Sebab, kata sayyidina Umar bin
Khattab, beliau mengatakan bahwasannya “orang yang paling saya cintai
adalah orang memberitahu aib dan kekurangan saya.” “dikasih tahu
kekurangannya, aibnya, nah itu orang yang paling saya cintai.” Sebab
kemaksiatan, aib, dan kekurangan, itu ibarat lubang. mungkin kita pernah
tidak melihat lubang tersebut. Kita mungkin pernah tidak melihat duri
dan lubang tersebut, tatkala kita hampir menginjaknya, kita hampir
celaka gara-gara gangguan tersebut, lantas ada yang mengingatkan kita
dan menegur kita. Harusnya kita gembira, kita seneng, “Alhamdulillah
masih ada yang ngingetin saya.” Bukan malah kita marah, “kenapa engkau
kasih tau, biarin aja saya kejeblos, biaran aja saya ditusuk, biarin aja
saya jatuh ke jurang, biaran aja saya digigit ular.” Seharusnya orang
gembira, dan juga orang ketika dinasehati ga ada hak untuk berkata “kamu
nasehatin saya dengan cara yang baik, dengan cara yang santun” ini
nasehat ini memang setiap da’I harus memberikan nasehat dengan cara yang
baik, dengan cara yang santun, itu tugas dia. Tetapi objek dakwah tugas
dia yang diberi nasehat, harus menerima nasehat. Mau dinasehatin dengan
cara yang baik ataupun dengan cara yang tidak baik. Udah yang namanya
yang hak, terima! Jangan berdalih karena caranya ga bagus, “saya ga mau
terima.” Lantas apakah ini membenarkan kitabnya dalam menolak ajaran
tersebut? tidak! Tidak menjadi benar.
Ketahuilah, di dalam memberikan nasehat tersebut kata Habib Ali “orang sekarang satu sama lain ga mau memberi nasehat. Dianggap teman dia adalah yang tidak menasehati dia. Nah itu temen Tapi kalau udah negur dia, udah nasehatin dia, udah ngasih tau aib dan kekurangan dia, nah ini musuh, dia benci sama saya. Padahal diselamatkan dari jurang , dari racun, dari bahaya.” Sehingga kata habib Abdullah bin Alwi Al Haddad bahwasannya di zaman sekarang udah jarang seorang pendamping, seorang sahabat, yang mencegah kita dari keburukan, mencegah kita dari kemungkaran, nasehatin kita, negor kita. Yang ada kalau ditegor, dia benci, “ah engkau berarti ga demen sama saya. Ga seneng sama saya.” Padahal justru karena sayang makanya ditegor. Tapi orang jaman sekarang ga mau dinasehati. Kenapa? kata Habib Ali “mereka saling-saling ketahuan boroknya, ketauan kesalahannya ehingga mereka saling berkata ‘yauda deh jangan engkau nasehati aku, aku tidak akan menasehati engkau’ saling diam satu sama lain. Kita inilah sumber daripada penyakit yang ga mau saling menasehati, sebab kalau dinasehati “kau begini” dan yang lain berkata “dan engkau juga salah, begini begini” kembali mengungkit kesalahan saudaranya yang lain.
Oleh Karena itu saudara-saudara sekalian,
Ayo dirikan saling menasehati satu sama lain di dalam keluarga kita, rumah tangga, lingkungan kita, dimanapun tempat kita, saling menasehati satu sama lain. Hingga dikatakan “kullu kuutibanasahit” sehingga seorang nasehat itu terkenal di mana mana, amar ma’ruf nahi munkar tersebar di mana-mana. Sampai dikatakan oleh para ulama, “jalanan-jalanan kota Tarim adalah guru bagi orang yang tidak memiliki guru”. Kenapa? sebab seseorang ditegur, dia mendapat nasehat, mendapat ilmu, dari orang-orang yang jalan di kota Tarim.
Ketahuilah, di dalam memberikan nasehat tersebut kata Habib Ali “orang sekarang satu sama lain ga mau memberi nasehat. Dianggap teman dia adalah yang tidak menasehati dia. Nah itu temen Tapi kalau udah negur dia, udah nasehatin dia, udah ngasih tau aib dan kekurangan dia, nah ini musuh, dia benci sama saya. Padahal diselamatkan dari jurang , dari racun, dari bahaya.” Sehingga kata habib Abdullah bin Alwi Al Haddad bahwasannya di zaman sekarang udah jarang seorang pendamping, seorang sahabat, yang mencegah kita dari keburukan, mencegah kita dari kemungkaran, nasehatin kita, negor kita. Yang ada kalau ditegor, dia benci, “ah engkau berarti ga demen sama saya. Ga seneng sama saya.” Padahal justru karena sayang makanya ditegor. Tapi orang jaman sekarang ga mau dinasehati. Kenapa? kata Habib Ali “mereka saling-saling ketahuan boroknya, ketauan kesalahannya ehingga mereka saling berkata ‘yauda deh jangan engkau nasehati aku, aku tidak akan menasehati engkau’ saling diam satu sama lain. Kita inilah sumber daripada penyakit yang ga mau saling menasehati, sebab kalau dinasehati “kau begini” dan yang lain berkata “dan engkau juga salah, begini begini” kembali mengungkit kesalahan saudaranya yang lain.
Oleh Karena itu saudara-saudara sekalian,
Ayo dirikan saling menasehati satu sama lain di dalam keluarga kita, rumah tangga, lingkungan kita, dimanapun tempat kita, saling menasehati satu sama lain. Hingga dikatakan “kullu kuutibanasahit” sehingga seorang nasehat itu terkenal di mana mana, amar ma’ruf nahi munkar tersebar di mana-mana. Sampai dikatakan oleh para ulama, “jalanan-jalanan kota Tarim adalah guru bagi orang yang tidak memiliki guru”. Kenapa? sebab seseorang ditegur, dia mendapat nasehat, mendapat ilmu, dari orang-orang yang jalan di kota Tarim.
0 Response to "Tausiyah Al habib jindan bin noval bin salim bin jindan"
Posting Komentar
Silahkan komentar yg positip