“Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur). (QS. Ad-Duha: 11)
Imam Nawawi mengatakan dalam Syariah Shahih Muslim,
“Allah memberikan ilham kepada manusia untuk meminta syafaat kepada Adam dan Rasul sesudahnya pada saat dimulainya hisab dan tidak memberikan ilham kepada mereka untuk meminta syafaat kepada Nabi SAW untuk pertama kalinya. Hal ini adalah untuk memperlihatkan "keutamaan Nabi SAW". Ada kemungkinan Rasul lainnya mampu memberikan syafaat ini sebelum mereka meminta syafaat kepada Nabi Muhammad SAW. Apabila mereka memintanya dari Rasul-rasul lain selain Muhammad dan para rasul ini tidak mampu memberikan apa yang mereka minta, lalu mereka meminta syafaat dari Muhammad, dan beliau sanggup memberikan syafaat ini maka ini menunjukkan puncak pangkat, kesempurnaan kedekatan, dan kebesaran pemberian petunjuk dan ketenangan.”
An-Nawawi mengatakan, “Hadis ini juga menunjukkan keutamaan Nabi SAW di atas semua makhluk dari para rasul, anak Adam, dan malaikat. Sesungguhnya tidak ada yang mampu memberikan perkara besar ini – syafaat al-uzhma(agung) –selain beliau. Wallahu a’lam.”
Tidak seorang pun dari para rasul yang dapat memberikan syafaat besar karena saat itu dipenuhi dengan murka Allah SWT. Oleh karena itu, setiap rasul mengatakan, “Sesunggguhnya Tuhan pada hari ini murka dengan murka yang belum pernah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu setelahnya.” Maka tidak dapat mensyafaati kecuali kekasih Allah yang paling terkasihi dan paling dekat dengan-Nya, yaitu Muhammad SAW.
Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata:
“Rasulullah memberikan syafa’at kepada manusia pada hari kiamat, yaitu dengan memberikan ketenangan pada waktu mereka dalam ketakutan. Rasul juga memberikan syafa’at dengan memohon keringanan adzab untuk sebagian orang-orang kafir, sebagaimana yang terjadi pada diri paman beliau Abu Thalib. Rasul juga memberikan syafa’atnya dengan memohon kepada Allah untuk mengeluarkan sebagian orang mukmin dari siksa api neraka atau memohonkan mereka untuk tidak dimasukkan ke dalam api neraka setelah ditetapkan bahwa mereka akan masuk neraka. Rasul juga dapat memberikan syafa’at bagi seseorang untuk masuk surga tanpa melalui proses hisab atau dengan mengangkat derajat sebagian mereka untuk bisa tinggal dalam surga yang lebih tinggi.” (Fathul Bari syarah Shahih Bukhari)
Dari Abu Hurairoh Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Pada suatu hari Rasulullah
diberi daging, dengan disuguhkan kepada beliau bagian lengan kambing dan
beliau menyukainya. Lalu, beliau menggigitnya dengan ujung giginya.
Kemudian beliau bersabda: “Aku adalah pemimpin (tuan / sayyid)
manusia pada Hari Kiamat. Apakah kamu sekalian mengerti mengapa
demikian? Pada Hari Kiamat, Allah mengumpulkan semua manusia, yang
dahulu dan yang akhir di suatu tempat. Lalu mereka mendengar suara
penyeru. Pandangan pun tiada terhalang, dan matahari pun dekat. Manusia
mengalami kesedihan dan kesulitan yang tiada mampu mereka tanggung dan
mereka pikul. Maka, sebagian di antara mereka berkata kepada sebagian
yang lain, “Tidakkah kamu tahu apa yang kamu alami? Tidakkah kamu tahu
apa yang menimpamu? Tidakkah kamu cari siapa yang dapat memberimu syafa’atkepada Rabb-mu?”
Sebagian yang lain di antara mereka pun menjawab,
“Datangilah Adam.”
Kemudian mereka pun mendatangi Adam, dan berkata:
“Wahai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah telah menciptakanmu dengan Tangan-Nya. Lalu Dia tiupkan kepadamu Ruh-Nya dan memerintahkan para Malaikat agar mereka bersujud (hormat) kepadamu. Maka mintalah kepada Rabb-mu syafa’at bagi kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang menimpa kami?”.
Nabi Adam menjawab:
“Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka yang tiada pernah Dia marah sebelum dan sesudahnya seperti itu. Rabb-ku pernah melarangku mendekati sebuah pohon (di surga dulu),tetapi aku berma’shiyat, melanggar larangan itu karena nafsuku. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Nuh.”
Kemudian mereka mendatangi Nabi Nuh, lalu berkata :
“Wahai Nuh, engkau adalah rasul pertama di bumi. Allah menyebutmu sebagai hamba yang sangat bersyukur. Maka mintakanlah kepada Rabb-mu syafa’at untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah menimpa kami?”.
Nabi Nuh menjawab :
“Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sungguh, dahulu aku pernah mendo’akan jelek untuk kaumku. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Ibrahim.”
Kemudian manusia mendatangi Nabi Ibrahim, dan berkata:
“Engkau adalah Nabi Allah dan Kekasih-Nya dari penduduk bumi. Mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Kemudian Nabi Ibrahim pun menjawab,
“Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.”
Nabi Ibrahim menyebutkan dusta yang telah dialaminya (ketika ia menghancurkan berhala – pen). Nabi Ibrahim berkata,
“Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Musa.”
Maka mereka pun mendatangi Musa, lalu berkata:
“Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberimu keutamaan dengan risalah-Nya, dan firman-Nya kepadamu melebihi manusia lain. Maka mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah menimpa kami?”.
Nabi Musa menjawab:
“Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sesungguhnya aku pernah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada ‘Isa.”
Lalu mereka mendatangi Nabi ‘Isa, seraya berkata:
“Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah. Engkau telah berbicara kepada manusia ketika engkau baru lahir. Engkau terwujud dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dengan tiupan roh dari-Nya. Maka, mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Nabi ‘Isa menjawab:
“Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.”
Nabi ‘Isa tidak menyebutkan dosa yang pernah dialaminya.
Kata Nabi ‘Isa selanjutnya,
“Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Muhammad.”
Kemudian mereka mendatangiku, dan berkata :
“Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah, engkau adalah Penutup para Nabi, Allah telah memberikan ampunan atas dosa yang telah engkau lakukan (seandainya ada). Maka, mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Maka aku (Nabi Muhammad)
pergi dan mendatangi Tahtal ‘Arsy (ke bawah ‘Arsy). Lalu aku bersujud
kepada Rabb-ku. Kemudian Allah memberiku pertolongan dan pemberitahuan
yang tidak pernah Dia berikan kepada seseorang sebelum aku. Dia
berfirman,
“Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, maka engkau akan diberi. Mintalah syafa’at, maka engkau akan diizinkan untuk memberi syafa’at.”
Lalu aku mengangkat kepalaku, dan aku mengatakan :
“Ya Allah, tolonglah umatku! Tolonglah umatku!”
Aku dijawab:
“Wahai Muhammad, masukkanlah ke surga umatmu yang bebas hisab dari pintu kanan surga, dan selain mereka lewat pintu yang lain lagi.” Demi Allah yang menguasai diri Muhammad, sesungguhnya antara dua daun pintu di surga sebanding antara Mekkah dan Hajar (daerah Palestina – pent.), atau antara Mekkah dan Bashra (Iraq – pent.).” (HR. Muslim no. 194)
"Orang yang lebih berhak mendapat syafaatku pada hari kiamat ialah orang yang lebih banyak selawatnya kepadaku." Riwayat Ibn Mas'ud r.a"Barangsiapa berselawat kepadaku di sisi kuburku maka aku mendengarnya, barangsiapa berselawat kepadaku dari jauh, maka selawat itu diserahkan oleh seorang malaikat yang menyampaikan kepadaku dan ia dicukupi urusan keduniaan dan keakhiratan dan aku sebagai saksi dan pembela baginya." Riwayat Al Baihaqi & Al Khatib
0 Response to "Indahnya syafa’atun Nabi Muhammad Saw"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip