Kewajipan Memuliakan Ithroh Ahlulbait Rasulullah SAW
Sebab mencintai mereka merupakan kewajipan yang dijadikan ALLAH Subhanahu Wa Taala :
“Katakanlah (wahai Muhammad kepada kaummu): "Aku
tidak meminta IMBALAN apapun atas SERUANKU ini selain KECINTAAN kepada
KELUARGAKU (al-Qurba)"
"Dan siapa yang mengerjakan
kebaikan akan kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu.
Sesungguhnya ALLAH Maha Pengampun Lagi Maha Mensyukuri.(al-Syura:23)
Allah juga berfirman :
أم يحسدون الناس على ما أتاهم الله من فضله
Artinya : "Adakah mereka merasa iri hati terhadap orang-orang yang telah diberi karunia (fadhel) oleh Allah.". (QS. An-Nisa : 54)
Itulah keutamaan dan keistimewaan yang Allah berikan kepada keturunan Siti Fathimah ra.
ذلك فضل الله يؤتيه من يشاء والله ذو الفضل العظيم
Artinya : "Demikianlah karunia Allah, diberikannya kepada siapa yang dikehendakinya dan Allah mempunyai karunia (fadhel) yang besar.". (QS. Al-Jumuah : 4
Allah juga berfirman :
أم يحسدون الناس على ما أتاهم الله من فضله
Artinya : "Adakah mereka merasa iri hati terhadap orang-orang yang telah diberi karunia (fadhel) oleh Allah.". (QS. An-Nisa : 54)
Itulah keutamaan dan keistimewaan yang Allah berikan kepada keturunan Siti Fathimah ra.
ذلك فضل الله يؤتيه من يشاء والله ذو الفضل العظيم
Artinya : "Demikianlah karunia Allah, diberikannya kepada siapa yang dikehendakinya dan Allah mempunyai karunia (fadhel) yang besar.". (QS. Al-Jumuah : 4
Karenanya,muliakanlah mereka sesuai kemampuanmu agar engkau
memperoleh ridha ALLAH Subhanahu Wa Taala dan RasulNya Sallallahu ‘Alaihi Wa
Aalih serta mendapat kebaikan di dunia mahupun di akhirat.
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Aalih bersabda :
"Syafaatku akan terwujud untuk orang yang menolong keturunanku, baik dengan tangannya, lidahnya, mahupun hartanya."
Dalam hadist lain disebutkan bahwa Rasulullah Sallallahu
‘Alaihi Wa Aalih bersabda : "Cintailah oleh kalian, anak cucuku yang soleh kerana ALLAH dan
cintailah pula yang jahat kerana Aku."
Imran bin Ma'qal mendengar bahwa Imam Ja'far al-Shadiq
‘Alaihissalam mengatakan:
"Janganlah kalian meninggalkan silatur rahim kepada keluarga Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Aalih dengan harta kalian. Barangsiapa kaya, berikan mereka sesuai kekayaannya. Barangsiapa miskin, berilah mereka sesuai kemampuannya.Barangsiapa mengharapkan hajatnya yang terpenting akan dikabulkan ALLAH Subhanahu Wa Taala , bersilatur rahimlah kepada keluarga Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Aalih dan pengikut mereka sesuai dengan harta yang diperlukan."
Imam Ali al-Ridha ‘Alaihissalam berkata : "Telah berbicara kepadaku Abu Musa bin Ja'far, yang meriwayatkan dari ayah beliau ,Imam Ja'far bin Muhammad , dari ayahnya Imam Muhammad bin Ali, dari Ayahnya Imam Ali bin Hussein, dari Ayahnya Imam Ali bin Abi Thalib, yang berkata bahwa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Aalih menyatakan :“Ada empat orang yang akan aku syafaati walaupun mereka berlumuran dosa seluruh penduduk bumi :Pertama, orang yang membawa pedang untuk berjihad bersama keturunanku.
Kedua, orang yang memenuhi keperluan mereka.Ketiga, orang yang mengusahakan sesuatu untuk mereka demi kemaslahatan mereka ketika mereka dalam kesulitan.Keempat,orang yang mencintai mereka dengan hati dan lidah mereka."
Janganlah engkau mengurangi penghormatanmu terhadap mereka
yang kurang baik. Sebab mereka bukanlah para hakim yang dapat dihentikan dari
jabatannya kerana tidak bekerja dan melakukan kewajibannya. Namun mereka adalah
jabatan nasab yang melekat dan kekal selama-lamanya. Jabatan lain dapat ditarik
kerana kedurhakaan. Namun ada pula jabatan yang tak dapat dicabut walaupun itu
melanggar perintah Tuhan.
Ya, jika meninggalkan nahi mungkar (mencegah kemungkaran)
kerana menghormati orang yang berbuat maksiat itu dilarang dalam syariat,
bererti itu harus ditinggalkan. Namun jika melihat peristiwa yang dialami Ahmad
bin Ishaq al-Asy'ari dengan Sayyid Husain bin al-Hasan al-Fathimi justeru tidak
jadi masalah (dapat dilakukan). Sebaiknya di satu sisi dia menghormati namun di
sisi lain harus mencegah kemungkaran dengan cara sembunyi-sembunyi dan tidak di
depan khalayak ramai.
Diceritakan bahawa Husain bin Hasan bin Husain bin Ja'far
bin Muhammad bin Ismail bin Ja'far al Shadiq dengan terang-terangan di kota Qum
meminum minuman keras. Pada suatu hari, dikeranakan
suatu keperluan, dia pergi ke rumah Ahmad bin Ishaq al-Asy'ari yang merupakan
seorang perwakilan yang mengurusi urusan perwakafan di kota Qum. Namun Ahmad
tak mengizinkan masuk ke rumahnya sampai dia pulang dengan hati sedih dan
kecewa. Tak lama kemudian, Ahmad bin Ishaq al-Asy'ari pergi menuju tanah suci
untuk melaksanakan ibadah haji. Sesampainya di Samara, dia menemui Imam Abi
Muhammad al-Askari dan meminta izin beliau untuk masuk ke rumahnya. Namun
Beliau tak mengizinkannya. Dia pun menangis dan memohon agar dibolehkan menemui
beliau. Lalu Imam mengizinkanya. Setelah masuk, dia langsung bertanya : "Wahai putera Rasulullah, mengapa Anda mencegah-ku masuk ke
rumah Anda sementara aku adalah pengikut dan pencintamu?" Beliau
menjawab : "Mengapa engkau mengusir
putera paman kami dari pintu rumahmu?" Lalu Ahmad bin Ishaq al-Asy'ari
menangis dan bersumpah kepada ALLAH Subhanahu Wa Taala tidak akan lagi
melarangnya masuk ke rumahnya sampai dia berhenti dan bertaubat dari meminum
arak. Imam Abi Muhammad al-Askari berkata : "Engkau benar. Namun engkau
tetap harus menghormati dan memuliakan mereka, bagaimanapun keadaan mereka.
Janganlah engkau menghina dan meremehkan mereka kerana mereka punya hubungan
nasab dengan kami. Kalau tidak, engkau akan menjadi orang-orang yang
merugi."
Setelah Ahmad bin Ishaq al-Asy'ari kembali ke Qum, tiba-tiba
datang kepadanya beberapa pembesar mereka, yang salah satunya adalah Husain bin
Hasan. Melihat Husain bin Hasan, Ahmad bin Ishaq al-Asy'ari langsung
menyambutnya, menghormatinya, dan mendudukkannya di tempat terdepan. Melihat
perbuatan Ahmad bin Ishaq al-Asy'ari yang ganjil itu, Husain bin hasan
kehairanan dan berusaha menjauhinya. Lalu dia menanyakan sebab perbuatannya
yang aneh itu. Ahmad bin Ishaq al-Asy'ari menceritakan peristiwa yang terjadi
antara dirinya dengan Imam al-Askari. Mendengar cerita itu, Husain bin Hasan
menyesali segala perbuatan buruknya dan bertaubat kepada ALLAH Subhanahu Wa
Taala. Dia lalu pulang ke rumahnya dan membuang semua minuman kerasnya,
memecah segala peralatannya, sampai berbalik menjadi hamba ALLAH Subhanahu Wa
Taala yang bertaqwa, wara', soleh, gemar beribadah dan selalu beri’tikaf di
masjid sampai wafatnya.
Saya tidak mengharuskan engkau menghormati Bani Hasyim selain
keturunan Fatimah ‘Alaihassalam, seperti keturunan Aqil dan Abbas paman Nabi
Sallallahu ‘Alaihi Wa Aalih meskipun dari sisi nasab, mereka memang mulia.
Namun cinta dan penghormatan kepada mereka tidak termasuk pengganti upah
risalah sebagaimana dijelaskan dalam ayat di atas. Ya, saya mengharuskan engkau
menghormati keturunan Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Aalih.
Hammad bin Isa meriwayatkan dari beberapa sahabat yang
bersumber dari al-'abd al-shalih yang berkata, "Khumus dikeluarkan dari lima hal; rampasan perang, hasil
penyelaman, harta karun, hasil tambang dan pelayaran." Dari kelima harta
tersebut diambil khumus untuk orang-orang yang sudah ditentukan ALLAH Subhanahu
Wa Taala dan empat perlima darinya dibahagikan untuk orang yang berjuang dan
para pengurusnya. Khumus dibahagikan untuk enam pihak; ALLAH Subhanahu Wa
Taala, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Aalih, keluarga beliau, anak-anak yatim
, fakir miskin dan ibnu sabil (musafir).
Bahagian ALLAH dan Rasul-Nya adalah untuk ulil amri (Imam)
dan setengah lagi untuk Ahlul Bait Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Aalih ,
para anak yatim mereka, fakir miskin dari keluarga mereka, dan ibnu sabil
mereka. Khumus diberikan untuk mereka sebagai ganti pemberian sedekah (sedekah
haram untuk Rasulullah dan keturunannya [sayyid] ), sebagai penyuci bagi
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Aalih dan keluarga beliau serta sebagai
penghormatan kepada mereka untuk menjauhkan dari kotoran harta manusia. Dengan
khumus yang diberikan secara khusus itu mereka terjauh dari kehinaan dan
kerendahan, dan tidak jadi masalah seandainya sedekah itu berasal dari kalangan
mereka untuk mereka sendiri.
Mereka yang mendapat khumus adalah kerabat Nabi Sallallahu
‘Alaihi Wa Aalih yang termaktub dalam firman ALLAH Subhanahu Wa Taala : Dan
berikan peringatan kepada kerabat-kerabatmu terdekat.(al-Syuara:214) mereka
adalah Bani Abdul Muthalib, baik lelaki mahupun wanita, bukan orang-orang
Quraisy pada umumnya, bukan pula orang-orang Arab keseluruhan. Barangsiapa
ibunya dari bani hasyim dan ayahnya dari bani Quraisy secara umum, halal
menerima zakat. Namun para fakir miskin dari kerabat Rasulullah Sallallahu
‘Alaihi Wa Aalih memperoleh setengah dari khumus, yang tentunya lebih mencukupi
daripada sedekah..
Al habib Abdullah bin Muhsin Al atthos :
"Sesungguhnya tidak tampaknya khususiyah ahlu bait Rasulullah saw beserta kesempurnaan mereka dihadapan manusia seluruhnya adalah rahmat, karena andaikata khususiyah dan kesempurnaan ini ditampakkan, maka wajib (artinya pasti) bagi siapapun yg mengetahuinya untuk menghormati dan mengagungkan keistimewaan dan kesempurnaan mereka dengan pengagungan yg pantas atas mereka. Dan pengagungan ini adalah hal yang membuat manusia terhebat sekalipun tidak mampu menanggung bebannya. Maka apa yang tampak dari sifat basyariyah ahlu bait adalah hijab atas khususiyah mereka. MAHABBAH adalah cara awal dalam membuka lapis lapis hijab yg amat rapat ini. Dan dgn mencintai mereka, kian tampak cayaha yg akan menerangi kita dan akan menuntun kita kepada kebenaran yg nyata. Sedangkan kebencian terhadap mereka akan menampakkan kebalikannya".
(Bahjatut tholibin. Hb Zain bin Ibrahim bin Sumaith. Hal. 30).
Sumber rujukan :
- Kitab Fadhail Sadat (Kelebihan Para Sayyid)
- Kitab Fatimah Az-Zahra' karangan Syahid Mihrab Ayatullah Sayyed Husain Dastghib
- Kitab Wasiat Seorang Ayah
2013@abdkadiralhamid
0 Response to "Kewajipan Memuliakan Ithroh Ahlulbait Rasulullah SAW"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip