada tahun 808 pada saat ayah saya masih hidup, beliau
berbicara tentang pengaruh pendidikan dan pantauan guru dalam membangun
kepribadian dan keruhanian murid, saya diberikan tiga uluran tangan,
uluran tangan Nabi Muhammad SAW, uluran tangan ayahku, dan uluran tangan
satu orang lagi, orang lain yang disebutkan oleh Syekh tak lain adalah
uluran tangan guru beliau.
Untuk berterima kasih kepada Allah sang
ayah mengatakan tentang anaknya sebab didikan beliau, aku melihat Umar
memiliki sesuatu yang tak pernah terpikir oleh ku bahwa dia memilikinya.
Kesibukan Syekh Umar Al Muhdhar
Syekh Umar Al Muhdhar aktif mengajar dan
menyebarkan ilmu, dan para ulama juga para murid datang dari segala
penjuru demi untuk mendengarkan penjelasan-penjelasan dan petuah-petuah
beliau yang sangat langka, penulis Al Juhar mengatkan, Syekh termasuk
para muhaqiq yang memiliki banyak karamah dan mukasyafah, juga
isyarat-isyarat nuraniah dan rahasia-rahasia alam. semua sepakat akan
keagungan beliau, segala lapisan merasakan manfaat dari keberadaan
beliau. Penulis kitab Gharar mengatakan:
رعته أكف من عناية ربه فللخلق هاد ثم بالله مهتد
Di pelihara oleh belaian kasih ilahi, membawa petunjuk ilahi dan menjadi petunjuk bagi umat manusia.
رضيع لبانات المحبة مرشد لحيران في بحر من التيه مزبد
Asuhan belaian kasih sayang, petunjuk bagi orang yang kebingungan, di lautan kebanggan dia laksana buih
يقوم الدياجي في الهواجر صائم و للذكر يتلوه ببيت و مسجد
Bangun di malam hari, selalu berpuasa, selalu berdzikir dirumah dan masjid.
مرب لسلاك الطريق بحاله و أرباب أنوار الحقيقة تهتدي
Pendidik thariqah, dan pemilik cahaya hakikat.
علا فاعتلى عالي المقامات في العلا معانيه أعيا فهمها كل مرشد
Berkedudukan tinggi, pemahamannya menggugah semua pemberi petunjuk.
جلالي أحوال و شيخ مسدد مناظره في العلم يضحي كابلد
رؤوف عطوف للخلائق رحمة شريف عفيف عارف بتأكد
له همة تعلو بحسن عزيمة لأعلى مقام قد علا بتعبد
Penulis Al Jauhar, dan Al Gharar, para
ahli ilmu, para wali, dan para syekh sepakat bahwa beliau adalah pemilik
semuanya. Para Syekh dari keluarga Ba Alawi terkenal dengan kompilasi
mereka antara penguasaan kaidah dan ilmu agama dengan usaha, lebih-lebih
ketika mereka berada dipermulaan mengemban tanggung jawab thariqat dan
melayani umat.
Syekh Umar Al Muhdlar berfikir untuk
meletakkan kaidah-kaidah ekonomi dan cara menyusun penghasilan, baik di
Tarim dan sekitarnya. Juga daerah pantai seperti syihir, Mukalla, AL
Ghail dan lain-lain.
Disebutkan bahwa beliau pada saat ini
termasuk keluarga Bani Alawi yang memiliki banyak tanah, kebun dan yang
paling getol dalam merawat dan menanam pohon korma, beliau juga memiliki
banyak kapal didaerah pantai untuk menangkap ikan yang mana hasilnya
diinfaqkan untuk kemaslahatan dakwah, ilmu dan kesejahteraan fakir
miskin.
Ketika beliau mulai terkenal dan memiliki
posisi tersendiri, beliau banyak dikirim harta dari berbagai penjuru,
lalu beliau infaqkan harta itu untuk hal-hal yang terpuji, diceritakan
bahwa beliau berinfaq untuk keluarga-keluarga mulia, dan memuliakan
mereka dengan makanan dan minuman yang enak, selalu bermurah dengan para
fuqara, masakin, janda-janda dan anak-anak yatim, beliau juga selalu
memulyakan para tamu baik itu datang untuk ziarah, ibadah, ataupun
menuntut ilmu, sampai-sampai diantara keluarga beliau ada yang menyindir
beliau sebab banyaknya infaq beliau, lalu beliau mengatakan: apa yang
ada di tangan kalian akan musnah sementara yang ditangan Allah akan
abadi.
Diantara hasil jangkauan beliau juga
pembangunan masjid, diantaranya masjid beliau yang terkenal di Tarim,
beliau membangunnya dan mewakafkan untuk kemaslahatan masjid tersebut
kebun korma dan tanah-tanah yang banyak. Beliau juga membangun masjid
lain di daerah Syihir di suatu desa bernama ‘Araf beliau juga memiliki
petak tanah , tanah-tanah wakaf, dan makam sampai hari ini.
Penulis Al Gharar mengatakan, Syekh Umar
Muhdlar memiliki banyak tanah petak, beliau memetak Syihir menjadi tiga
petak, diantaranya petak yang dinamakan Wasith yang berada di pinggiran
Syihir.
Diantara proyek Syekh Umar Al Muhdlar
adalah menghimpun keluarga Ba Alawi dalam satu ikatan persaudaraan,
dalam proyek ini beliau mengajak mereka untuk melakukan kegiatan
keorganisasian dalam bentuk asosiasi dan di sahkan secara tertulis oleh
pemerintah pada saat itu, yang bermisi untuk menjunjung kebenaran, amar
ma’ruf nahi mungkar, dan menolong kaum yang terdzalimi.
Dibawah sample dari surat pengesahan pada saat itu yang diambil dari buku Tarikh Hadhramaut,
Yang terjemahannya: Dengan nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad SAW. Dengan disaksikan
bererapa orang saksi, kami keluarga Bani Alawi, yang besar, yang kecil,
yang hadir mewakili yang tidak hadir berikrar untuk menegakkan kebenaran
sesuai yang digariskan Allah dan Rasul-Nya. Segala perkara baik yang
berdampak positif ataupun negative bagi keluarga Bani Alawi urusannya
kembali kepada Syekh Umar bin Abdul Rahman Al Saggaf bin Muhammad bin
Ali bin Alawi, dan mempercayakan sepuluh orang lain selain Syekh Umar
untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu perkara secara lembut,
baik, tanpa kekerasan dan rasa sombong, kesepuluh orang tersebut
bertanggung jawab kepada Syekh Umar Muhdhar, kesepuluhnya pun sudah
diambil janji dan sumpah mereka, mereka bersaksi dihadapan Allah, para
malaikat-Nya, para nabi-Nya, dan hamba-hamba Allah yang saleh, juga
kakek mereka Syekh Abdul Rahman, Syekh Umar dan umat islam seluruhnya
bahwa mereka adalah orang-orang yang adil dikalangan Bani Alawi, dan
mereka tidak akan condong pada kebatilan selain yang digariskan oleh
Allah dan Rasul-Nya dalam segala urusan, bila kesepuluh orang tersebut
memandah suatu kemaslahatan sebagai solusi terbaik maka pendapat mereka
inilah yang diutamakan, bila Syekh Umar memberikan suatu petunjuk dalam
suatu kemaslahatan maka pendapatnya akan dilaksanakan, kesepuluh orang
tersebut adalah:
1. Syekh Abdullah bin Syekh Abdul Rahman Al Saqqaf
2. Syekh Abdullah bin Alawi
3. Syekh Muhammad bin Abdullah
4. Syekh Hasan bin Syekh
5. Syekh Hasan bin Ali
6. Syekh Abu Bakar Ba Hasan
7. Syekh Husain bin Ali
8. Syekh Ali Ba Hasan Al Muallim
9. Syekh Muhammad bin Umar
10. Syekh Muhammad bin Ali
2. Syekh Abdullah bin Alawi
3. Syekh Muhammad bin Abdullah
4. Syekh Hasan bin Syekh
5. Syekh Hasan bin Ali
6. Syekh Abu Bakar Ba Hasan
7. Syekh Husain bin Ali
8. Syekh Ali Ba Hasan Al Muallim
9. Syekh Muhammad bin Umar
10. Syekh Muhammad bin Ali
Kesepuluh orang tersebut jika salah satu
diantara mereka condong pada kebatilan atau meninggal maka akan
digantikan oleh orang yang dipilih Syekh Umar Muhdar.
Kesepuluh orang tersebut mengambil janji
dari setiap mereka untuk selalu menegakkan ajaran Allah dan Rasul-Nya
dan tidak boleh berpaling darinya, bila salah satu diantara mereka
ditimpah kedzaliman maka semua keluarga Ba Alawi akan turun tangan,
mereka sepakat untuk mengeluarkan sedekah masjid-masjid mereka semua,
dari kebun korma nya, rumah-rumah nya, dan segala yang berhubungan
dengan nya untuk menegakkan ajaran Allah dan rasul-Nya, masjid Ba Alawi
dikumpulkan semua sedekanya yang berasal dari Syekh Umar dan yang
berasal dari keluarga Muhammad bin Abdullah, juga keluarga Ali bin
Abdullah, keluarga Ali bin Umar dan keluarga Ahmad, semua yang memiliki
sedekah dan penghasilan dikeluarkan secara ikhlas dijalan Allah,
demikian juga masjid Syekh Abdul Rahman, masjid Ba Khatfan, masjid Al
Habuthi, masjid Muhammad Ba Hasan Al Muallim, masjid Sarjis, masjid
Muhammad bin Abdullah, Masjid Ba Humaid, Masjid Nakhl, Masjid Yabhur,
sedekah Muhammad bin Ali di Saum dan Yabhur, masjid-masjid tersebut
sedekahnya dikeluarkan untuk ajaran Allah dan rasul-Nya.
Masjid-masjid ini segala urusannya
diserahkan kepada Allah kemudian Syekh Umar memandatkan seorang
penanggung jawab untuk tiap masjid, yang tidak akan berkhianat, para
pemilik masjid memasrahkan kemaslahatan masjid kepada kesepuluh orang
tersebut sesuai dengan ajaran Allah dan rasul-Nya kemudian kepada
arahan-arahan Syekh Umar Muhdhar, yang dipandang maslahah oleh Syekh
Umar maka semua akan menurutinya, bilamana beliau tidak ada maka akan
diambil pendapat salah satu dari keluarga Bani Alawi secara halus lembut
tanpa kekerasan dan rasa sombong.
Bila salah seorang dari keluarga Bani
Alawi melakukan suatu kezaliman maka Syekh Umar akan meninggalkannya dan
tidak mau bersalaman dengan nya, hal ini akan diikuti oleh keluarga
Bani Alawi semua, Allah, para malaikatr-Nya, para nabi-Nya, semua hamba
Allah yang saleh menyaksikan sesuai dengan ajaran Allah dan rasul-Nya.
Semoga salawat serta salam tetap tercurahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad SAW. Segala puji bagi Allah.
Kemudian perjanjian ini ditanda tangani
oleh pihak pemerintah saat itu, para ulama dan dari pihak tetuah Bani
Alawi, tanda-tanda tangan tersebut mencapai empat puluh satu tanda
tangan.
Dari perjanjian ini dimulailah peran dan
andil Syekh umar di masyarakatnya, beliau mampu mengontrol banyak
keluarga Bani Alawi untuk menjadi satu ikatan dalam segala kondisi,
organisasi Bani Alawi memulai babak baru dalam kancah percaturan
pengaruh ilmu dan praktiknya dalam membentuk keluarga Bani Alawi secara
intern juga keluarga-keluarga lain.
Syekh Umar Muhdar juga sangat peduli
dengan pengaturan keseharian para murid dan penuntut ilmu juga peduli
dengan pengajaran dan nafkah mereka, sehingga dimasa beliau respon
positif dari luar meningkat tajam, sebab mereka mendapatkan pendidik dan
guru yang baik.
Para Murid
Radius pengajaran Al Imam Al Muhdhar
semakin meluas, sehingga orang yang menimba ilmu dari beliau ratusan
dari segala penjuru, namun konsentrasi beliau pada saat itu terpaku pada
Tarim dan sekitarnya, dari tangan beliau muncul para imam seperti Syekh
Abdullah bin Abu Bakar Al Idrus, Syekh Ali bin Abu Bakar, Syekh Ahmad
bin Abu Bakar, Syekh Abdullah bin AL Faqih Ali bin Abi Harmy, Al Faqih
Muhammad bin Ali Ba Zaghaifan, dan lain-lain, juga ada para ulama
didikan beliau yang berada di Syihir, Al Mukalla, Ghail, dan sekitarnya.
Para jawara ilmu mempunyai hubungan
khusus dengan Syekh Umar, diantara mereka adalah Syekh Abdul Rahim bin
Said Ba Wazir, dalam kitab Safahaat min Al Tarikh Al Hadhramy disebutkan
dengan mimic marah ketika beliau mendengar Syekh Abdul Rahim
memetak-metak tanah Syihir lalu beliau berkata, kenapa Abdul Rahim
memetak-metak Syihir? Hal serupa juga disampaikan oleh penulis Al
Gharar.
Penulis kitab Shafahaat min Tarikh Al
Hadhramy, mengatakan hubungan antara Syekh Abdullah bin Abdul Rahman Ba
Wazir dengan Syekh Umar Al Muhdhar, diantara tandanya adalah pernikahan
Syekh Umar Muhdhar dengan Fatimah binti Syekh Abdullah bin Abdul Rahman
Bawazir saudara Syekh Abdul Rahim, dan hidup bersama Syekh Umar di
Tarim, Syekh Umar juga menamakan putra Syekh Abdullah dengan namanya,
yaitu Syekh Umar bin Abdullah bin Abdul Rahman Ba Wazir.
Disebutkan juga tentang hubungan raja
Ja’far bin Abdullah bin Ali bin Umar Al Kathiri kakek dari Sultan
Buthairiq dengan Syekh Umar Al Muhdlar, dikatakan kakeknya dulu yakni
kakek Abu Thuairiq, yaitu raja Jakfar bin Abdullah bin Ali bin Umar
terkenal dengan pemikiran-pemikiran briliannya, suatu saat si kakek
berunding dengan Syekh Umar Al Muhdhar di petah Sultanah, lalu kakek
tersebut usul bagaimana bila Jakfar menjadi sultan di negri Bur yang
saat itu, dilanda krisis ketaatan rakyatnya sebab pemimpinnya yang sudah
udzur, dan mengatkan bahwa Syekh Umar bisa meyakinkan sultan Bur untuk
melepaskan kepemimpinan kepada Jakfar, sehingga mulai saat itu jakfar
menjadi pemimpin di Bur sampai pada akhirnya mati dibunuh oleh Al
Dhalfan tahun 905.
Syekh Umar Al Muhdlar dan Syair-syairnya
Syekh Umar Muhadar mempunyai syair-syair yang berirama hadhrah yang biasa didendangkan oleh ahli tasawwuf, seperti:
يا مسيكينة الغنا تريم حره أمسي لها كم من خليل
قد خلي منها شق السحيل البويقي على ظفره شليل
قد خلي منها شق السحيل البويقي على ظفره شليل
Karomah Syekh Umar Al Muhdhar
Seperti dikatakan pada buku-buku
sebelumnya masalah karamah dalam silsilah buku biografi ini, merupakan
subjek yang bukan titik berat, sebab tujuan dari buku ini adalah untuk
memperkenalkan kepada generasi zaman ini biografi para pendahulunya
dengan gaya berkomunikasi dan berpikir mereka bahwa para wali adalah
manusia yang paham betul bagaimana menghargai waktu, usia, dan agama,
sehingga mereka meletakkan segala sesuatu sesuai tempatnya, dan barang
siapa meletakkan segala sesuatu pada tempatnya akan tampak dari dirinya
rahasia waktu, umur, dan agama sehingga tidak memprioritaskan salah satu
diatas lainnya tapi asas mereka dalam masalah agama dan dunia adalah
tujuan Allah SWT, sehingga mereka menjadikan agama sebagia target utama
dan dunia sebagai media untuk bisa sampai kepada target.
Banyak diantara generasi sekarang yang
terjangkiti penyakit alergi terhadap para wali dan orang-orang saleh,
hal ini sebab gencarnya serangan informasi yang memojokkan
madrasah-madrasah tradisional, sebenarnya kita bisa memberikan
penjelasan kepada para pembaca perihal karamah-karamah tersebut namun
kondisi sekarang tidak memungkinkan maka kami suguhkan sebagai gantinya
sikap-sikap yang berhubungan dengan praktik sunnah yang dianjurkan oleh
Nabi Muhammad SAW, dalam hadist beliau ” barang siapa yang menghidupkan
sunnah-sunnahku disaat kehancuran umatku maka dia berhak pahala seratus
syahid”
Karamah bukan merupakan syarat kewalian,
ketakwaan adalah sikap consisten, maka karamah dan ketakwaan adalah
konsisten dan beramal saleh, subjek inilah yang akan kami angkat dalam
otobiografi ini.
Seseorang yang berfikir tentang
karya-karya otobiografi akan dihadapkan pada kenyataan bahwa suatu
peristiwa menuntut seorang penulis untuk memahami masa terjadinya
peristiwa tersebut juga kesiapan para konsumen buku tersebut,
orang-orang tedahulu yang tercakup didalamnya para ulama, para ahli
hadist, para mujtahid, para ahli usul sudah barang tentu ada diantara
mereka yang terkenal dengan karamahnya, haalnya, ataupun maqam-maqamnya.
Sedangkan untuk masa sekarang para penulis dihadapkan pada celaan dan
ungkapan-ungkapan lepas. Hal ini sebenarnya bisa teratasi dengan
memperlakukan ilmu diatas kaidah moderat dan tanpa menambah-nambahi
ataupun mengurang-ngurangi.
Banyak sekali buku-buku otobiografi yang
mengusung cerita-cerita tentang karamah Imam Umar Muhdar sebagai bahan
kajian, demikian halnya para imam lain. Kebanyakan kitab-kitab klasik
selalu menjadikan masalah karamah dan hal-hal yang luar biasa sebagai
salah satu tajuk pemicaraan mereka. Pembuktian merupakan tuntutan umum
yang mana dia juga menjadi ukuran kepribadian para tokoh dan keutamaan
mereka.
Para pecinta dan pengagum Syekh Umar
Muhdhar sampai saat ini masih bisa merasakan karamah dan pengaruhnya
seperti wali-wali Allah yang lainnya. Namun perang info sekarang ini
terkonsentrasi pada Al Kitab dan Al Sunah, kedua referensi ini pada saat
ini dipamerkan dan dipasarkan kepada para generasi sekarang dalam
bentuk yang mandul dari buah praktiknya, dan hal ini telah menghiasi
logika generasi sekarang sehingga memalingkan mereka dari mengambil
sikap yang benar.
Pendeknya, saya katakan kepada para
pembaca yang budiman bahwa banyak dari cerita-cerita karamah yang
membutuhkan filter yang kuat agar bisa disuguhkan sejalan dengan pola
pikir generasi saat ini, sehingga para pendahulu tidak tedhalimi maqam
dan martabat mereka dan pemahamam para pemuda zaman sekarang dapat
dibenarkan dengan teknik yang tengah-tengah dengan tanpa mengingkari
seratus persen, juga tidak menerima apa adanya cerita-cerita tersebut,
juga dengan cara pentahqiqan akan kebenaran riwayat dan para
periwayatnya.
Tugas ini tidaklan mudah namun kita berharap Allah akan mempermudah bagi orang dikehendaki-Nya.
Kepergian Syekh Umar Al Muhdhar
Penulis Al Gharar mengatakan,
فذاك الذي قد سما في العلا إلى ذروة الفجر حتى فخر
هو الليث حقا ترى للعدا لديه ارتعاد إذا ما زأر
له صارم المجد صمصامه إذا هزه طار منه الشرر
بتول إذا ما سطا سطوة على الوتر ألقاه شفعا و مر
و من ذروة العز خصت له و من نال ما عنه كل حسر
هو الليث حقا ترى للعدا لديه ارتعاد إذا ما زأر
له صارم المجد صمصامه إذا هزه طار منه الشرر
بتول إذا ما سطا سطوة على الوتر ألقاه شفعا و مر
و من ذروة العز خصت له و من نال ما عنه كل حسر
Sang imam selalu rutin dalam menyebarkan
ilmu dan mengamalkannya, mengunjungi para janda dan anak-anak yatim,
melakukan dak’wah ilaa Allah, juga mengemban amanat thariqah yang
dimandatkan secara turun menurun dari para pendahulunya, sampai pada
suatu hari ketika muadzin mengumandangkan azan dzuhur sedang beliau saat
itu sedang duduk lalu beliau menjawab selamat datang bagi penyeru dan
shalat, lalu beliau menghadap kiblat dan memulai shalat, berdiri,
bertakbiratul ihram, melakukan ritual shalat dan bersujud, sisaat inilah
ruh beliau berpindah sedangkan beliau dalam keadaan sujud, tidak
bergeming dari posisinya sampai para jamaah merasa ada keganjalan, lalu
diangkat dan mereka mendapati beliau telah meninggal dunia, pada hari
senin 2 dzul qa’dah tahun 833M.
Goncanglah Tarim ketika mendengar kabar
ini bagai tersambar petir, ratusan orang berjubel untuk mengantar
jenazah beliau yang berjalan diantara bahu para keluarga, pecinta dan
pengikut beliau hingga sampailah di tempa peristirahatan akhir disamping
para pendahulunya.
Penulis Al Jauhar mengatakan,
سقى الله قبرا سما و افتخر بجثمان شمس المعالي عمر
لقد ضم إمام الهدى أبا حفص الليث ذا المشتهر
صباح الظلام و غوث الأنام رفيع المقام مزيح الضرر
كريم تسلسل من سادة كرام صفوا عن مشوب الكدر
حووا سر أسرار خير الورى و فيهم سرى سره و انحدر
إلى أن تلقاه شيخ الورى و صار له المعدن المستقر
تشعشع من بعدهم نجمه و نار فلما تعالى زهر
فآه على القوم قد أوحشوا و آه على فقد تلك الغرر
و آه على السيد المرتضى و ما ينفع الآه بعد القدر
سلام سلام على روحه من الواحد الفرد منشي الصور
فذاك الذي قد سما في العلا إلى ذروة الفجر حتى فخر
لقد ضم إمام الهدى أبا حفص الليث ذا المشتهر
صباح الظلام و غوث الأنام رفيع المقام مزيح الضرر
كريم تسلسل من سادة كرام صفوا عن مشوب الكدر
حووا سر أسرار خير الورى و فيهم سرى سره و انحدر
إلى أن تلقاه شيخ الورى و صار له المعدن المستقر
تشعشع من بعدهم نجمه و نار فلما تعالى زهر
فآه على القوم قد أوحشوا و آه على فقد تلك الغرر
و آه على السيد المرتضى و ما ينفع الآه بعد القدر
سلام سلام على روحه من الواحد الفرد منشي الصور
فذاك الذي قد سما في العلا إلى ذروة الفجر حتى فخر
Semoga Allah merahmati beliau dengan
rahmat yang telah tercurahkan kepada para abrar (baca : orang-orang
baik), dan memberikan kita imbas manfaat beliau dan ilmu beliau di dunia
dan akhirat amin.
Wallahu a’lam
2013@abdkadiralhamid
0 Response to "Al-Imam Al-Habib Umar Al Muhdhor bin Abdurrahman Assegaf, Tarim"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip