Menyingkapi perbedaan Ijtihad yang terjadi diantara para ulama akibat kondisi dan situasi masyarakat yang ada, maka alangkah baiknya kita mengkaji secara sistematis dari pembahasan umum terhadap Ahlul Bayt. Kemudian, kita petik hikmah yang terkandung dari suri tauladan Rasul saaw dalam melaksanakan pernikahan putrinya Fatimah alBathul a.s. ini, selanjutnya memaparkan ilmu genetika, mengkaji hipotesis genetika secara umum dan secara khusus didalam diri baginda s.a.w segi AlQur'an, AlHadis dan teori genetika itu sendiri. Alfakir akan mengemukakan perbandingan secara umum dilanjutkan pembahasan genetika pada anak cucu Rasul s.a.w dan berakhir pada kesimpulan yang bersifat persuasif dan contoh-contoh masa lalu terhadap anak cucu Rasul s.a.w agar pemahaman mereka lebih terbuka hingga mereka lebih menghargai dan menjaga anugerah yang diberikan Allah s.w.t
Di zaman Rasulullah s.a.w. terdapat 3 kelompok yang dapat dipilih segi penasaban/genetika secara struktural.
Pertama Rasulullah s.a.w sendiri sebagai sumber kemuliaan, yang kedua Ahlul Bayt baik isteri-isteri Nabi maupun Ahlul Kisa dan yang ketiga para sahabat itu sendiri. Kita tempatkan sesuai pada tempatnya dan kadar kemuliaan masing-masing di sisi Rasul s.a.w.
Kemudian secara stuktural dilihat dari hadis-hadis maka Ahlul Bayt secara bahasa terbagi tiga :
pertama Keluarga karena hubungan pernikahan, keluarga karena hubungan kerabat yaitu hubungan genetika secara horizontal dan keluarga karena hubungan genetika secara vertikal. Bagi pengertian pertama yaitu ditujukan pada Isteri-isteri Nabi s.a.w,
untuk pengertian yang kedua yaitu segi horizontal tertuju bagi para paman dan sepupu serta kemenakan Nabi s.a.w,
sedang yang ketiga Imam Ali kw, Fatimah ra, Al-Hasan a.s. dan Al-Husain a.s. secara vertikal.
Bahkan berdasarkan beberapa hadis lain Ahlul Bayt yang dimaksud yaitu kaum mukmin yang mengikuti petunjuk Nabi hingga Akhir zaman, Namun penafsiran dari ayat 33 itu secara spesifik ditujukan pada Ahlul Bayt Ahlul Kisa dari Rasul s.a.w berdasarkan Hadis-hadis Sahih. Kemudian ada sebagaian ulama membagi Ahlul Bayt Nabi segi maknawiyah yaitu Ahlul bayt alzuwaid yaitu ahli rumah karena hubungan pernikahan yaitu isteri Rasulullah s.a.w biasa dalam Al-Qur'an menggunakan kata ganti (dhamir) buyutikunna dan Ahlul bayt Alkisa (yang diselimuti) menggunakan kata ganti (dhamir) Buyutikum kedua Ahlul Bayt itu terdapat dalam surah Al-Ahzab tentang ahklak dan etika bagi isteri Nabi saaw dan penyucian bagi Sayidatunna Fatimah Al Batul ra, Imam Ali kw dan Imam Hasan ra serta Imam Husain ra. Arti ayat tersebut:
"Sesungguhnya Allah s.w.t bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu hai Ahlul Bayt dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya"
(Q.S.33:33).
Adapun Hadis–hadis yang menafsirkan ayat diatas adalah:
- Imam Muslim rhm dalam kitab sahihnya membawakan sebuah hadis riwayat A'isyah. Ia menyata kan bahwa pada suatu pagi, Nabi saaw keluar dengan menggunakan selimut yang terbuat dari wool berwarna hitam. Hasan datang dan Nabi memasukannya dalam selimut, lalu datang pula Husain dan dimasukkan kedalam selimut, kemudian datang Fatimah, beliau sertakan masuk dalam selimut, setelah itu Ali datang dan beliau masukkan juga ke dalam selimut sambil membaca: "Sesungguhnya Allah s.w.t bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu hai Ahlul Bayt dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya" (Q.S 33:33).
- Ibnu Hajar Al-Haitami rhm mensahihkan riwayat yang menyatakan bahwa Nabi saaw mengerudungkan selimut kepada mereka dan berkata: "Ya Allah s.w.t mereka adalah ahlul baytku dan orang-orang yang khusus bagiku. Hilangkanlah dari mereka noda dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Kemudian Ummu Salamah ra berkata,."Dan aku bersama mereka! tetapi Nabi menjawab, kamu berada dalam kebaikan"
Allah s.w.t berfirman dalam AlQuran (kandungan) bahwa yg berada disisi nabi mengikuti islam secara sempurna merupakan umat terbaik yang dinyatakan Allah s.w.t, diantara mereka jika kita pilih ada 2 yaitu ahlul bayt dan sahabat. Disurah Al Ahzab 33, Allah s.w.t mensucikan Ahlulbayt nabi saaw dari noda dan dosa sesuci-sucinya. dilihat secara umum mereka disisi Rasul saaw diberi kemuliaan dan kadar tertentu masing-masing oleh Allah s.w.t, Ahlulbayt dengan kemuliaannya dan sahabat dgn kemuliaannya sendiri. Diantara para sahabat ada menonjol kemuliaan segi ahli pencatatan AlQur'an, penghafal hadis, ada yang terpercaya, ada yang dermawanan, ada yg tegas dan keras dan ada pula yang mulia segi nasab dekat dengan Rasul saaw dan Imam Ali memiliki kemuliaan itu (segi nasab). Pertanyaan yang perlu direnungkan dengan akal fikiran dan hati yang bersih yaitu mengapa Rasul s.a.w menjadikan Imam Ali kw pendamping Fatimah ra? Mengapa pernikahan putri bungsu Rasul saaw berbeda dengan saudarinya yang lain. Pijakan pembahasan yang mendasari pernikahan kafa sekarang ini tak lain adalah diambil dari pernikahan Fatimah albatul ra dengan Imam Ali kw.
Peristiwa pernikahan Imam Ali kw dan Fatimah Azzahra adalah pernikahan sayyid-syarifah pertama, mengapa tidak, terdapat sejumlah hadis-hadis yang menunjukkan bahwa mereka berdua ra merupakan sayyidina dan sayyidatuna pada zaman itu.
- Pada suatu hari Ali bin Abi Thalib bertanya kepada Rasulullah saaw "Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang paling engkau cintai aku atau Fatimah?" Beliau saaw mejawab, "Bagiku engkau lebih mulia daripada Fatimah, dan Fatimah lebih aku cintai daripada kamu" (Dinukil Kitab as-sammadi dalam buku Fatimah Az-zahra Ummu Abiha Dr. Taufik Abu 'Alam Al Mishri
- Al Hakim meriwayatkan dalam Al-Mustadrak sanadnya dari Jami' Ibn Umar. Ia berkata :"Aku bersama ibuku menemui Aisyah. Aku mendengarkan perkataannya dibalik tirai. Ibuku bertanya kepadanya tentang Ali. Aisyah menjawab, "Engkau bertanya kepadaku tentang seorang laki-laki. Demi Allah s.w.t, aku tidak tahu kalau ada laki-laki lain yang lebih dicintai oleh Rasulullah saaw daripada Ali. Dan dimuka bumi ini tidak ada perempuan yang sangat dicintai Rasulullah saaw kecuali Fatimah".
- Dari Abu Hurairah ra diriwayatkan bahwa ia berkata: Rasulullah saw bersabda, "Ada satu malaikat yang tidak pernah mengunjungiku. Ia memberi kabar gembira kepadaku bahwa Fatimah adalah penghulu kaum wanita umatku"
- Dari Ibnu Abbas ra : "Pada suatu hari aku menyaksikan Rasul s.a.w membuat empat garis diatas tanah sambil berkata : "Wanita-wanita yang paling mulia disurga ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asia isteri Fir'aun…" (Dinukil buku Riwayat Hidup Sitti Fatimah Azzahra r.a H.M.H Al Hamid Al Husaini.
- Rasul s.a.w pernah berkata kepada puterinya : "Hai Fatimah, sesungguhnya Allah s.w.t marah karena kemarahanmu dan ridha karena keridhoanmu" (At-Thabriy, halaman 30, 39, 40 dan 42
- Hadis Riwayat Imam Ahmad rhm dan imam Hakim rhm berasal dari Musaawwar bin Makhramah ra, menyatakan bahwa Rasul s.a.w bersabda: "Fatimah adalah bagian dari diriku, siapa yang membuatnya marah akan membuatku marah, dan siapa yang menyenangkan dan melegakannya akan menyenangkan dan melegakanku. Sesungguhnya bahwa semua nasab akan terputus pada hari kiyamat; kecuali nasabku dan sababku" (tela'ah kitab masnad Imam Ahmad dan Masnad Al-Hakim).
Siapakah di antara para sahabat terkemuka atau kaum muslim yang terpandang, yang tidak ingin memperoleh kemuliaan menjadi teman hidup dan sekaligus menantu Rasul s.a.w. Setiap tokoh dan para sahabat yang mulia silih berganti menghadap Rasul s.a.w untuk mengemukakan keinginan mereka untuk mempersunting puteri beliau. Bahkan Abubakar Ash-Shiddiq r.a, Umar bin Khattab r.a, yang paling dekat dengan Rasul s.a.w dan para sahabat lain segi ilmu agama, harta benda maupun kedudukan yang terpandang sangatlah tinggi ikut mengajukan lamaran untuk memperistrerikan Sayyidah Fatimah r.a, Akan tetapi beliau hanya berkata : "Belum tiba suratan takdirnya" itu dikarenakan setiap sahabat yang melamar tidak sepadan dengan Fatimah r.a. segi keutamaan nasab. Coba kita renungkan apakah penolakan Rasul s.a.w pada mereka, menyebabkan mereka mencerca dan mengkritik Rasul s.a.w? Apakah keluar dari mulut sahabat yang mulia ayat AlQur'an yang artinya: "Sesungguhnya yang termulia diantara kalian dalam pandangan Allah s.w.t ialah yang paling bertakwa" (Al-Hujurat ayat 13)? Mengapa engkau menolak lamaran kami? Bukankah kami mengikutimu dan bertakwa pada Allah s.w.t? Apakah kita menemukan sejarah dimana para sahabat mengingatkan kembali kepada beliau s.a.w. tentang sabdanya menyatakan "Semua kaum Muslim adalah saudara, tak ada yang lebih afdhal dari yang lain kecuali karena takwa?"Tiada kelebihan bagi orang arab atas orang ajam (bukan arab), dan tiada kelebihan orang ajam atas orang arab kecuali karena takwanya. Para sahabat begitu memahami hikmah penolakan Rasul s.a.w dalam masalah Fatimah r.a hingga mereka tidak pernah mengkritik penolakan Nabi s.a.w bahkan berlapang dada.
Demikian pula Asalafuna-asholihun tidak ada yang berbuat demikian apalagi menganjurkan pernikahan sayyid dengan bukan syarifah ataupun sebaliknya. Karena mereka semua mengetahui banyak Hadis Nabi yang menekankan kewajiban bagi seorang muslim untuk menghormati, menjaga dan memelihara hubungan nasab seseorang dengan Nabi Muhammad S.a.w. "Jagalah kehormatanku didalam perihal sahabat-sahabatku dan orang yang bersambung kefamilian denganku. Barang siapa menjaga aku dalam hal tentang mereka. Allah s.w.t akan melihatnya didunia dan diakhirat (dengan pandangan Rahmat). Dan barang siapa tidak menjaga kehormatanku dalam hal tentang mereka itu. Maka Allah s.w.t akan membiarkannya (jauh dari pandangan Rahmat). Dan barang siapa dibiarkan Allah s.w.t, kelak tentu akan ditindak oleh Allah s.w.t (HR Al-baghawi dari Iyadh Al-Anshori ra Jami'us Shogir 267)". Merekapun mengetahui apa yang Rasul lakukan bukanlah atas dasar hawa nafsunya dan ashobiah (suku). Bahkan mereka mengetahui padanan Fatimah r.a adalah Ali bin Abi Thalib hingga mendorongnya untuk melamar puteri Rasul s.a.w. Para sahabat dan salafus sholihin adalah umat terbaik dan orang mulia dan bertakwa dan mereka memuliakan orang mulia disisi Rasul.
Ketika dalam majlis Rasul saw kedatangan Imam Ali k.w. Abubakar berusaha memberikan tempat duduk yang berdekatan dengan Rasulullah s.a.w sebagai penghormatan kepada Imam Ali k.w. Dikala itu tidak ada yang bersedia memberikan peluang untuk duduk. Rasulpun bersabda: "Sesungguhnya orang yang mengenal kepada orang mulialah termasuk orang mulia.(Al-Hadist). Beliau saw menerima lamaran Imam Ali k.w karena Imam Ali kw sepadan segi ilmu, nasab dan kedudukan dengan puteri beliau. Pernikahan Fatimah r.a dan Imam Ali k.w bukan atas dasar hawa nafsu dan ashobiyah dari Rasulullah s.a.w tetapi melainkan wahyu. Anas bin Malik berkata, "Aku pernah disamping Rasulullah ketika suatu wahyu turun kepadanya. Kemudian beliau berkata padaku, Wahai Anas, tahukah engkau apa yang disampaikan malaikat Jibril kepadaku?' Aku balik bertanya,'Demi ayah dan ibuku, apa yang disampaikan Malaikat Jibril?' Rasulullah s.a.w menjawab.'Jibril berkata kepadaku,'Sesungguhnya Allah s.w.t memerintahkanmu untuk menikahkan Fatimah dengan Ali. Kemudian Rasulullah berkata lagi panggilah Abubakar, Umar, Ustman, Talhah, Zubayir dan kaum Anshar.' (Dinukil dari buku Fatimah az-zahra umu Abiha dr Taufik Abu Alam Al-Mishri halaman 137). Bukankah bagi pemuda, Rasul s.a.w bersabda nikahilah karena 4 hal yaitu agama, keturunan, kecantikan dan kekayaan dan menekankan keutamaan agama.
Prioritas utama agama memang merupakan keharusan, namun kita lihat Rasulullah saw mencontohkan pernikahan puteri beliau s.a.w, walaupun banyak para sahabat sholeh dan utama dalam masalah agama namun beliau s.a.w menerima Imam Ali kw. Hal itu karena kemuliaan nasab Imam Ali kw sendiri yang dekat dengan Rasul s.a.w. dibanding sahabat lain. Bukan berarti hal tersebut merendahkan sahabat Nabi yang lain tapi sesungguhnya mereka dalam kemuliaan sesuai kadarnya disisi Allah s.w.t dan Nabi s.a.w dan Imam Ali kw memiliki kemuliaan itu segi nasab selain kesalehan. Sesuai Hadis Nabi ada empat wanita yang mulia yaitu Asia isteri Firaun, Khadijah isteri Nabi, Maryam ibu Nabi Isa dan Fatimah putri beliau. Kemuliaan mereka sesuai kadar yang di berikan Allah s.w.t dan ada kesamaan sitti Maryam dengan Fatimah mengenai penasaban yaitu anak Maryam dinisabkan pada Maryam begitu pula Fatimah. Bukan cuma satu hadis yang menyatakan hal ini tapi masih banyak hadis lain yang sahih. Adapun beberapa Hadis mengenai ini:
- Hadis riwayat Al-Imam Ahmad rhm oleh Assyuyuthiy "Kitab Al-jami'il Kabir" Rasulullah saaw bersabda : "Semua anak yang dilahirkan oleh ibunya bernasab kepada Ayah mereka, kecuali anak-anak Fatimah akulah wali mereka akulah Nasab mereka dan akulah Ayah mereka".
- "Sesungguhnya bahwa semua nasab akan terputus pada hari kiyamaat; kecuali nasabku dan sababku"(tela'ah kitab masnad Imam Ahmad dan Masnad Al-Hakim).
- Bahwasanya Allah s.w.t a'ala menjadikan turunannya tiap-tiap Nabi disulbinya dan Allah s.w.t menjadikan turunanku disulbinya Ali bin Abi Thalib (Suami Fatimah r.a)
- "Tiap-tiap anak turunannya seorang perempuan maka turunan mereka itu dari ayah-ayah mereka itu kecuali anak turunannya putriku Fatimah maka akulah wali mereka dan akulah Ashabah mereka dan akulah ayah mereka itu.".
Genetika memiliki kemampuan mewarisi sifat-sifat segi fisik dan tabiat manusia. Jika seorang arab baduwi memiliki isteri dari kalangannya maka genetika suami isteri tersebut menurun pada anaknya hingga yang terlahir adalah anak baduwi juga. Begitu pula seorang suami dan isteri berkebangsaan Eropah pasti memiliki anak berkarakteristik Eropah bukan Asia, negro atau arab. Sapi bali yang dikahwinkan dengan sejenisnya pasti melahirkan anak-anak sapi bali bukan sapi brahmana. Begitu pula suami isteri Ahlulbayt rasul s.a.w yang pertama yaitu Fatimah r.a. dan Imam Ali k.w akan memiliki anak cucu keturunan Ahlulbayt oleh karena Rasul s.a.w menjaga dan memeliharanya.Oleh karena itu untuk melestarikan anak cucu Rasul s.a.w seyogyanya kita wajib menikahkan sayyid dan syarifah sebagaimana perbuatan Rasul s.a.w memilihkan Fatimah r.a seorang yang kuffu dari Ahlulbaytnya yaitu Imam Ali k.w agar kelestarian genetika Rasul s.a.w terjaga. Hikmah pernikahan yang dicontohkan Rasul s.a.w terhadap Ahlul baytnya pada anak cucu beliau s.a.w saat ini yaitu selain kriteria agama diharuskan juga segi nasab keturunan (manfaat dalam bidang genetika). Apakah tidak baik kalau kita mengikuti Rasul saw dalam masalah pernikahan Imam Ali dan fatimah azZahra? Apakah kita tidak perlu mengikuti beliau s.a.w (dengan menikahkan para anak-cucu Rasul saaw sebagaimana Rasul menikahkan mereka ra) sedang Rasul s.a.w contoh teladan dan inilah yang diikuti Saadah ba alawi di Hadramaut dalam memelihara keturunan Nabi saaw. Penjelasan mengenai genetika itu sendiri akan dijelaskan dalam bab selanjutnya Allah s.w.t hanya memuliakan segi nasab dua wanita ini penyambung keturunan secara non alamiah nasab jalur ayah (Sitti Maryam dan Fatimah azZahra) sedangkan anak Fatimah yaitu para syarifah telah ditetapkan sesuai sunnah alamiah yaitu nasab segi ayah bukan lewat ibu, jika ada yang menanyakan hal ini cukup Nabi Isa as dan ibunya dalam Al-Qur'an bukti kekuasaan Allah s.w.t menghendaki hal yang tidak alamiah sebagai bukti selain penasaban anak cucu Fatimah azZahra terhadap Rasul s.a.w.
Dahulu kala dizaman sahabat dan tabi'in pernikahan kafa'ah ini tidak begitu dipermasalahkan karena mereka sangat menghormati dan memuliakan cucu Rasulullah saaw hingga mereka berijtihad berdasarkan Al-Qur'an dan hadis mengenai kafaah dan melarangnya seperti halnya Imam syafi'e rhm, Imam Ahmad bin Hanbal rhm, Imam Abu Hanifah rhm namun ada juga yang membolehkan masalah yaitu Imam Malik dan sebagian penganut mazhab Jafariah dan Zaidiyyah. Mereka sangatlah objektif dan menghormati anak cucu Rasul saaw walaupun mereka bukanlah dari kalangan anak cucu Rasul saaw baik Imam Abu Hanifah rhm maupun Imam Syafi'e rhm. Sedangkan pengabaran sebagian ulama bahwa Imam Ahmad rhm termasuk salah seorang anak cucu Rasul saaw. Sekelumit mengenai Imam Syafi'e rhm dia bukan seorang sayyid namun ibunya seorang syarifah ayahnya non sayyid. diceritakan ayah Imam Syafi'e dahulu alim dan sholeh dia mengembara ketika itu dia tidak mempunyai apa-apa untuk dimakan maka dia mengambil buah di sungai dan memakan, karena sikap wara'nya beliau menginginkan kehalalan dari pemilik buah beliau menelusuri sepanjang sungai hingga suatu lembah ditemukan rumah yg terpencil seorang ayah dan putrinya yang belum menikah. Mereka cucu Rasul s.a.w. karena terpencilnya daerah itu maka untuk melaksanakan sunnah Rasul s.a.w. seorang sayyid menikahkan anaknya dengan pemuda yang menjadi ayah imam Syafi'i. Segala sesuatu yang darurah maka diperbolehkan jika keluarga itu tinggal ditengah masyarakat kaum sayyid yang sholeh niscaya ayahnya akan menikahkan putrinya dengan sayyid. Imam Syafi'e yang mengetahui keadaan orang tuanya, sangat menghormati ibunya selain sebagai ibunya sekaligus seorang cucu Rasul s.a.w, bahkan ketika beliau telah menjadi ulama masyhur yang mengajar ditempat yang banyak keturunan anak cucu Rasul saaw, ada seorang syarifah yang menginginkan agar Imam Syafi'e menikahinya, namun Imam Syafi'e ra sambil bersedih menolaknya dan mengatakan bahwa beliau sangat malu jika bertemu dengan Fatimah az-Zahra ra di akhirat kelak. Imam Syafi'i ra memfatwakan pelarangan syarifah menikahi non sayyid untuk mengarahkan sayyid dan syarifah tetap pada jalurnya dalam rangka memuliakan dan menghormati Rasulullah s.a.w.
Berbicara masalah aqli (logika) maka jika kita mau lihat dengan hati dan logika yang benar maka manfaatnya pernikahan sayyid dan syarifah lebih bermanfaat dan sedikit mudharatnya kecuali jika kita melihat dengan logika yang kurang baik dan hawa nafsu. Allah s.w.t melindungi akal kita dengan ilmu agama dan hati. Sebelum pembahasan lebih lanjut kita akan membahas sekelumit tentang genetika untuk memudahkan pemahaman kita mengenai pernikahan kafa’ah. Genetika manusia sangat dihargai Al-Qur'an bahkan tentang kejadian sperma dan ovum tentang pencampurannya, masa embrio di rahim dan kelahiran bayi jelas dalam Al-Qur'an antara lain terdapat pada surat Ar-Rahman (silakan merujuk pada buku yang berjudul ‘Kelahiran’ menurut perspektif Al-Qur'an dan hadis segi kedoktoran karya Dr Ali Muhammad Al-barr , Makkah).
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berasal dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia mahkluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah s.w.t, Pencipta Yang Paling Baik.” (Surat 23 ayat 12-14).
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. Sesungguhnya Allah s.w.t benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati) (surat 86 ayat 5-8) Dalam kebanyakan organisme multisel, kedua kelamin terpisah dalam dua individu yang berbeda, yakni jantan dan betina. Sel-sel kelamin disebut gamet; sel kelamin jantan disebut spermatozoa; sel kelamin betina disebut telur (ovum). Kesatuan kedua sel tersebut disebut zigot. Proses perpaduan itu disebut pembuahan. Separuh kandungan zigot berasal dari ibu yaitu ovum dan separuh lainnya dari Ayah yaitu sperma. Dengan demikian, Individu baru yang dihasilkan mewarisi sifat keturunan dari kedua orang tuanya dan leluhurnya. Hukum hereditas pertama kali dikemukakan oleh Mendel 1866 dalam artikelnya experiments with Plant Hybrids. Hukum dasar genetika sempat terabaikan hingga morgan pada tahun 1912 menemukan kromosom dan perananya terhadap pewarisan sifat keturunan. Al-Qur'an mengemukakan teori genetika dan embrio sebagai berikut: epigenetika, dimana nutfah amsyaj (zigot), berkembang menjadi alaqah (sesuatu yang melekat dirahim) kemudian menjadi mudigah (tahap somit). Somit kemudian berdifrensiasi menjadi tulang dan otot yang menutupi tulang. Kemudian embrio manusia dibentuk kembali. Maha suci Allah s.w.t, sebaik-baik pencipta. Pra pembentukan, dimana ciri-ciri dan sifat manusia yang akan datang telah ditentukan didalam gamet laki-laki dan wanita. Leslie Arey di dalam Development Anatomy menyatakan :"Pandangan sekarang tentang permasalahan ini adalah bahwa perkembangan pada hakekatnya adalah preformasional mengenai gen dan pengaruh keturunan, tetapi epigenetic dalam aktifitas konstruksional actual."semua embriologi sepakat fakta ini: Keith Moore; Hamilton; Boyd dan Mossman; Jan Langman; Bradely Pattern. "Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya. Dari apakah Allah s.w.t menciptakannya? Dari setetes mani, Allah s.w.t menciptakannya lalu menentukannya. (Surat Abasa 17-19).
Seorang Arab baduwi menceritakan kepada Nabi bahwa isterinya telah melahirkan seseorang anak laki-laki yang berkulit hitam padahal istrinya dan anaknya tidak hitam, sehingga dia bermaksud menolak anak itu. Nabi bertanya kepadanya: "Kamu punya unta?" Orang itu mengatakan: "Ya". Nabi bertanya: "Apa warnanya?" Dia mengatakan: "Kuning kemerah-merahan." Nabi bertanya: "Apakah ada yang kehitam-hitaman diantara mereka?". Orang itu mengiyakan. Nabi kemudian bertanya kepada orang itu: "Bagaimana dia memiliki warna semacam itu?" Orang itu mengatakan: "Bagaimanapun juga, warna itu pasti telah diwarisi." Nabi mengatakan: "Kalau begitu, anakmu mungkin telah mewarisi warna kehitam-hitaman dari leluhurnya" (HR Bukhari Muslim).
Al-quran dan Hadis Nabi, sebagaimana ditunjukan diatas dengan jelas menunjukkan bahwa Al-Qur'an dan Hadis menyebutkan fakta ilmiah mengenai hukum pewarisan yang diekspresikan oleh genetika yang berada pada sperma dan ovum dari lelaki dan wanita. Sungguh mengherankan mendapati Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad s.a.w telah membicarakan masalah reproduksi dan genetika. Rasul s.a.w pernah berbicara tentang faktor genetika dan menjelaskan kepada seorang arab bahwa ketika nutfah berada dirahim, Allah s.w.t menentukan hubungan genetiknya dengan leluhurnya hingga kepada Adam (Ibn Jarir ath-Thabari dan Ibn Abi hatim). Beliau s.a.w mengatakan kepada seorang arab baduwi lainnya yantg mengadukan bahwa isterinya melahirkan seorang bayi yang berkulit hitam, padahal kedua orang tuanya tidak berkulit hitam. Tanggapan beliau s.a.w adalah bayi tersebut mungkin mewarisi warna kulit dan leluhurnya (diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Nasa’i, Tirmidzi, Ibn Majah, Abu Dawud, Ahmad ibn Hanbal dan Daruqthuni). Pria memiliki gen XY (Kandungan spermatozoa) sedang wanita memiliki XX (kandungan dalam ovum). Keistimewaan yang diberikan Allah s.w.t s.w.t pada pria yaitu kaum pria memiliki gen Y khusus tidak dimiliki wanita dan dalam gen itulah terdapat gen pembawa nasab yaitu gen holandrik, Di mana dari dalam diri Nabi Adam sampai di dalam tubuh kita masih sama. Gen itu terdiri dari asam amino yang terdiri dari sugar deoxy-ribosa, phosphate dan basa (purin yaitu adenine dan guanine, pirimidine Thimine, citocyne, urasine) berangkai tersusun dalam peta genom, menentukan:
- Menentukan pewarisan bentuk fisik (perkembangan model wajah, telinga, tangan),
- Sifat-sifat penyakit (Trisomi, mongoloid, Diabetes Melitus, Hipertensi dsb) yang dapat menurun
- Dan sifat-sifat baik dan buruk tabiat manusia kelak.
- Gen bisa memiliki karakteristik dominant dan resesif ketika terjadi pembentukan zigot ayah dan ibu.
Adapun perubahan itu tergantung berapa besar kualitas dan berapa lama intensitas orang itu terpapar oleh lingkungan dalam merubah ekspresif gennya. Namun gen dominant baik yang inaktif hingga menyebabkan gen resesif buruk berekspresif kuat hingga menjadikan pemiliknya buruk oleh lingkungan jika diperbaiki maka lebih mudah dan cepat untuk kembali baik (karena gen baiknya dominant tinggal dipicu untuk berekspresif hingga menekan kembali gen resesif) jika dibandingkan dengan memperbaiki dan memicu ekspresif gen baik resesif yang berkumpul dengan gen dominant buruk. Dalam beberapa hadis banyak menyatakan keutamaan dan kemuliaan Rasulullah s.a.w. Beliau s.a.w adalah manusia pilihan diantara pilihan. Allah s.w.t menciptakan Nabi Adam dan diantara cucunya Nabi Syid terpilih selanjutnya terpilih Nabi Nuh dan terus ke Nabi Ibrahim ke Nabi Ismail ke Adnan ke Abdi Manaf ke Hasyim ke Abdul muthalib ke Abdullah dan akhirnya terekspresi dalam diri Rasul s.a.w. Segi Islam dikatakan Rasulullah s.a.w manusia pilihan antara pilihan dan hal itu sejalan dengan teori genetika bahwa gen yang turun dari Nabi Adam hingga ke Nabi saaw merupakan bibit unggul, kandungan asam amino yang suci, gen yang tersaring dan terseleksi. Ekspresi genetika yang buruk secara alamiah inaktif bahkan bisa dikatakan tak berfungsi lagi hingga terbuang oleh seleksi alam sedang gen dominan yang unggul dan baik terhimpun pada jiwa Nabi s.a.w. Itulah hikmah kenapa Rasul s.a.w ditakdirkan bukan pada awal zaman.
Dikarenakan Allah s.w.t Yang Maha Berilmu melakukan ketentuan alamiahnya dengan menghimpun genetika dominant baik dan suci pada diri Rasulullah s.a.w dan menginaktifkan gen resesif bahkan tidak berfungsi, hingga dapat disimpulkan genetika Rasul s.a.w dalam hal pewarisan bentuk fisik (perkembangan model wajah, telinga, tangan) sempurna. Lihatlah ekspresif genetika dalam bentuk fisik dimana berbagai riwayat sahabat melukiskan ketampanan wajah rasul s.a.w, perwakan tubuh yang sempurna, tinggi badan proposional mantap. Al-fakir hanya paparkan dua dari berbagai hadis yang ada : Anas bin Malik ra pernah bercerita tentang bentuk tubuh Rasulullah sbb : Adalah Rasul s.a.w mempunyai bentuk tubuh tidak tinggi, tidak pula pendek, serta bentuk tubuh bagus. Rambutnya tidak terlalu keriting dan tidak pula lurus kaku dan kehitam-hitaman warnanya. Bila beliau berjalan, maka jalannya cepat" (HR Hamid bin Mas,adah al bashri dari Abdul Wahab ats tsaqafi dari Hamid dari Anas bin Malik r.a) Adalah Rasulullah s.a.w seorang pria yang berperawakan sedang, bahunya bidang. Rambutnya yang lebat mencapai daun telinganya. Bila beliau mengenakan pakaian berwarna merah, tiada seorangpun yang pernah aku lihat yang lebih tampan darinya. Untuk lebih jelas baca buku ‘Keagungan Nur Muhammad s.a.w Rahmatan Lil'Alamain’ oleh Ust MA. Asyharie PT Terbit Terang Surabaya. Selain itu genetika rasul s.a.w tidak terdapat berbagai penyakit-penyakit berhubungan dengan keturunan. Ekspresif gen yang sempurna itupun menjadikan rasul s.a.w jenius dan memiliki pemikiran cemerlang dalam menghadapi berbagai hal, sifat dan tabiat 100% dominant gen sifat dan tabiat baik. maka segi kacamata kedoktoran terlihat ekspresi gen Rasulullah s.a.w sejak kecil hingga dewasa selalu menampakan kemuliaan cahaya yang suci sedang gen buruk berupa hawa (kecendrungan buruk) dan nafsu yang buruk pada diri Nabi s.a.w sudah inaktif bahkan hilang hingga yang tinggal pada diri Rasul s.a.w adalah hati yang suci dan nafsu mutmainnah. Al-fakir berkesimpulan dari teoritas genetika bahwa Rasul s.a.w memiliki gen sempurna 100%. Alfakir menyebutnya Superior-perfect Holy gene disingkat S-P-H Gene yang telah terhimpun didalam diri Nabi s.a.w.
Kita ketahui pula lingkungan dapat mempengaruhi dan meubah ekspresi genetika lewat penglihatan, pendengaran, makanan, minuman, dsb. Karena lingkungan dapat berpengaruh terhadap S-P-H gene maka sejak beliau s.a.w kecil Allah s.w.t memberikan pertolongan dan perlindungan diri beliau s.a.w sekaligus S-P-H gene beliau s.a.w menyebabkan beliau terhindar dari segala pengaruh menyembah berhala, maksiat dan berahklak buruk. Beliau sendiri pun menjaga S-P-H gene yang dianugerahkan Allah s.w.t kepada beliau s.a.w dengan jalan bertafakur melihat berbagai tanda kebesaran Allah s.w.t s.a.w, berkhalwat menyendiri di Gua Hira menghindari segala pengaruh jelek penduduk Makkah (yang nota bene bisa memutasikan gene pembawa sifat dan tabiat beliau s.a.w), shalat dan puasa. Yang pada akhirnya kemudian S-P-H Gene ini terpancar dari jiwa yang suci dan bercahaya Nabi s.a.w hingga pada akhirnya beliau s.a.w siap menerima wahyu suci dari Allah s.w.t saat berumur 40 tahun dan ditugaskan memikul tanggung jawab berat mengajak Umat memeluk agama Islam.
Hal inipun telah disampaikan Al-Habib AlQuthb Ali bin Muhammad Al-Habsy dalam untaian mutiara beliau yaitu simtot dhuror:
Sampai pada suatu hari Ketika sedang mengembala domba Datang kepadanya beberapa malaikat Membawa penghormatan khusus baginya Yang keberkahannya meliputi seluruh umat manusia.
Mereka membaringkannya dengan hati-hati Lalu membelah dadanya dengan lemah-lembut Dan mengeluarkan apa yang mereka keluarkan Lalu menyimpan rahasia ilmu dan hikmah kedalamnya "Tiada suatu kotoran menganggu yang dikeluarkan malaikat dari hatinya tapi mereka menambahkan kesucian di atas kesucian…"
Dalam pada itu Beliau tetap dalam kekuatan dan ketabahan hati Menyaksikan tanda-tanda kebesaran kuasa ilahi Yang dialami dalam dirinya sendiri
(simtut dhuror hal 23 putera Riyadh)
Segi ilmiah kemungkinan yang para malaikat keluarkan dari dalam tubuh Rasul s.a.w bukanlah gen buruk / kotoran. tapi hanyalah secuil pengaruh-pengaruh lingkungan masa kanak-kanak yang ditempu beliau bersama keluarga dan lingkungannya hingga beliau s.a.w berbeda dengan anak-anak sebayanya. Perbedaannya yaitu dimana ketika saat umur tersebut anak-anak lain cendrung untuk bermain dan berkumpul serta berbagi keceriaan tapi beliau s.a.w saat kanak-kanak sering duduk diatas bukit untuk berfikir dan merenung tanda-tanda kebesaran Allah dilangit dan dibumi. "Tiada suatu kotoran menganggu yang dikeluarkan malaikat dari hatinya tapi merka menambahkan kesucian di atas kesucian…" menunjukkan bahwa memang dalam diri Rasul s.a.w sudah tidak ada gen buruk, tidak ada kecendrungan-kecendrungan dihati dan fikiran Rasul s.a.w untuk melakukan hal yang tidak baik, yang diibaratkan sebagai kotoran. Dikarenakan Allah s.w.t sejak awal menjaga genetika/cahaya dari sulbi kesulbi setiap Rasul dan Nabi hingga beliau s.a.w terlahir kedunia. Berbeda dengan manusia lain yang pada umumnya terlahir memiliki gen buruk apakah dominant maupun resesif oleh karena perilaku dan tingkah laku buruk para leluhur mereka yang masuk lewat penglihatan, pendengaran, makan dan minuman serta perilaku mereka dan terekam diotak, terakumulasi didalam gen mereka yang memiliki kemampuan menyimpan dan diwarisipada anak cucunya. Adalah sifat alamiah manusia biasa jika diberikan anugerah yang berlebihan maka mereka lupa daratan, berbangga diri dan merasa sombong namun berbeda dengan Rasul s.a.w, beliau tetap tawadhu dan rendah hati ketika menyadari bahwa didalam dirinya terdapat sebuah cahaya dan dirinya pilihan Allah s.w.t sebagaimana tersirat dari syair Dalam pada itu Beliau tetap dalam kekuatan dan ketabahan hati. Menyaksikan tanda-tanda kebesaran kuasa ilahi yang dialami dalam dirinya sendiri.
S-P-H Gene itulah yang disebut Allah s.w.t berupa cahaya yang diturunkan dari sulbi kesulbi, dari Nabi Adam hingga ke Abdullah berpindah rahim suci dari sitti Hawa hingga ke Aminah, bahkan Nabi dalam hadisnya mengatakan bahwa sejak dari Nabi Adam hingga ayahnya Abdullah tidak ada perzinahan melainkan pernikahan, tidak ada pengaruh makanan dan minuman haram yang dapat merusak gen berbeda dengan keturunan lain yang ada dimuka bumi. Imam Ali kw memiliki ekspresi gen yang mirip dengan Rasul s.a.w karena Abdullah dan Abuthalib saudara seibu berbeda dengan saudara lain yang berbeda ibu maka untuk mencari bibit unggul atau genetika yang mengekspresikan kemuliaan seperti diri beliau s.a.w maka Rasul s.a.w menikahkan Fatimah dengan Imam Ali kw agar ekspresi gen Imam Ali kw yang sama sumber dengan Rasul s.a.w akan menampilakan ekspresi gen unggul pada diri anak-anak Rasul yaitu Hasan dan Husain itu telah menjadi ketentuan Allah s.w.t. lalu apa makna dengan kemuliaan ini? Al-fakir berhipotesis bahwa rangkaian peta genom yang terdapat pada diri beliau s.a.w mirip dengan putri beliau, hal ini dijelaskan dalam berbagai hadis dimana ekspresif gen beliau dan puteri tercinta mirip. AlHakim meriwayatkan dengan sanad dari Anas bin Malik yang berkata bahwa suatu hari ia bertanya kepada ibunya tentang sifat Fatimah r.a. Ibunya menjawab: "Fatimah sangat mirip dengan ayahnya Rasulullah s.a.w. Warna kulitnya putih kemerah-merahan, Rambutnya hitam berikal.".
Dalam kitab Kasyful Ghummah, Ummu Salamah ra berkata bahwa Fatimah adalah wanita yang paling mirip wajahnya dengan wajah ayahnya, Rasulullah s.aw. Aisyah juga berkata: "Aku tidak pernah melihat seseorang yang menyerupai Rasulullah s.a.w ketika ia berbicara lebih daripada Fatimah. Apa erti dari pembahasan panjang lebar genetika secara umum maupun secara khusus yang berkaitan dengan Rasul s.a.w? Dengan ekspresi gen yang alfaqir maksudkan genetika yang mengandung asam amino yang bebas dari hal-hal tidak baik jika terekspresikan pada anak cucu beliau s.a.w, mereka mewarisi akal fikiran yang mudah menerima agama Islam, memiliki hati dan akhlak baik. Lihatlah sejak dahulu hingga kini banyak para alim ulama dan waliullah dari keturunan Rasulullah s.a.w baik dari keturunan Hasani ataupun Husaini. Hal itu merupakan penampakan ekspresi gen dari Rasul s.a.w, dan ekspresi ini lebih cepat dibanding gen bukan dari Rasulullah s.a.w dalam memahami ilmu agama, akhlak mulia dll. Tapi wahai kaum sayyid dan syarifah kemuliaan genetika itu tidak menjadikan alat untuk berbangga hati dan berangan-angan tinggi apa lagi sampai menyombongkan dan salah mempergunakan untuk memperturutkan hawa nafsu. Karena kadar kemuliaan itu adalah hanya kenderaan dan sarana untuk bertakwa pada Allah s.w.t, Hubungan nasab tidak menyebabkan kaum sayyid dan syarifah bisa seenaknya bermaksiat dan dibiarkan serta tidak diazab oleh Allah s.w.t, Bahkan mereka diminta pertanggung jawaban yang lebih besar dari manusia lain yaitu amalan mereka sendiri dan tingkah laku dan sifat yang harus dijaga sebagai penghormatan kepada Rasul s.a.w. Ibarat dalam kondisi lalulintas perkataan maka genetika sayyid syarifah laksana kenderaan yang mewah, besar, minyak terisi penuh dan berkecepatan yang laju untuk mencapai tujuan, sedangkan umat manusia lain pun memiliki genetika sebagai sarana untuk bertakwa bervariasi semisal ada yang pakai beca, sepeda, motor, mobil biasa, bahkan ada yang jalan kaki. Sedangkan AlQur'an dan Hadis dimisalkan peta dan kompas penunjuk jalan. Dari pemilik mobil mewah sampai pejalan kaki harus mematuhi peraturan lalu lintas, walaupun memiliki kenderaan mewah melanggar lalu lintas maka polis yang bijak tetap akan menghukum tanpa membeda-bedakan kenderaan yang mereka pergunakan, jikalau sayyid syarifah yang nota bene memiliki fasilitas dan sarana berupa genetika yang mamadai untuk bertakwa pada Allah s.w.t namun melanggar tetap akan diadili oleh Allah s.w.t yang Maha Adil. Jikalau sayyid syarifah yang memiliki kendaraan mewah dan cepat namun tidak tahu menyetir maka akan terjadi kecelakaan. Jika mereka tidak memahami arah tujuan yang dimaksud kompas dan peta maka mereka akan tersesat dijalan dan boleh jadi orang lain yang memiliki kendaraan minim namun memahami tujuan lewat peta dan kompas akan sampai ketempat tujuan.
Hal itu sebagai sesuatu yang diperumpamakan Sayyid syarifah hanya mengandalkan hubungan nasab/ genetika tanpa mempelajari AlQur'an dan Hadis maka mereka tersesat pula sekaligus mempermalukan Baginda Rasul s.a.w sebagai pembawa AlQur'an dan Hadis. Namun jika Sayyid-Syarifah yang telah memiliki kendaraan yang mewah, besar dan berkecepatan tinggi pintar mengemudi dan menguasai kompas dan peta maka mereka akan lebih cepat sampai kepada tujuannya dibandingkan setiap orang yang berusaha lebih keras dari mereka namun memiliki kendaraan terbatas. Selain itu mobil yang besar tersebut bisa mengantar orang lain yang tidak sampai ketujuan dikarenakan kendaraan mereka mogok, kecelakaan ataupun tersesat kehilangan kompas. Itulah tanggung jawab sayyid dan syarifah selain mereka memahami dan mengamalkan AlQur'an dan Hadis, merka juga harus berahklak seperti Rasul s.a.w dan menolong setiap orang untuk bersama-sama bertakwa kepada Allah s.w.t. Hadis Rasulullah s.a.w mengingatkan kerabat beliau s.a.w: Wahai Bani Hasyim: "Janganlah sampai orang lain menghadapku pada hari qiamat nanti dengan berbagai amal shalih, sedangkan kalian menghadapku hanya dengan membanggakan nasab. (Al Hadis) "Barang siapa yang bermalas-malasan amalnya, tidaklah tertolong atau dipercepat naik derajat karena mengandalkan keturunan". (Al Hadist) Diriwayatkan Sufyan Atsauri, beliau berkata : Bahwa Daud At Toi wafat Tahun 165 H, pernah mendatangi Al Imam Ja'afar shodiq, minta pendapat dan nasehatnya, padahal beliau adala seorang Imam Sufi ahli zuhud pada masanya. Daud berkata : Wahai anak Rasulullah, wahai cucu Nabi, engkau adalah orang termulia, nasehatmu wajib menjadi pegangan kami, sampaikanlah nasehatmu kepada kami. Imam Ja'far Shodiq menjawab : Sungguh aku takut, datukku akan memegang tanganku di hari kiamat nanti dan berkata : mengapa engkau tidak mengikuti jejakku dengan sebaik-baiknya. Demikianlah jawaban beliau pada Daud At-Toi, padahal beliau tidak pernah meninggalkan jejak datuknya. Maka menangislah Daud dan berkata : Ya Allah, Ya Tuhanku jika demikian sifat orang yang berketurunan Nabi, berahklak dan berbudi datuknya, dari Fatimah Zahra, dalam kebingungan, khuatir tidak atau belum sempurna mengikuti jejak Nabi, bagaimana aku, Daud ini bukan keturunan Nabi?" Nasehat Habib Umar Hafidz di masjid Riyadh solo Haul '98 Putera Riyadi "Janganlah kalian menyia-nyiakan kegiatan yang paling mulia. Kemuliaan kalian terletak pada ilmu yaitu menuntu ilmu dan mengamalkannya. Kalian memiliki 4 atau 5 anak sedangkan kalian mencintai, cucu atau keturunan salaf, namun tak satupun dari anak-anak itu yang kalian perintahkan untuk mempelajari ilmu nabi kalian: Ilmu Syariat!? Demi Allah, syariat nabi telah tersebar luas, namun kalian tertidur.
Orang lain datang mendahului kalian, merebut keutamaan dan menyenangkan hati Nabi Muhammad s.a.w, sedang kalian hanya memikirkan makan, minum, permadani dan perabotan rumah tangga. Kalian rela melihat orang lain merebut kursi pewarisan kekhalifahan dan kedekatan dengan Nabi Muhammad s.a.w. Ya khasratah! Alangkah ruginya jika keturunan Rasul didahului orang lain! Alangkah ruginya jika keistimewaan itu direnggut mereka.". Dalam hadis Aisyah r.a melihat Rasul s.a.w shalat dengan tekun dan khusuk hingga menangis, kedua kaki beliau bengkak, maka Aisyah bertanya : "Mengapa engkau menangis dan beribadah begitu lama ya Rasul s.a.w sedang Allah telah menghapus dosamu dimasa lalu dan akan datang serta menjaminmu dengan surgaNYA?. Rasul menjawab: "Tidakkah aku menjadi seorang hamba yang bersyukur kepada-NYA?" (AlHadis). Jadi karunia Allah s.w.t ini berupa cahaya dari Rasul s.a.w atau genetika Rasul s.a.w, untuk keturunannya bukan untuk dibanggakan ataupun digunakan pada hal-hal yang tidak baik tetapi itu adalah amanah bagi para keturunan cucu Rasul s.a.w untuk menjaga agama Kakeknya sekaligus berteladan, mengikuti ahklak Nabi saaw, juga untuk dilestarikan agar lahir dari anak-anak cucu beliau bibit unggul yang mudah memahami dan menjaga agama Islam.
Sesuai Hadis Rasulullah s.a.w:
1. Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi bahwasanya Rasul s.a.w telah bersabda:
"Sesungguhnya aku meninggalkan bagi kamu dua buah benda peninggalan yang berat kadarnya, pada lain riwayat, sesungguhnya aku meninggalkan bagi kamu dua peninggalan yang jika kamu berpegang padanya tidak akan kamu sesat sepeninggalku. Salah satunya lebih besar dari yang kedua, yaitu kitab Allah Azza Wajalla seumpama tali penghubung yang kukuh terentang dari langit sampai ke bumi dan keluargaku ahlil baitku, keduanya tidak akan terpisah satu dengan yang lain hingga bertemu denganku di akhirat di telaga Haudh/Kautsar maka perhatikanlah kamu bagaimana kamu sepeninggalku memperlakukan keduanya".
Ada satu hal yang menarik yang dapat kita simpulkan makna manfaat keberadaan anak cucu Rasul s.a.w bahwa salah satu manfaat anak cucu beliau saaw yaitu merekalah merupakan bukti otentik bagi seluruh manusia yang memiliki berbeza agama maupun yang tidak mengenal Tuhan bahwa dahulu ada seorang Rasul saaw yang membawa dinul Islam, diutus oleh Allah SWT. Sudah menjadi ilmu Allah s.w.t yang tidak diketahui manusia mengapa Nabi Isa lahir tanpa ayah? tapi kita dapat mengambil hikmah yang besar dari hal ini, Allah s.w.t lakukan itu tidak lain kecuali untuk menguji tauhid kaum saat itu, menunjukan kebesaran Allah s.w.t bahwa bukan hanya didasari oleh logika semata atau sunnatullah saja dipakai dalam memahami sesuatu (zaman Nabi Isa telah berkembang ilmu yang mengacu tentang logika terutama ilmu kedoktoran itu sendiri, oleh karena itu Nabi Isa diberi berbagai mu'jizat tentang masalah kedoktoran baik masalah pengubatan penyakit maupun menghidupkan orang mati). Mengapa Rasul s.a.w ditakdirkan memiliki keturunan dari Fatimah bukan anak laki-laki? Cuba bayangkan sedangkan hanya lewat Fatimah, anak cucu Rasulullah saaw mengekspresikan gen Rasul s.a.w sangat baik menjadi alim, faqih ulama maupun waliullah baik dari Hasani maupun Husaini terutama bani Alawiyyin, (genetika salah satu faktor selain pendidikan dan pembinaan dari ilmu Agama, keluarga yang sholeh dan lingkungan yang baik). bagaimanakah lagi jika Allah s.w.t menjadikan anak cucu Rasulullah dari anak laki-laki dikhawatirkan banyak umat islam yang sesat kemudian hari, ditakutkan mereka menganggap ada Nabi sesudah Rasulullah s.a.w karena ekspresi genetika mulia berupa cahaya sangat dahsyat, jika kalau Allah s.w.t dahulu menghendaki ada Nabi sesudah Rasulullah saaw niscaya anak laki-laki Rasul s.a.w yang menjadi Nabi ada hadisnya (Nabi melihat Ibrahim yang telah sakratul maut berkata "Allah s.w.t tidaklah memanggilmu melainkan karena tidak ada Nabi sesudahku jika ada maka engkaulah Nabi berikutnya) Ketentuan Allah s.w.t telah berlaku sesuai kehendaknya tidak ada Rasul sesudah Nabi saaw, tidak ada ekspresi genetika atau cahaya sebaik cahaya Rasul s.a.w. Para Nabi bani Israil terputus kenabian oleh Allah s.w.t karena Nabi Isa as diangkat ke syurga hingga tidak ada lagi ekspresi genetika yang mulia dapat menjalankan tugas keRasulan. bukankah para nabi itu diwarisi secara genetika dari aba ke anaknya dari anak ibrahim ke Ishak ke Ya’kub terus hingga ke nabi lain kecuali Nabi isa as. Nabi isa pun memiliki ekspresi gen dari ibunya dari keluarganya Imran ahli ibadah. maka seminimal mungkin Rasul s.a.w menikahkan Imam Ali kw dengan Fatimah melainkan mengharapkan ekspresi gen mulia dari anak cucunya hingga mampu menjaga dan mengamalkan Al-Qur'an serta menunjuki kaum muslimin lain.
Itulah makna segi kedoktoran. Hadis Rasul s.a.w Sahih Muslim "jagalah Al-Qur'an dan itrah Ahlulbayt hingga mereka kembali ke telaga haudh di hari akhirat". Bisa ditarik hipotesa dari hadis itu segi kedokteran yaitu jagalah kelestarian anak-cucuku, jagalah genetikaku yang kuturunkan pada anak cucuku hingga akhir zaman. Anak cucu Rasul s.a.w walau pun tidak sama segi genetika dengan Rasul s.a.w, minimal mengekspresikan genetika baik Rasul s.a.w dalam menjaga Al-Qur'an (Imamul Ahlul bayt min si'yah wal Alawiyyin). Ketentuan non alamiah hanya berlaku bagi Maryam yang melahirkan Nabi isa as dan Fatimah azZahra sedangkan anak cucu beliau ra para syarifah tidak demikian anak-anak mereka mengikuti suaminya dalam penasaban. Bagi wanita selain mereka (Sitti Maryam dan Fatimah AzZahra) berlaku ketentuan alamiah, coba renungkan biji jeruk Cina jika ditanam di Bali atau di samping rumahmu akan tumbuh jeruk Cina bukan jeruk Bali atau jeruk lain. sedangkan jeruk bali walaupun ditanam di Cina ataupun di Eropa tidak akan berubah tetap menjadi jeruk Bali, Itulah perumpamaan ekspresi genetika dalam Al-Qur'an. Allah s.w.t memperumpamakan wanita adalah ladang sedang pria yang bercocok tanam, jika sayyid menikah non syarifah maka anaknya sayyid karena mempunyai gen xy dan gen y nya (gen holandrik) yang berekspresi pada anaknya. Jika syarifah; gen xx menikah non sayyid maka anak-anaknya membawa keturunan dari gen y non sayyid hingga nasab kemuliaan yang diberikan Allah s.w.t terputus. "Katakanlah :"Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada Al-Qubra" (Ahlul Bayt)(QS 42:23). Hadis ayat ini, Ketika ayat Al-mawaddah (QS 42:23) turun, para sahabat Nabi bertanya: Wahai Rasul, siapakah keluargamu yang wajib atas kita untuk mencintainya? Nabi menjawab: Ali, Fatimah dan kedua puteranya (Hadis Riwayat oleh Ahmad Al-Thabarany, Al-Hakim, Ibnu Hatim, Ibnu Murwadawih, Ibnu Al-Mundzir dan AT-Thabary). Sungguh mengherankan dan menggelikan umat pada zaman sekarang, Pemerintah saat ini melakukan penelitian rekayasa genetika terhadap bidang perternakan, pertanian, perkebunan secara umum.
Di bidang perternakan mereka kini lagi melakukan persilangan antara sapi bali dengan sapi Brahman, diharapkan lahir sapi-sapi dengan kualitas yang baik, memiliki susu yang bermutu tinggi dan tenaga kerja yang baik. Dibidang pertanian terutama padi, pemerintah melakukan peneliatn terhadap persilangan padi lokal dan padi hybrid agar produktiviti tinggi, umur pendek dan tahan terhadap hama penyakit. mereka dengan teknologi mutakhir berusaha mencari bibit unggul. Kebanyakan umat Islam sungguh memalukan dihadapan Allah s.w.t dan Rasul s.a.w. Mengapa memalukan? karena Allah s.w.t telah menganugerahkan secara langsung manusia-manusia unggul yaitu anak cucu rasul s.a.w untuk menjaga agama Islam, bukannya kebanyakan umat Islam mensyukuri keberadaan anak cucu rasul s.a.w malah mereka memutuskan jalur genetika lewat pernikahan sayyid dan non syarifah maupun sebaliknya. Seakan-akan martabat Rasul s.a.w dan anak cucu beliau s.a.w lebih rendah dan tidak bermanfaat dibanding bibit-bibit unggul dari perternakan dan pertanian. Mereka biarkan kepunahan anak cucu Rasul s.a.w oleh akibat ulah pernikahan tidak sekufu disisi lain mereka berbangga dengan produk pertanian dan perternakan bibit unggul. Padahal telah diriwayatkan berbagai hadis masyhur bahwa keberadaan ithrah Rasul s.a.w itu tidak lain bukan menguntungkan rasul s.a.w dan anak cucu beliau tapi keuntungan umat Islam. Dimana anak cucu rasul s.a.w itu diberi beban yang berat untuk menjaga agama Islam dan kaum muslimin secara keseluruhan. Salah satu kewajiban para muslim untuk mencintai para kaum Ahlul bayt bukanlah menikahi para syarifah karena dengan menikahi mereka berarti memutuskan hubungan genetika antara anak cucu syarifah dengan Rasul saaw. Berdosanya syarifah dalam menikah dengan non sayyid bukan segi pernikahan karena jika rukun nikah terlaksana maka nikah tetap sah tapi segi menolak karunia Allah s.w.t berupa kemuliaan yang diberikan Allah s.w.t berupa gen yang mulia dan mudah menyerap agama Islam. Allah s.w.t menakdirkan sebagai seorang yang memiliki gen sama dengan Rasul s.a.w, darah yang mengalir sama juga apakah orang tersebut mensyukurinya dengan menjaga gen (menikahi sayyid agar genetika Rasul s.a.w tidak terputus) atau menolak rahmat karunia Allah s.w.t yaitu menghilangkan gen Rasul s.a.w (menikahi non sayyid).
Jadi menikahi non sayyid sama halnya (Karena Gen penentu nasab sekaligus lebih dominant mewarisi perilaku dan tabiat adalah Gen Holandrik yang hanya dimiliki oleh pria) menolak mendapat anak-anak dan cucu keturunan yang mulia. Hal ini dibolehkan jika darurah dan timbul fitnah, namun apakah hanya mementingkan nafsu syahwat terhadap non sayyid maka kita seenaknya membuat keadaan darurah hingga dapat menikahinya dengan berdua-duaan, pacaran dan aktivitas yang dimurkai Allah s.w.t, tidak alfaqir yakin kaum syarifah jauh dari hal itu karena masih mencintai dan memelihara keturunan Rasul s.a.w. Jika membaca sejarah dari yang lampau hingga saat ini maka kemuliaan Rasulullah saaw lebih banyak pada cucu Rasul s.a.w khusus bani alawiyyin mengapa demikian? karena nenek moyang kita Imam Ahmad bin Isa Almuhajir sangat hati-hati dalam hal kafa’ah beliau mengadakan pernikahan anaknya dan anak cucu keturunan antara keluarga besar Rasul s.a.w tidak menikahkan anaknya terutama syarifah dengan non sayyid lihatlah Imam Muhammad Faqih Muqaddam rhm, Imam Abdurahman asSegaf Faqih asSistani rhm, Imam Ahmad asyahid rhm, Imam Umar alMuhdar rhm, Imam Abubakar asSakran rhm, Imam Abubakar Alaydrus rhm, Imam Abdurahman alAttas rhm sesepuh dan imam kita semua itu merupakan ekspresi gen Rasul s.a.w yang terpatri dalam jiwa mereka. Hingga sekarang kaum sayyid Bani Alawiy masih tetap memiliki sifat rendah hati dan tidak menyukai popularitas. Sebagaimana kita saksikan, dan disaksikan juga oleh semua orang yang mengenal mereka dibelahan bumi barat dan timur,mereka masih tetap menegakkan dakwah sebagaimana yang dilakukan oleh para sesepuh mereka masih terdapat wilayah kubra (unsur kewalian besar) dan rahsia peninggalan (waratsah) Rasulullah saw. Hal ini dinyatakan oleh Imam Al-Haddad pada saat beliau berkata,"Zaman tidak akan kosong dari orang-orang utama (afdhail) Al Ba Alawiy hingga saat keluarnya Al-Mahdi."Dikatakan juga bahwa beliau mengharap yang menjadi Al-Mahdi yang dinanti-nantikan itu seorang dari mereka(hal 58 pembaru abad 17 Al Imam Habib Abdullah Al Haddad oleh m h alhamid alhusainiy) berbeda dengan keturunan Rasul s.a.w yang berada selain alawiyyin (tidak semua juga demikian) mereka menikahkan anak-anak mereka dengan yang lain hingga ekspresi gen lambat laun hilang lihatlah kaum keturunan anak cucu rasul s.a.w yang berada diIran mereka mendapati imam-imam mereka sangat sedikit Imam Ali Ar Ridha, Muhammad Al Jawad, Imam Ali Hadi, dan Hasan Al-Askari karena ekspresi gen Rasulullah s.a.w pun sedikit banyak tercampur kaum di sana hingga kemuliaan yang seharusnya muncul di hati mereka hilang seiring terputusnya eskpresi gen Rasul s.a.w (karena menurut faham manhaj mereka sendiri manhaj Imamiyah Imam Muhammad al Mahdi ghaib kubra, hingga terputus nasab beliau). Begitulah yang terjadi dewasa ini dimana ada kaum yang membolehkan pernikahan antara kaum syarifah dengan non sayyid akan mendapati sedikitnya para alim Ulama sebaliknya. Itulah hikmah yang besar, jadi syarifah dengan menikah dengan sayyid maka ia secara tidak langsung menolong kelestarian gen Rasul s.a.w yang jika ditempa dengan ilmu agama dan amalan sholehah sangat mungkin anak cucu para syarifah menjadi waliullah yang besar.
Memang banyak diluar cucu Rasul s.a.w alim ulama tapi mereka sangat sedikit dan itupun karena mereka belajar pada nenek moyang kita Para Leluhur Ahlul Bayt (pusat Ilmu masa sebelum keempat Imam Ahlu Sunnah yaitu Imam Ja'far Asshadiq). Hadis Rasul yang masyhur, Rasul bersabda: Aku kota Ilmu dan Ali pintunya barang siapa ingin memasuki kota ilmu maka ia harus melewati pintunya"(Al Hadis) . Semua pelarangan ada hikmah dan berita yang dahsyat jangan kaum syarifah merasa dilarang ini itu karena mereka menyiksa dan membebani kaum syarifah dengan larangan. Bahkan kecintaan dan rasa sayang yang mendalam pada syarifah mendorong mereka melarang menikahi non sayyid, apakah syarifah tidak merasa bahwa lahirnya bayi yang membawa gen Rasul s.a.w dirahim syarifah itu suatu kemuliaan dan rahmat Allah s.w.t?, mereka yang melarang syarifah karena sayang dan memuliakan syarifah agar dapat mendapat kemuliaan dan kebahagiaan dari nabi saaw dengan melahirkan anak cucu Rasul s.a.w dari rahim suci syarifah. Adapun mereka yang mendorong dan memperbolehkan kaum syarifah menikah tidak lain karena mereka tidak tahu manfaat dari kelestarian anak cucu Rasul s.a.w atau mereka iri dan ingin menghilangkan kemuliaan yang Allah s.w.t berikan padamu dengan memutuskan genetika kamu dengan anakmu dari genetika cahaya Rasul s.a.w. Ibarat dokter yang ingin pasien sembuh diberikan obat pahit, pasien tidak tahu khasiat obat dia menghindari obat karena rasa pahit,dia tidak menyadari khasiatnya. Jadi walau syarifah merasa dengan membatasi kaum syarifah dalam pernikahan hanya dengan sayyid adalah kepahitan, beban, menindas hak wanita dalam menikah maka. lihat makna dan khasiatnya insya Allah s.w.t syarifah faham dan tulus ikhlas menerima Kemuliaan dari Allah s.w.t Adapun masa lampau mengenai banyak syarifah yang nikah dengan non sayyid, kita tidak boleh mengambil kesimpulan seketika terhadap hal-hal yang telah lampau ada baiknya kita berbaik sangka pada umat lampau mungkin mereka tidak tahu manfaat dari kelestarian gen Rasulullah saaw, atau darurah karena tidak ada sayyid di sisi mereka. Masalah perawan tua itu yang sebahagian orang ceritakan, jangan risaukan masalah pernikahan harus ada yang syarat, rukun dan kafa’ah dan jika mereka menahan diri untuk tidak menikah dikarenakan mereka ingin mendapatkan kemuliaan dengan melahirkan dari rahim mereka anak cucu Rasul saaw selain itu bukankah pernikahan wadah mencari keturunan yang sholeh? Dan mereka berbuat demikian karena mereka menjaga kemuliaan nasab Rasul s.a.w, mereka tidak berdosa banyak, perawan tua solehah tidak menikah karena cintanya pada Allah s.w.t, ditakutkan mereka nikah dengan non sayyid yang kemungkinan mudharatnya lebih banyak misal tidak tahu asal usul genetikanya dan ditakutkan memutuskan ekspresi gen Rasul s.a.w. Ekspresi yang baik dapat menjadikan anak-anak itu lebih baik dalam memahami agama, menerima dengan mudah di banding ekspresi gen lain. Berbaik sangkalah pada mereka (kaum syarifah yang tidak menikah sampai akhir hayatnya) karena di situlah terletak sirr.
Alfakir telah ketahui bahwa ikhtilaf akan tetap ada hingga akhir zaman bukan hanya segi kafa’ah tetapi juga segi syari'i yang lain seperti yang terjadi pada ilmu furu Aqidah, Ilmu furu Fikih, Hukum dll, dan hal ini bukan terjadi saat sekarang tapi dahulu. Cukup ilmu dari Allah s.w.t yg diiringi berbaik sangka pada Imam-Imam terdahulu dalam menyikapi perbedaan mengenai hal ini, yang paling bijak dan baik jika kita saling menghargai, menghormati dan mengambil pendapat yg rojih (kuat), bermanfaat dan jauh dari kemudharatan atau minimal sedikit dari perbedaan pendapat yang terjadi pada kalangan Ulama. Dalam menyikapi sesuatu hal kita kaum khalaf perlu banyak baca dan membaca termasuk diri alfaqir sendiri, mengenai buku-buku peninggalan para salaf, kita sendiri kurang adil dan baik jika mengambil kesimpulan atau memutuskan suatu hal hanya dari segi satu atau beberapa buku saja dengan terlalu cepat. Masih banyak kaidah-kaidah yang perlu kita perhatikan masih banyak buku-buku lain yang perlu dipertimbangkan dan alangkah baik kita bersangka baik terhadap Imam-Imam yang berikhtilaf seraya mengembalikan pada Allah s.w.t dan Rasul saaw. Kitapun harus melihat bahwa kadar ilmu pada seseorang yang Allah s.w.t berikan masing-masing ditentukan disisi Allah s.w.t baik para Imam-Imam, penulis atau lain. Kita pun masih harus melihat kondisi, situasi, keadaan yang mendorong mereka para Imam mengeluarkan fatwa yang berbeda seperti halnya pada pertengahan buku derita-derita putri Nabi karya M Hasyim AsSeggaf. Beliau sendiri merinci dan merangkum dipertengahan buku tentang pandangan pendapat dari berbagai mazhab baik imam Hanafi, Maliki, Syafii, Hambali maupun mazhab Imamiyyah dan Zaidiyah. sebagian besar mengeluarkan fatwa untuk melarang hanya dua mazhab imam yang membolehkan Mazhab Imam Maliki dan Mazhab Imamiyah.
Kita berbaik sangka pada Imam-Imam mungkin saja bagi yang mengeluarkan fatwa melarang mereka sangat menghormati dan memelihara nasab nabi serta melestarikannya dan mereka Imam rahimullah itu mengetahui manfaat yg begitu besar dalam hal yaitu bukti otentik agama Islam, Rasul saaw yaitu Nabi Muhammad bin Abdullah saaw adalah AlQuran dan sunnah serta bukti kuat yang hidup berbicara dan yang paling pantas meneladani nabi keturunan ialah ahlul bayt itu sendiri. Karena selain AlQuran dan sunnah, bukti yang cukup untuk membantah kaum ingkar tentang agama Islam adalah adanya keturunan Rasul saaw itu sendiri dimuka bumi. selain itu mereka melihat Rasul saaw berpesan mengenai ahlul bayt dengan keturunannya pada kaum muslim dalam hadis tsaqalain, hadis safiqah nuh yg sahih bahwa kaum muslim menjaga AlQuran dan Ahlul bayt dan keduanya tidak terpisah hingga di telaga haudh kelak. AlQuran berarti mengamalkan isinya dan ikuti sunnah Rasul saaw sedang bagaimana dengan Ahlul bayt? AlQuran sendiri terdapat Surah asSyura 23 (42:23) bahwa Allah s.w.t berfirman pada Nabi Muhammad agar berseru pada kaum muslimin bahwa beliau tidak meminta upah atas seruan dakwah kecuali kasih sayang dan kecintaan pada keluarga beliau SAAW
0 Response to "Sekelumit Manfaat Pernikahan Kafa’ah Tinjauan segi AlQur'an, Hadis dan Genetika"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip