//

Menghormati Lembaga Nasab, bukan dari Pandangan Sendiri

Menghormati Lembaga Nasab, bukan dari Pandangan Sendiri


Semakin banyaknya org bingung akan nama2 marga dzurriah dr jalur sy hasan dan husein ra yg jumlahnya banyak bertebaran di dunia saat ini, yg mungkin kita sendiri belum yakin akan keabsahan nasabnya dan silsilahnya...begitupun ttg penyebarannya, yang berbeda disetiap negara, dan jalur2 nasab baru atau pecahan-pecahan dari jalur pokoknya, sebagaimana kita ketahui "marga Al hafidz" adalah pecahan/anak  terakhir dari pokok "keturunan dari marga "Bin Syech Abubakar (BSA)" yg dinisbahkan pada Syech Abubakar bin Salim ra, Shahibul Inat. Dan tdk menutup kemungkinan akan terus bermunculan "jalur-jalur nasab baru" dan penyebarannya, sehingga sangat sulit bagi orang awam untuk mendeteksinya, sebagaimana para ahli nasab mengatakan :


"Ilmu Nasab, ilmu yang tidak semua orang bisa memahaminya, bahkan beberapa ulama ahli nasab, menyarankan agar jika ingin bicara nasab jangan di forum terbuka atau didepan masyarakat umum, Sebab, Ilmu nasab adalah ilmu yang sulit dicerna, jangankan orang awam, para akademisipun  akan sulit menghadapi."

Dengan perkembangan sejarah penyebaran Nasab dan Silsilah Keturunan Suci Rasulullah SAW, ternyata tidak luput dari fitnah-fitnah yang sengaja atau tidak, dihembuskan oleh oknum-oknum yang memiliki rasa iri dan dengki terhadap keutamaan dan kemuliaan yang diberikan oleh Allah dan Rasulnya yg nasabnya dijaga hingga akhir zaman. Keberadaan mereka sudah ada sejak Nabi masih hidup, yang diabadikan dalam "Surat Al Kautsar" tentang tuduhan yang menganggap "keturunan Nabi telah putus" padahal merekalah yg terputus.Golongan ini biasa disebut "Nawashib" (kaum pembenci Nabi dan keluarganya) yang ternyata keberadaannya masih ada hingga sekarang yg berusaha "menutup-nutupi kemuliaan keturunan nabi" dan menganggap itu hanya sebuah "Kesombongan Nasab" dengan dalil2 umum tanpa mau melihat konteks hadist2 yang lain yg terkait. Sungguh hina dan sia-sia perbuatan mereka, karena kemuliaan telah ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya. Belum lagi akan fitnah-fitnah yg ditimbulkan karena didorong oleh "kepentingan" dan maksud-maksud tertentu. 


Tidak heranlah, banyak bertebaran "marga-marga" yang mirip dengan "marga dzurriah", banyaknya bermunculan "Habib Aspal" atau "Habib Abu-Abu", yang nasab dan silsilahnya masih diragukan dan hanya berpatokan pada "Sejarah Datuknya", apalagi jika tidak diketahui jelas susunan silsilahnya yg shohih dari jalur ayah bukan dari jalur ibu...yang menganggap jalur ibu adalah jalur nasab, itu adalah pandangan yg bathil. Begitupun mengenai pandangan tentang "Ilmu Kasyaf" tidak bisa diterima dalam ilmu nasab. Meskipun ada bukti otentik sejarah yg lengkap, itu belum cukup kecuali jika sudah di "Iktiraf" oleh lembaga nasab yang diakui (ada juga lembaga nasab yg tidak diakui) sebagai "prosedur wajib" untuk mendapatkan keabsahan nasab dari lembaga nasab sebagai penjaga nasab.

Begitupun "kasus maraknya pernikahan yang tidak sekufu" seperti pernikahan yg dilakukan oleh Seorang yang bukan sayyid (ahwal) dan syarifah. Cinta seorang lelaki "Akhwal" (lelaki yang tidak bersambung nasab kepada Rasulullah SAW) terhadap keturunan Ahlul Bait Nabi SAW., mestinya bukan ditunjukkan dengan cara menikahi wanita Ahlul Bait tersebut, apalagi dengan alasan bahwa ia mencintai dan sengaja memilih menikahi mereka karena menjalani perintah Rasulullah SAW seperti sabda Beliau :
"Hendaklah menikahi wanita yang baik nasabnya "atau "Dinikahi wanita karena nasabnya…." Dan lain-lainnya.
Sungguh! bukan begini sebenarnya cara menampakkan cinta dan ta'at kepada baginda Rasulullah SAW dan Ahlul-Baitnya, sungguh ! sekali lagi bukan. karena selain ini membuat "sedih" datuknya (Sy Fatimah) dan juga memutuskan nasab suci yg mesti dijaga sehingga menodai "Kemurnian Nasab dan Silsilah Keturunan Nabi". Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani, Al-Hakim dan Rafi’i :

“… maka mereka itu keturunannku diciptakan (oleh Allah) dari darah dagingku dan dikaruniai pengertian serta pengetahuanku. Celakalah (neraka wail) bagi orang dari ummatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubunganku dari mereka. Kepada mereka itu Allah tidak akan menurunkan syafa’atku .


Ilmu nasab sarat dengan kriteria yang tidak semua orang bisa memahaminya akan tetapi secara ilmiah sebenarnya ilmu ini dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu nasab itu identik dengan logika sejarah, identik dengan sistematika pencatatan, identik dengan sistem dokumentasi, identik dengan adat-istiadat dan lain-lain. Oleh karena itu belajar ilmu nasab itu tidak boleh sembarangan, karena urusan nasab bukanlah hanya mengurusi garis keturunan saja, karena kelak nantinya urusan nasab akan berkaitan pula dengan hukum-hukum syara. bukan tidak mungkin hal-hal yang yang bersifat syara bisa dia langgar karena ketidaktahuan dirinya akan nasab, padahal nasab sangat jelas berkaitan dengan hukum-hukum syara

Sering kita dengar ulama ahli nasab yang sangat faham tentang ilmu ini menjadi sasaran pelecehan bagi mereka yang tidak faham tentang ilmu nasab, baik melalui situs maupun dalam kehidupan langsung. Dari sebagian yang telah dikupas diatas, inilah yang melatar belakangi pendirian Maktab Daimi yang menjadi lembaga otonom Lembaga Nasab Rabithah Alawiyyah yang menangani urusan nasab dan sensus Alawiyyin Nusantara. Sebagai lembaga audit nasab yang menentukan kemurnian nasab seorang Alawiy (dzurriah) di Nusantara, Maktab Daimi merujuk kepada buku induk yang muktamad seperti Syamsu Dzahirah dan Syajaratun Nasab Li Sayyid Ali bin Ja'far Asseggaf yang ditulis oleh para Annasabah yang melakukan sensus Alawiyyin Nusantara. 

Untuk menjalankan tujuannya tersebut, Rabithah Alawiyyah membuka cabang perwakilan di daerah-daerah yang dipandang perlu,guna melakukan penelitian,pencatatan untuk mengumpulkan data silsilah nasab secara jelas dan nyata dalam rangka "menfilter atau menyaring" dari marga-marga dzurriah untuk diktiraf dan diterbitkan "kitab nasab"nya. Sebagaimana yang telah disebutkan, banyaknya penodaan dan pemalsuan nasab yang terjadi, baik terhadap marga dzuriah dengan banyaknya didapati marga/fam habaib yang ternyata setelah ditelusuri "telah terputus nasabnya", alhamid palsu, assegaff palsu, aidid palsu, alhabsyi palsu, alqadry palsu dll, dan marga-marga yang mirip seperti Alhamid dan bin hamid, alqadry dan alqadiri dll. Untuk itulah lembaga ini dituntut agar lebih jeli dalam menganalisa nasab sehingga kemurnian nasab tetap terjaga dan dijadikan patokan dalam mengabsahkan sebuah nasab.

Untuk pihak-pihak yang merasa belum pernah diiktiraf oleh lembaga nasab, agar segera mengurusi dan melengkapi data-data yg diperlukan agar dapat segera diterbitkan "kitab nasabnya" oleh lembaga nasab yg diakui sebagai alat penyaring "habib asli dan habib yang masih abu-abu". Nasab Rasulullah bukan lah untuk dipermainkan. Betapa banyak orang yang merasa dari keturunan nabi dengan menyandang gelar sayyid, habib, syarif, syed dll dengan embel-embel fam/marga dibelakangnya tapi tidak ada upaya untuk segera mengklarifikasinya pada lembaga nasab, apa mereka takut atau hanya sekedar "ngaku-ngaku", atau mau sekedar ingin dibanggakan orang (nasab bukan untuk dibangga2kan),atau ingin melecehkan para syarifah, wallahu alam. 

Buat para orang tua dari kalangan dzurriah dan para syarifah agar tidak mudah mempercayai nasab seseorang, meskipun dia mengaku dari keturunan nabi sebelum diktiraf oleh lembaga nasab. Betapa banyak para syarifah diperdayai dan ditipu, setelah menikah baru ketahuan kepalsuannya. Dan inilah trik atau cara-cara (Modus) dari oknum yang tercela agar ingin diakui menjadi keturunan nabi. Apalah susahnya mencari tahu kebenaran nasab di lembaga Nasab, apalagi dizaman yg serba modern dan serba mudah dan cepat.

Semoga Maktab Daimi dapat kembali berjaya seperti masa-masa keemasannya dahulu sehingga menjadi satu-satunya lembaga yang dapat dijadikan barometer keshahihan nasab seorang Alawiy. Amin

2013@AbdkadirAlhamid

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menghormati Lembaga Nasab, bukan dari Pandangan Sendiri"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip