Semarakkan Seminar Nasab, Bekal Kekuatan Alawiyyin.
Dengan berangkat dari kesadaran Penulis akan pentingnya menjaga kemurnian nasab, kali ini ingin berbagi , minimal menambah pengetahuan kita tentang nasab, mungkin ada baiknya kita menyempatkan waktu sedikit untuk menikmati Video ini dan sedikit yang penulis simpulkan tentang kegiatan tersebut.
Sebagaimana dikutip dari Orientalis Belanda, LWC van den Berg, dalam buku "Le Hadhramout Et.Les Colonies Arabes" atau "Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara", Kaum Orientalist (Kaum yang selalu mengacaukan umat islam) pernah berfikir :
Seorang Tokoh Annasabah, Al Habib Ali bin Ja’far bin Syech Al Fargas Al Ahmad Maula Maryamah Asseggaff yang jasa-jasa beliau dalam mensensus alawiyyin di Nusantara. Ternyata banyak alawiyyin generasi sekarang yang tidak mengenal beliau padahal beliau lah yang pertama kali mengadakan sensus terhadap alawiyyin nusantara dalam menfilter nasab yang kabur dan bukan.
Dari hasil sensus ini oleh An Nasabah Al Walid Al Habib Ali bin Ja’far bin Syech Al Fargas Al Ahmad Maula Maryamah Asseggaff dihimpun dalam buku nasab sebanyak 7 Juz / jilid. Buku ini memuat dengan rinci semua alawiyin diberbagai Negara yakni Indonesia, Semenanjung Melayu, Singapora, Yaman Selatan dan Utara, Afrika,India, Oman dan lain lain. Buku Al Habib Ali bin Ja’far ini sempat ditulis ulang di Singapora, sama persis dengan yang asli hanya saja berbeda style tulisannya. Buku 7 Juz/jilid karya Habib Ali bin Ja’far ini adalah kelanjutan dari buku 7 jilid karya dari Al Allamah Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Husin Al Masyhur Syahabuddin.
Beliau tidak hanya menjaga nasab dzurriah di hadramaut saja tapi diluar hadramaut juga ditulis oleh beliau. beliau mewarisi kitabnya tapi kok banyak alawiyyin tidak mau mengkajinya, malah yg sibuk memberikan perhatian dan berusaha mengkajinya adalah orang-orang luar, amerika, jepan, dll. Semestinya setiap keluarga alawiyyin berusaha menanamkan ilmu ini dalam keluarganya, dan memberikan pendidikan dasar nasab sehingga menghasilkan keluarga alawiyyin yang cerdas sehingga para pelaku pemalsu nasab berpikir dua kali untuk bertindak untuk mengacaukan kemurnian nasab Rasulullah dan keturunannya. Tapi mereka tahu, nasabnya tidak begitu terjaga, dan banyak yg tidak mengerti dan tidak mau belajar tentang nasab, sehingga mereka berani mengaku-ngaku dan ini terjadi di berbagai pelosok negeri, diantara contoh kecil kasus2 pemalsu nasab marga dzurriah yang terjadi :
Terbukti di Bali, banyaknya mengaku2 alqadri dan alidrus, di pacitan ada beberapa oknum sayyid aspal (klg alidrus sholabiyah bukan aspal, nasabnya rapi dan tertulis di buku hb ali bin jakfar jilid 1 hal hal 315), ada banahsan di ketapang (banahsan juga nasab nya benar setelah melalui kajian di lapangan dan juga tertulis dr naskah terengganu hal 28), dan marga balghoist, begitupun bangsa basyaiban yg telah tersusun rapi & diisbath oleh habib Ali, tapi masih ada saja yg mengaku2 dan memalsukannya. Begitupun yang terjadi pada keluarga asseggaff di sulawesi, yg masih terjaga nasabnya hanya ada di daerah sengkang yang kemudian banyak hijrah ke jakarta, ini dari jalur Al aqil as su'udi al abdullah asseggaff dan tidak berhubungan sama sekali dengan keluarga assegaff Puang Ramma yang tertolak. Nama jamaluddin dalam keluarga assegaff, tidak pernah dipergunakan dalam keluarga assegaff, Begitupun di cikoang, banyak yg mengaku aidid disana sangat kuat menjaga nasabnya tapi tertolak. Keluarga Cikoang ini menisbahkan bahwa mereka keturunan dari Jalaluddin Al Aidid bin Muhammad Al Aidid bin Abubakar Al Aidid, dan mengatakan bahwa Jalaluddin ini keturunan Ke 28 dari Rasulullah. Sementara di masa itu belum ada keluarga Aidid yang masuk di Nusantara. Sementara sebagai pembanding Al Imam Abdullah bin Alwi Shohibur Ratib AlHaddad itu adalah Generasi Ke 31. Sejarah dan Nasab kita tak pernah mencatat tentang adanya individu bernama Jalaluddin, juga tak pernah keluarga Aidid menggunakan nama itu dari dulu hingga sekarang.
Begitupun yang terjadi di Malaysia, di makam-makam mereka hanya tertulis sayyid fulan dan sayyid fulana tanpa menyantumkan gelar marga dibelakang namanya, ada juga satu kampung yg menisbahkan pada marga jamalullail selama beratus2 tahun lamanya hingga sekarang, setelah ditelusuri ternyata nasabnya tertolak. mereka disana sudah ada sejak 700 tahun yg lalu sedangkan marga jamalullil masuk baru 300 tahun, gimana bisa mereka berani menisbahkan jamalullail yg baru masuk 300 tahun yg lalu.
Dengan ilmu nasab ini, kita sangat mudah melihat mana yg asli dan palsu, tidak sekedar melihat penampilan fisiknya, bukan karena kayanya, bukan karena keilmuannya,atau bukan karena ketenaran. Tapi ilmu nasab ini bisa diterima dari sisi ilmu pengetahuan dan ilmiah, sehingga bisa diterangkan dan bisa diterima oleh kemampuan akal kita. Berhubung ini perkara nasab suci dan darah keturunan Rasulullah, sehingga ini menjadi perkara yang penting dan berat tanggung jawabnya, sehingga jangan berani mengatakan sayyid atau bukan kalau bukan ahlinya, dan yg memperkeruh suasananya adalah orang2 yg tidak berkompeten berbicara nasab, sehingga yang muncul bukan lagi "ilmu" tapi emosional. Persoalan diterima atau tidak, terpulang pada yg bersangkutan untuk masing2 mempertanggung jawabkan.
Bagaimana nasib nasab yang kacau balau seperti sekarang, apalagi jika dibiarkan terus , bagaimana 20 atau 30 tahun kedepan,karena ini demi kepentingan kita semua.
Oleh karena itulah pentingnya menyemarakkan kegiatan seminar-seminar nasab di daerahnya masing-masing sebagai bekal menjaga nasab, minimal menjaga nasab keluarga kita.
Belajar nasab tidak boleh separuh2 tapi memerlukan totalitas, kebodohan dan kejahilan kita, meski kita tidak belajar dgn totalitas, kita tetap harus berkolaborasi atau bersama untuk menyemarakkan seminar2 nasab di daerahnya masing2 sehingga terbentuk tanggung jawab antar qabilah2 dalam menjaga/memprotect nasab dan silsilah keluarganya masing-masing. Yang beginilah yang mesti dikembangkan dalam kalangan alawiyyin, bukan dengan melepas diri dari tanggung jawab. Dan juga manfaat seminar nasab untuk kalangan pemuda alawiyyin sangat kuat dan mempererat silaturrahim dan biasanya tidak memiliki kepentingan apa2 kecuali hanya sekedar menjaga nasabnya masing-masing Kita hanya mengharapkan kepedulian terhadap nasab, Sebagaimana yang dilakukan oleh Majelis Nasab Khalaqah Taklimul Ansab Li Sayyid Ali bin Jakfar pimpinan Sayyid Syafiq bin Idrus Khaniman di kediaman syeh alidien assegaff jakarta, dua kali seminggu, malam kamis dan malam jumat, telah berjalan selama 4 tahun. Yang berada di sekitar jakarta, silahkan berkunjung jika ingin mengkaji dan belajar nasab disana.
Demikianlah, semoga tulisan ini bermanfaat bagi ana dan kalangan alawiyyin pada umumnya, kemudian Penulis tutup dengan SMS yang ana terima dari seseorang pemerhati nasab yang bersumber dari Rabitha Alawiyyah :
Wassalam
Dengan berangkat dari kesadaran Penulis akan pentingnya menjaga kemurnian nasab, kali ini ingin berbagi , minimal menambah pengetahuan kita tentang nasab, mungkin ada baiknya kita menyempatkan waktu sedikit untuk menikmati Video ini dan sedikit yang penulis simpulkan tentang kegiatan tersebut.
Sebagaimana dikutip dari Orientalis Belanda, LWC van den Berg, dalam buku "Le Hadhramout Et.Les Colonies Arabes" atau "Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara", Kaum Orientalist (Kaum yang selalu mengacaukan umat islam) pernah berfikir :
"Kenapa Kaum Alawiyyin ini selalu bersatu, "bergerak dari satu komando", sepertinya bergerak dari komando yang sama, bahkan di tahun 1920 an, dia menjelaskan secara detail tentang keberadaan kaum hadramaut di indonesia, begitupun tentang marga-marga dzurriah dan karakter-karakternya di seluruh pelosok negeri nusantara ini, dan akhirnya menyimpulkan bahwa Komando Alawiyyin (Kekuatan) ada di Nasab, jadi untuk menghancurkan kekuatan dan perjuangan alawiyyin, untuk mengacaukan dakwahnya, kacaukan dahulu Nasabnya."
Seorang Tokoh Annasabah, Al Habib Ali bin Ja’far bin Syech Al Fargas Al Ahmad Maula Maryamah Asseggaff yang jasa-jasa beliau dalam mensensus alawiyyin di Nusantara. Ternyata banyak alawiyyin generasi sekarang yang tidak mengenal beliau padahal beliau lah yang pertama kali mengadakan sensus terhadap alawiyyin nusantara dalam menfilter nasab yang kabur dan bukan.
Dari hasil sensus ini oleh An Nasabah Al Walid Al Habib Ali bin Ja’far bin Syech Al Fargas Al Ahmad Maula Maryamah Asseggaff dihimpun dalam buku nasab sebanyak 7 Juz / jilid. Buku ini memuat dengan rinci semua alawiyin diberbagai Negara yakni Indonesia, Semenanjung Melayu, Singapora, Yaman Selatan dan Utara, Afrika,India, Oman dan lain lain. Buku Al Habib Ali bin Ja’far ini sempat ditulis ulang di Singapora, sama persis dengan yang asli hanya saja berbeda style tulisannya. Buku 7 Juz/jilid karya Habib Ali bin Ja’far ini adalah kelanjutan dari buku 7 jilid karya dari Al Allamah Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Husin Al Masyhur Syahabuddin.
Beliau tidak hanya menjaga nasab dzurriah di hadramaut saja tapi diluar hadramaut juga ditulis oleh beliau. beliau mewarisi kitabnya tapi kok banyak alawiyyin tidak mau mengkajinya, malah yg sibuk memberikan perhatian dan berusaha mengkajinya adalah orang-orang luar, amerika, jepan, dll. Semestinya setiap keluarga alawiyyin berusaha menanamkan ilmu ini dalam keluarganya, dan memberikan pendidikan dasar nasab sehingga menghasilkan keluarga alawiyyin yang cerdas sehingga para pelaku pemalsu nasab berpikir dua kali untuk bertindak untuk mengacaukan kemurnian nasab Rasulullah dan keturunannya. Tapi mereka tahu, nasabnya tidak begitu terjaga, dan banyak yg tidak mengerti dan tidak mau belajar tentang nasab, sehingga mereka berani mengaku-ngaku dan ini terjadi di berbagai pelosok negeri, diantara contoh kecil kasus2 pemalsu nasab marga dzurriah yang terjadi :
Terbukti di Bali, banyaknya mengaku2 alqadri dan alidrus, di pacitan ada beberapa oknum sayyid aspal (klg alidrus sholabiyah bukan aspal, nasabnya rapi dan tertulis di buku hb ali bin jakfar jilid 1 hal hal 315), ada banahsan di ketapang (banahsan juga nasab nya benar setelah melalui kajian di lapangan dan juga tertulis dr naskah terengganu hal 28), dan marga balghoist, begitupun bangsa basyaiban yg telah tersusun rapi & diisbath oleh habib Ali, tapi masih ada saja yg mengaku2 dan memalsukannya. Begitupun yang terjadi pada keluarga asseggaff di sulawesi, yg masih terjaga nasabnya hanya ada di daerah sengkang yang kemudian banyak hijrah ke jakarta, ini dari jalur Al aqil as su'udi al abdullah asseggaff dan tidak berhubungan sama sekali dengan keluarga assegaff Puang Ramma yang tertolak. Nama jamaluddin dalam keluarga assegaff, tidak pernah dipergunakan dalam keluarga assegaff, Begitupun di cikoang, banyak yg mengaku aidid disana sangat kuat menjaga nasabnya tapi tertolak. Keluarga Cikoang ini menisbahkan bahwa mereka keturunan dari Jalaluddin Al Aidid bin Muhammad Al Aidid bin Abubakar Al Aidid, dan mengatakan bahwa Jalaluddin ini keturunan Ke 28 dari Rasulullah. Sementara di masa itu belum ada keluarga Aidid yang masuk di Nusantara. Sementara sebagai pembanding Al Imam Abdullah bin Alwi Shohibur Ratib AlHaddad itu adalah Generasi Ke 31. Sejarah dan Nasab kita tak pernah mencatat tentang adanya individu bernama Jalaluddin, juga tak pernah keluarga Aidid menggunakan nama itu dari dulu hingga sekarang.
Begitupun yang terjadi di Malaysia, di makam-makam mereka hanya tertulis sayyid fulan dan sayyid fulana tanpa menyantumkan gelar marga dibelakang namanya, ada juga satu kampung yg menisbahkan pada marga jamalullail selama beratus2 tahun lamanya hingga sekarang, setelah ditelusuri ternyata nasabnya tertolak. mereka disana sudah ada sejak 700 tahun yg lalu sedangkan marga jamalullil masuk baru 300 tahun, gimana bisa mereka berani menisbahkan jamalullail yg baru masuk 300 tahun yg lalu.
Dengan ilmu nasab ini, kita sangat mudah melihat mana yg asli dan palsu, tidak sekedar melihat penampilan fisiknya, bukan karena kayanya, bukan karena keilmuannya,atau bukan karena ketenaran. Tapi ilmu nasab ini bisa diterima dari sisi ilmu pengetahuan dan ilmiah, sehingga bisa diterangkan dan bisa diterima oleh kemampuan akal kita. Berhubung ini perkara nasab suci dan darah keturunan Rasulullah, sehingga ini menjadi perkara yang penting dan berat tanggung jawabnya, sehingga jangan berani mengatakan sayyid atau bukan kalau bukan ahlinya, dan yg memperkeruh suasananya adalah orang2 yg tidak berkompeten berbicara nasab, sehingga yang muncul bukan lagi "ilmu" tapi emosional. Persoalan diterima atau tidak, terpulang pada yg bersangkutan untuk masing2 mempertanggung jawabkan.
Bagaimana nasib nasab yang kacau balau seperti sekarang, apalagi jika dibiarkan terus , bagaimana 20 atau 30 tahun kedepan,karena ini demi kepentingan kita semua.
"Pengen nasab rapi, tapi tidak kepengen kaderisasi pemuda alawiyyin ke depan, agar setiap generasi akan terus ada ahli nasab di setiap qabilahnya. Salah satu faktor penyebab terjadi tercerai berainya alawiyyin karena nasab yg kacau balau ini."
Oleh karena itulah pentingnya menyemarakkan kegiatan seminar-seminar nasab di daerahnya masing-masing sebagai bekal menjaga nasab, minimal menjaga nasab keluarga kita.
Belajar nasab tidak boleh separuh2 tapi memerlukan totalitas, kebodohan dan kejahilan kita, meski kita tidak belajar dgn totalitas, kita tetap harus berkolaborasi atau bersama untuk menyemarakkan seminar2 nasab di daerahnya masing2 sehingga terbentuk tanggung jawab antar qabilah2 dalam menjaga/memprotect nasab dan silsilah keluarganya masing-masing. Yang beginilah yang mesti dikembangkan dalam kalangan alawiyyin, bukan dengan melepas diri dari tanggung jawab. Dan juga manfaat seminar nasab untuk kalangan pemuda alawiyyin sangat kuat dan mempererat silaturrahim dan biasanya tidak memiliki kepentingan apa2 kecuali hanya sekedar menjaga nasabnya masing-masing Kita hanya mengharapkan kepedulian terhadap nasab, Sebagaimana yang dilakukan oleh Majelis Nasab Khalaqah Taklimul Ansab Li Sayyid Ali bin Jakfar pimpinan Sayyid Syafiq bin Idrus Khaniman di kediaman syeh alidien assegaff jakarta, dua kali seminggu, malam kamis dan malam jumat, telah berjalan selama 4 tahun. Yang berada di sekitar jakarta, silahkan berkunjung jika ingin mengkaji dan belajar nasab disana.
Demikianlah, semoga tulisan ini bermanfaat bagi ana dan kalangan alawiyyin pada umumnya, kemudian Penulis tutup dengan SMS yang ana terima dari seseorang pemerhati nasab yang bersumber dari Rabitha Alawiyyah :
"Himbauan kepada seluruh alawiyyin untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga dan memelihara silsilah nasab dan melakukan koordinasi serta konfirmasi mengenai keabsahan silsilah nasab dari orang yang belum jelas atau yang mengaku alawiyyin ke maktab daimi Rabitha Alawiyyah.
Sehubungan dengan adanya pemalsuan nasab dari orang yang mengaku keturunan Rasulullah saw, dihimbau kepada orang tua untuk melakukan pemeriksaan silsilah nasab calon yg akan meminang putri-putrinya agar tidak cepat percaya kepada yang mengaku sayyid dan tidak dapat membuktikan keabsahan nasabnya. Untuk info yang lebih lengkap, dapat menghubungi
Maktab Daimi Rabitha Alawiyyah, dengan alamat : J L. T.B. Simatupang No. 7A atau Telp : 021 78843371."
Wassalam
Assalamualaikum wr.wb.
ReplyDeletejalaluddin bin muhammad bin abubakar shohib qoidun itu dalam lauha nasab tua yg disimpan keluarga cikoang sebagai keturunan ke 29, apabila ada yg tdk seperti itu brarti tdk akurat., selain mengatasi tantangan dari pihak yg ingin mnghancurkan kafaah syarifah dikeluarga aidid, kini aidid cikoang juga harus mengatasi pandangan yg mengatakan aidid cikoang tertolak.
apabila sebagai pembanding, jalaluddin lbh cocok dibandingkan dgn tahun keberadaan habib umar bin abdurrahman al attas, dalam riwayatnya beliau habib umar al-attas hidup sezaman dgn kakek jalaluddin yaitu abubakar shohib qoidun bafagih yg adalah keturunan ke 27, dlm catatan silsilah tua syd. jalaluddin.
Apabila membahas mngenai nasab aidid cikoang maka kita akan bertanya, siapakah bafagih pertama yg hijrah ke nusantara?
aidid cikoang yg menisbahkan pada fam aidid bukanlah dari jalur sayyid ali aidid bin muhammad tapi dari jalur abdullah bafagih bin muhammad
apabila nama jalaluddin disebut tdk pernah digunakan oleh baalwy, maka itu wajar saja, krn beliau terlahir di aceh dizaman kesultanan mahkota alam. sehingga nama beliau terpengaruh oleh budaya tempatan beliau dilahirkan. jalal (menegakkan) din (agama).
dalam hal ini keluarga aidid bafagih dlm proses utk pendataan nasab, mohon tdk menimbulkan perdebatan dahulu.
wassalam.
Hehe bapaknya sayyid jalaludin bukan sayyid muhammad bin Abubakar dan sayyid jalaluddin al-aidid itu bukan nama lengkapnya
DeleteYang jelas Sayyid Jalaluddin adalah keponakan dari Sayyid Muhammad bin Abubakar, sebaiknya tanya langsung di lembaga adat ittihad Shahibul Aidid. Daaan nama beliau selengkapnya bukan sayyid jalaluddin tapi sayyid ..... gelarnya Jalaluddin.
DeleteJangan ambil informasi dari orang-perorangan.
Terlalu bertele tele, klo trtolak RA ngga usah ngotot
ReplyDelete