//

MENCINTAI KELUARGA ROSUL


                            

null
انما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت ويطهركم تطهيرا
Sesungguhnya Allah swt hendak membersihkan kotoran atas kamu hai ahlu bait, dan mensucikannya sesuci-sucinya
(Al-Ahzab ayat 33)


Wahai ahlu bait Rasulullah saw, mencintai kamu adalah suatu kewajiban yang Allah swt turunkan dalam alquran.
(Imam Syafii ra)


Sesungguhnya Allah swt telah menciptakan Muhammad saw dan keturunannya dari tanah arsy.
(Imam Ja’far al-Shaddiq)


Tuhan belum pernah menciptakan apapun yang lebih dicintai-Nya selain Muhammad dan keluarganya.
(Al-Hallaj)


Aku yakin bahwa cinta dan patuh kepada ahlu bait itu wajib. Sekalipun musuh berusaha menjauhkanku, usaha mereka itu justru menyebabkan aku dekat.
(Ibnu al-Araby)
null

 

Di antara bukti keimanan seseorang muslim adalah mencintai ahlul bait Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena mencintai ahlul bait merupakan pilar kesempurnaan iman seorang muslim. Pernyataan cinta kepada ahlul bait Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sekarang tidak hanya datang dari kalangan ahlus Sunnah semata, akan tetapi juga didengungkan oleh beberapa kelompok Ahlul bid’ah  dan yang sealiran dengan mereka, mereka lakukan hal itu dalam rangka mengelabui dan menipu umat Islam sehingga mereka bingung dan tidak mengenal kebejatan dan kebencian mereka terhadap Ahlul bait, 

Anjuran seperti ini sangat mulia dan patut mendapat respons dari seluruh kalangan kaum muslimin di mana saja dan apapun golongannya. Bukankah di dalam tahiyat kita selalu mendoakan rahmat dan berkat untuk keluarga Nabi saw “Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad” (Ya Allah curahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad saw dan keluarga Nabi Muhammad saw), dan “Wabarik ‘alaa Muhamad wa ‘alaa aali Muhammad” (Ya Allah, berkatalah Nabi Muhammad saw dan keluarga Nabi Muhammad saw).

Juga dalam Al-Qur’an, Allah berfirman : “Katakanlah (hai Muhammad) : aku tidak meminta kepada kamu suatu upah atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekerabatan (Asy-Syura, 42:23). Maksudnya (menurut sebagian ahli tafsir) Nabi saw hanya meminta mencintai dan berbuat baik kepada kerabatnya. Dalam ayat yang lain disebutkan tentang keutamaan dan kemuliaan ahlulbait sesuai Firman Allah : Sesungguhnya Allah menghendaki untuk menghilangkan kotoran dari kamu wahai ahlulbait dan membersihkan kamu dengan sebersih-bersihnya (Al-Ahzab, 33).

Dalam perjalanan Nabi saw dari haji wada’ di Arafah (Mekah) menuju Madinah, Nabi saw singgah di suatu tempat yang bernama Ghadir Khum dan berkhutbah mengingatkan para sahabat RA agar berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan menjaga serta menunaikan hak-hak ahlulbait dengan sebaik-baiknya.

Berkata Zaid bin Arqam RA: Nabi saw pada suatu hari berdiri berkhutbah di hadapan kami di suatu tempat air (ghadir) yang disebut Khum, antara Mekah dan Madinah. Beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya, menasehati dan memperingatkan lalu bersabda: “Amma ba’du, ketahuilah wahai manusia sesungguhnya aku ini hanya manusia biasa, dimana utusan Tuhanku (malaikat) sudah hampir datang kepadaku, lalu aku memenuhi (panggilan Tuhanku). Maka saya meninggalkan kepada kamu tsaqalain (dua pusaka, dua yang berbobot); yang pertama kitab Allah di dalamnya ada petunjuk dan cahaya, maka ambillah kitab ini dan berpegang teguhlah dengannya. Lalu beliau mendorong kepada Kitab Allah dan menggembirakan dengannya. Kemudian beliau bersabda “dan ahlulbaitku, aku ingatkan kamu akan Allah terhadap ahlulbaitku, aku ingatkan kamu akan Allah terhadap ahlulbaitku, aku ingatkan kamu akan Allah terhadap ahlulbaitku” (Shahih Muslim).

Para ulama menambahkan akan kekhususan dan keutamaan para ahlulbait dan kerabat Nabi saw antara lain: Pertama, tidak dihalalkan memakan zakat karena zakat itu kotoran harta (HR. Muslim). Kedua, mereka turut mendapat bagian dari harta rampasan perang (Al-Anfal, 8;4) dan dari harta fai’ (rampasan dari musuh yang didapat tanpa perang) (Al-Hasyr, 59;7). Ketiga, mereka mempunyai nasab (garis keturunan yang utama). Sabda Nabi saw: Sesungguhnya Allah memiliki Kinanah dari anak Nabi Ismail as, dan memiliki Quraisy dari Kinanah, lalu memilih Bani Hasyim dari Quraisy, serta memilihku dari Bani Hasyim (HR. Muslim).

Berdasarkan keterangan di atas maka kaum muslimin sejak awal Islam, yaitu para sahabat, para tabi’in dan tabiat-tabi’in sampai sekarang ini masih menghormati dan mencintai para keturunan ahlulbait dan kerabat Rasul saw. Dalam masyarakat Bugis dan sekitarnya keturunan ahlulbait Rasul saw itu dipanggil “Puang Sayye” untuk laki-laki, dan “Puang Syarifah” untuk perempuan.

Siapakah Ahlul Bait Nabi saw? Menurut bahasa ahlulbait artinya penghuni rumah, tapi kadang-kadang ahlulbait itu diberi makna khusus, yaitu istri, seperti dalam Al-Qur’an, kata : Saara bin ahlihi, artinya ia (Nabi Musa) berjalan bersama ahlinya (istrinya) (Al-Qashash, 28;29). Dalam hadits Nabi saw bersabda: Khairukum khairukum liahlihi wa ana khairun li ahliy artinya :orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang paling baik kepada ahli (istri)nya dan akulah orang yang paling baik kepada ahli (istri)ku. (HR. Tirmidzi). Dalam ayat lain : Rahmatullahi ‘alaikum wabarakatuhu ‘alaikum ahlil bait, artinya Rahmat Allah dan berkatnya atas kamu ahlulbait (Hud, 11;73). Yang dimaksud ahlulbait di sini ialah istri Nabi Ibrahim as.

Dalam pengertian agama Islam maka istilah ahlulbait mencakup beberapa makna. Pertama, para istri dan keturunan Nabi saw karena merekalah yang menjadi penghuni rumah Nabi saw, alasannya: a) Dalam Surah AL-Ahzab, 33;33 yang mengandung lafadz, ahlulbait, diawali dengan beberapa perintah kepada istri-istri Nabi saw, sehingga secara otomatis merekalah yang paling berhak disebut ahlulbait. Bahkan mulai ayat 28-34, berkaitan dengan petunjuk Allah kepada istri Nabi saw. b) Dalam tasyahhud kita membaca : Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali (keluarga) Muhammad, dalam hadits yang lain, Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa azwajihi wa dzurriyatihi (Ya Allah, rahmatilah Nabi Muhammad dan para istrinya dan keturunannya). Berarti istri dan keturunannya adalah keluarganya.

Kedua, Sayyidina Ali ra, Fatimah ra, Hasan ra dan Husain ra dan keturunannya. Berdasarkan hadits: Nabi saw keluar pada suatu pagi dengan memakai kain selimut wol dari bulu hitam lalu datanglah Hasan ra, maka Nabi saw memasukkannya, lalu datang Husain ra maka ia memasukkannya. Kemudian datang Fatimah ra maka ia pun memasukkannya, sehingga datanglah Ali ra, maka ia memasukkannya bersama-sama (ke dalam selimut itu) kemudian Nabi saw membaca Surah Al-Ahzab, 33;33.

Ketiga, termasuk ahlulbait (keluarga) Nabi saw ialah Bani (keturunan) Hasyim dan Bani (keturunan) Muththalib yang masuk islam. Hasyim adalah ayah Abd. Muththalib kakek Nabi saw, sedang Muththalib saudara Hasyim. Merekalah yang disebut dalam Al-Qur’an Surah Al-Anfal, 8;4) dan Surah Al-Hasyr, 59;7 sebagai dzilqurba (kerabat) Nabi saw yang berhak mendapat bagian harta rampasan perang (ghanimah) dan harga rampasan tanpa perang (fa’i). Ada sahabat ra bertanya kepada Nabi saw, kenapa Bani Muththalib diberikan bagian harta rampasan bersama Bani Hasyim, padahal ada juga saudara Hasyim yang lain seperti Abdusy-Syamsi Naufal yang juga mempunyai keturunan, kenapa tidak diberi bagian? Nabi saw menjawab : sesungguhnya Bani Muththalib dan Bani Hasyim itu satu. Mereka tidak berpisah di zaman jahiliyah dan di zaman Islam (HR. Bukhari).

Dengan menggabungkan keterangan di atas, maka kata ahlulbait Nabi saw, maka kata ahlulbait Nabi saw maksudnya ialah para istrinya, Bani Muththalib dan Bani (keturunan) Hasyim di mana Ali ra, Fatimah ra, Hasan ra dan Husein ra dan keturunan mereka semuanya termasuk di dalamnya. Membatasi pengertian ahlulbait Nabi saw hanya kepada Ali ra, Fatimah ra, Hasan ra, dan Husein ra serta keturunan Husein ra yang sembilan dalilnya lemah atau salah memahami dalil yang shahih.

Semoga keterangan ini bermanfaat untuk mengenal siapa sebenarnya ahlulbait Nabi saw yang perlu kita muliakan dan kita cintai berdasarkan dalil yang shahih. Juga semoga menjadi renungan dan bandingan bagi orang-orang yang membatasi pengertian ahlulbait Nabi saw kepada orang yang tertentu saja, Aamiin....

MENCINTAI KELUARGA ROSUL


Ya Rasul "Berat nian umat Menerima Ahlul Baitmu". Tuhanku... gemintang langit-Mu telah tenggelam. Semua mata makhluk-Mu telah tertidur tapi pintu-MU terbuka lebar buat pemohon kasih-Mu. Aku datang menghadap-Mu mengadukan kepedihan hatiku. Illahi Semua mata telah tertidur. Engkau Maha Raja Yang Hidup dan Jaga Ya Rabbi para penguasa telah menutup pintu-pintunya dan punggawa telah siap menjaga. Tapi pintu-Mu selalu terbuka buat para peminta. Aku datang pada-Mu agar Engkau manatapku dengan belas kasih-Mu mendengar kesedihan batinku ... Kuadukan kemampatan hatiku pada-MU Illahi... Pada keengganan sebagiam umat yang mengaku pengikut Muhammad. Pada kegelisahan sebagian umat manakala mendengar ungkapan indah keluarga Nabi saww. Pada kerisihan sebagian umat pada nama-nama Ali bin Abi Thalib al awshiya as, Fatimah az zahra as, Hasan al Mujtaba as, Husain sayyid al syuhada as, Ali bin Husain Zaenal Abidin bin Husain as, Muhammad Baqir al Ulum Ja'far al Shadiq, Musa al Kadzim, 'Ali al Ridha Muhammad al Taqiy, Ali al Naqiy Al Hasan al 'Askary, Muhammad al mahdi. Padahal ENGKAU ILLAHI berfirman pada Rasul-MU "Katakanlah (wahai Muhammad) :"Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali KASIH SAYANG KEPADA AL QURBA (Ahlul Bayt) (QS 42:23). Apakah sebagian umat mengingkari Ibnu Faris yang menyebut AL Qurba sebagai Ahlul Bayt membelakangi al Zamakhsyary yang menjelaskan bahwa Al Qurba adalah masdar dari al Zulfa dan al Busyra yang berarti Keluarga Rasulullah. Menolak Muhibuddin al Thabary, Jalaludin Al Suyuthi, An Nasafy, Fakhr al razi, Ibnu Hajar al Haitami, Ibnu hajar al Asqalany, Kamaluddin Ibnu Talhah, al Hamwaini, Abu Hayyan, Ibnu katsir, dan puluhan ulama lain yang semua menunjukkan bahwa ayat tersebut merujuk pada Ahlul Bayt... Illahi Kudapati kecurigaan sebagian manusia yang mengaku umat Muhammad kala mereka berkata "mengapa hanya perkataan-perkataan mereka yang engkau sampaikan" bukankah ada ribuan sahabat, kemana mereka?" Illahi... mereka gelisah ketika perkataan Keluarga Nabi-Mu disebut namun tak menunjukan kegelisahan yang sama manakala tak satupun kata yang merujuk pada yang ENGKAU PERINTAHKAN UNTUK MENCINTAI SEBAGAI IMBALAN ATAS SERUAN NABI-MU. Mereka menyebut "kami mencintai keluarga Nabi" tapi ruang-ruang tarbiyah mereka nyaris sepi dari nasehat-nasehat keluarga Nabi-Mu. Illahi Engkau saksikan sepinya halakoh dari senandung sholawat atas Nabi-Mu dan Ahlul Bayt Rasul. Jika itu ada ia hanya sebatas formalisme yang diungkapkan Murabi dalam kata pembuka... Padahal Engkau Illahi berfirman "Salam sejahtera untuk keluarga Yasin" (QS37:130). Bukankah Ibnu Hajjar, Fakhrurazi, Abu Bakar bin Syihabuddin dan sederet ulama lainya menyebutkan bahwa Keluarga Yasin adalah sebutan-MU yang lain untuk keluarga Nabi-Mu Illahi...Robbi ENGKAU meneladankan Sholawat atas keluarga Nabi-MU... namun sebagian umatmu membuntungkan sholawat dengan tak menyertakan salam untuk keluarga Nabi-Mu Illahi ... Apakah karena keengganan mereka pada keluarga Nabi-Mu menyebabkan mereka tak sanggup menangkap I'jaz Al Qur'an, tak mampu mencerap Zubar dan Bayyinah pada deretan huruf Hijaiyah yang menyusun kata Yasin dalam firman-MU? Padahal Illahi mereka kukenali sebagai yang rajin mentilawahi firman-MU mentadaburi ayat-ayat-Mu. Illahi apakah ini pertanda dari perkataan Rasul-Mu, "Aku meninggalkan untuk kalian dua peninggalan yang sangat berharga (tsaqalain), yang pertama adalah kitab Allah Al Qur’an. Di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Laksanakanlah kitab Allah itu dan berpegang teguhlah kalian padanya". Kemudian Rasulullah saw melanjutkan, "dan berpeganglah pula pada Ahlul baitku...! Aku ingatkan kalian akan ahlul baitku! Aku ingatkan kalian akan ahlul baitku ! Aku ingatkan kalian akan ahlul ba’itku.” 
[1] ...dan sesungguhnya aku akan menanyakan pada kalian kelak tentang keduanya. Karenanya, janganlah kalian mendahului keduanya, nanti kalian akan celaka dan binasa, janganlah mengurangi hak-hak keduanya nanti kalian akan celaka dan binasa. Dan, jangan menggurui Ahlul Bait, karena sesungguhnya mereka lebih pandai daripada kalian. 
[2] Apakah karena mereka hanya mencukupkan diri pada perkataan kami mencintai keluarga Nabi tanpa sudi memasuki pintu-pintu ilmu keluarga Nabi menyebabkan mereka terjauhkan dari kota Ilmu Nabi Duhai Illahi? Ingin kuadukan beban hatiku pada bundaku Fatimah Az Zahra as. Ingin kutumpahkan air mataku pada beliau pada sikap mereka terhadap putra-putra beliau, pada ketaksanggupanku membagikan cinta Ahlul Bayt Nabi-Mu pada sahabat-sahabatku, pada ketaksanggupanku menyaksikan Kesedihan Rasul-Mu, pada keberatan umat menerima keluarga Nabi-Mu. 
Duhai Illahi Rabbi washi Rasul-Mu berkata "manusia memusuhi karena ketidak tahuannya". Barangkali keengganan mereka lantaran ketidak tahuannya, maka duhai Tuhanku gerakkan seluruh semesta untuk mencerahi mereka menyemai bunga-bunga cinta pada keluarga Nabi-Mu dengan segenap Cinta yang tak berhenti pada makna dan kata. Tumbuhkan tunas cinta dalam hati dan jiwa mereka pada keluarga Nabi-Mu pada muara cinta kepada Ahlul Bayt. Duhai para Imamku melalui tawasul atas kalian sampaikan permohonanku pada illahi Robbi. Salam sejahtera untuk Rasulullah dan Ahlul Bayt Allahumma sholi ala Muhammad wa ali muhammad... Elegi kesedihanku pada sikap saudara-saudaraku di Group Indonesia Masih Ada Harapan...

Oleh : Abdkadir Alhamid (Pemilik Blog)

0 Response to "MENCINTAI KELUARGA ROSUL"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip