//

ISLAM TIDAK AJARKAN KEBENCIAN KEPADA LAIN MAZHAB DAN AGAMA !

ISLAM TIDAK AJARKAN  KEBENCIAN KEPADA LAIN MAZHAB DAN AGAMA !

Tulisan Baru Syekh Hasan bin Farhan Al Maliky (terjemahan)
.


(Syaikh Hasan bin Farhan  Al Maliky adalah ulama moderat Arab Saudi. Beliau seorang Ahli hadis, hukum Islam dan peneliti sejarah, serta seorang  peduli HAM, beliau anti sektarian, ekstrimisme dan kekerasan, lebih-lebih atas nama agama, Anda bisa berinteraksi dengan beliau lewat halaman facebook dan Twitter-nya. juga bisa mendowload buku-bukunya lewat situs resminya http://almaliky.org/index.php atau mendengar ceramah-ceramahnya lewat halaman youtube-nya)


Tema perbedaan mazhab dan tema “Sakit Kebencian” adalah dua tema yang berbeda dari beberapa sisi.

Sebagai seorang Muslim, Anda tentu berbeda dengan seorang Yahudi dan Kristen, tetapi perbedaan itu tidak mengharuskan Anda membenci mereka kecuali dengan dua syarat sebagaimana disebutkan Al Quran :
Memerangi demi agama.
Mengusir dari kampung halaman.

Anda tidak boleh membenci saudaramu sesama manusia kecuali dengan dua syarat atau salah satu dari keduanya :
Ia memerangimu dan bertindak jahat karena agamamu.
Ia mengusir kamu dari kampung halamanmu.

" Surah Al Mumtahanah mulai awal hingga akhir menjelaskan masalah ini yang oleh Kaum Ghulat (Ekstrimis Salafy) dibelokkan di sepanjang sejarah. Mereka menjadikan bagian dari inti agama kebencianmu kepada siapapun yang berbeda denganmu.. "
Merekalah yang mengada-ada akidah ini. Karena itu mereka memaksa hatimu membenci semua orang yang berbeda denganmu dalam agama atau mazhab atau bahkan berbeda denganmu dalam pendapat… Ini adalah kesalahan fatal yang akan menyeret kepadamu dosa demi dosa sementara kamu tidak mengetahuinya. Maka dari itu waspadalah! 


Virus kebencian yang oleh kaum Ekstrimis Salafy dinisbatkan kepada agama dan Syari’at Allah… Sebenarnya mereka adalah korban Setan (Sesungguhnya setan ingin menebar permusuhan dan kebencian di antara kalian). Di sini harus dibedakan antara membenci orang yang bertindak kejahatan, si zalim, si mutakabbir (angkuh dan sombong), pembunuh dll, dengan membenci pemilik pendapat atau mazhab atau agama dan kepuasan pandangan pribadi…

Yang pertama kita harus berlepas diri dari mereka, dan tidak demikian dengan yang kedua.
Berlepas diri dan anti pati terhadap orang yang berbuat kejahatan itupun harus terlebih dahulu diketahui dengan jelas dan pasti bahwa ia berbuat kejahatan terhadap jiwa atau harta atau kehormatan… Dan Kamu tidak boleh menggolongkan semua orang yang berbeda (pandangan, mazhab atau agama) denganmu bahwa ia adalah pelaku kajahatan.

 Saya akhiri dengan kalimat: Bahwa jiwa itu tertarik untuk mencintai orang yang berbuat baik kepadanya… Ini adalah fitrah… Fitrah dari Allah… Dan Islam adalah agama Fitrah… Maka janganlah kamu membeni seseorang karena agamanya atau mazhabnya!  Ini nasihatku untukmu.

Tafsir Al-Mumtahanah 8-9

Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

Artinya: Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Perintah untuk memerangi kaum kafir (non muslim) yang diuraikan oleh ayat-ayat yang lalu boleh jadi menimbulkan kesan bahwa semua non muslmi harus dimusuhi. Untuk menampik kesan keliru ini ayat-ayat di atas menggariskan prinsip dasar hubungan interaksi antara kaum muslimin dan non muslim. 
Karena apabila kita tidak mengkaji ayat ini secara benar dikhawatirkan akan terjadi salah penafsifran yang kemudian menimbulkan perpecahan terhadap sesama.
Ayat di atas  secara tegas menyebutkan nama Allah  Yang Maha Kuasa dengan menyatakan: Allah yang memerintahkan kamu bersikap tegas  terhadap orang kafir-walaupun kekuarga kamu tidak melarang kamu  menjalin hubungan dan berbuat baik terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama tidak pula memerangi kamu  karena agama tidak pula mengusir kamu dari negri kamu. Kalau demikian, jika dalam interaksi social mereka berada  dipihak yang benar,  sedang salah seorang  dari kamu berada di pihak yang salah, maka kamu harus membela dan memenangkan mereka.
Sayyid Quthub berkomentar ketika menafsirkan ayat diatas bahwa islam adalah agama yang damai, serta akidah cinta. Ia suatu system yang bertujuan menangi seluruh alam dengan naungannya yang berupa kedamaian. Tidak ada yang meghalangi arah tersebut kecuali tindakan agresi musuh-musuh-Nya dan musuh-musuh penganut agama ini.  Adapu jika mereka itu bersikap damai, maka islam sama sekali tidak berminat untuk melakukan permusuhan dan tidak juga berusaha melakukannya. Walaupun dalam keadaan bermusuhan, islam tetap memelihara dalam jiwa factor-faktor keharmonisan hubungan yakni kejujuran tingkah laku perlakuan yang adil menanti datangnya waktu dimana lawan-lawannya dapat menerima kebajikan yang ditawarkannya sehingga mereka bergabung dibawah panji-panjinya. Islam sama sekali tidak berputus asa mananti hari dimana hati manusia akan menjadi jernih dan mengarah kea rah yang lurus itu.

Dalam Hadist :

Imam Ahmad meriwayatkan dari Asma’ binti Abi Bakar ra, ia bercerita: Ibuku pernah datang kepadaku sedang ia dalam keadaan musyrik pada waktu kaum Quraisy melakukan perdamaian [Hudaibiyyah]. Lalu kukatakan: “Ya Rasulallah, sesungguhnya ibuku datang kepadaku dan berharap [dia dapat bertemu denganku], apakah aku boleh menyambung hubungan dengannya?” Beliau menjawab: “Ya, sambunglah hubungan dengan ibumu.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Imam Ahmad juga meriwayatkan, ‘Arim memberitahu kami, ‘Abdullah bin al-Mubarak memberitahu kami, Mush’ab bin Tsabit memberitahu kami, ‘Amir bin ‘Abdullah bin az-Zubair memberitahu kami, dari ayahnya, ia bercerita: Qutailah pernah datang menemui putrinya –Asma’ binti Abu Bakar dengan membawa daging dhabb [biawak] dan minyak samin sebagai hadiah, sedang dia seorang wanita musyrik. Maka Asma’ pun menolak pemberiannya dan memasukkan ibunya ke rumahnya. Kemudian ‘Aisyah bertanya kepada Nabi saw. Lalu Allah menurunkan ayat: laa yanHaakumullaaHu ‘anil ladziina lam yuqaatiluukum fiddiini wa lam yukhrijuukum min diyaarikum (“Allah tidak melarangmu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak [pula] mengusirmu dari negerimu.”) kemudian beliau menyuruh Asma’ menerima pemberian ibunya itu dan mempersilakannya masuk [ke dalam rumah].”

Demikian hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim.



abdkadiralhamid@2014 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ISLAM TIDAK AJARKAN KEBENCIAN KEPADA LAIN MAZHAB DAN AGAMA !"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip