Syekh Abu Bakar bin Salim Nama lengkap beliau adalah Syekh Abubakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman As-Seggaf. Nasabnya yang mulia, beliau bernama As-Sayyid As-Syarif As-Syekh Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Al-Imam Abdurrahman As-Segaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali Shohibud Darak bin Alawi Al-Ghuyur bin AlUstadz Al-A'dham Al-Fagih Mugaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khal Qasam bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Al-Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad AnNaqib bin Ali Al-Uraidhi bin Jakfar As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Sayyidina Ali bin Abi Thalb dan Ibunda Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam. Adapun Ibunda beliau bernama As-Sayyidah As-Syarifah Talhah. Nasab Syekh Abubakar bin Salim di dalam Silsilah Nabi Muhammad keturunan Al-Imam Husain, Gen 17.
Syekh Abubakar bin Salim dilahirkan di Kota Tarim, Hadramaut, Yaman. Kota kelahiran beliau adalah kota dimana orang-orang saleh yang terkenal, para aulia Allah, pernah dilahirkan dan tinggal disana. Pada masa kecilnya, Syekh Abubakar bin Salim dididik oleh para ulama terkemuka pada saat ini. Diantara gurunya adalah As-Syekh Al-Kabir Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Abubakar Basyaiban, Al-Imam Al-Wali Al-‘Arif billah Sayyidina Syihabuddin All-Akbar Ahmad bin Abdurrahman, As-Syekh Al-Qadhi As-Shalih Abdullah bin Muhammad bin Sahl Baqusyair, As-Syekh Al-Faqih As-Sufi Umar bin Abdullah Bamakramah.
Syekh Abubakar bin Salim meninggal pada tahun 992 H di Kota ‘Inat, Hadramaut. Beliau memiliki 4 orang puteri, yaitu: Fatimah, Aisyah, Alawiyah dan Thalhah. Dan 13 anak laki-laki yang masing-masing bernama Abdurrahman, Jakfar, Abdullah Al-Akbar, Salim, Al-Husin, Al-Hamid, Umar Al-Muhdhar, Hasan, Ahmad, Saleh, Ali, Syaikhan, dan Abdullah Al-Asghar. Keturunan Syekh Abubakar bin Salim diantaranya adalah Al-Hamid, Bin Jindan, Al-Muhdar, dan Al-Haddar Bin Jindan. Nasab mereka bersambung kepada Ali bin Muhammad bin Husein bin Syekh Abubakar bin Salim.
Kadang kala anak cucu Ali bin Muhammad disebut sebagai bin Jindan bin Syekh Abubakar bin Salim. Al-Hamid, mereka adalah keturunan dari Al-Hamid bin Syekh Abubakar bin Salim. Al-Muhdhar, mereka adalah keturunan Umar AlMuhdhar bin Syekh Abubakar bin Salim. Ayah beliau memberi nama Umar AlMuhdhar karena ingin bertabarruk dengan Umar Al-Muhdhar bin Abdurrahman As-Seggaf, juga dengan harapan agar anaknya dapat meneladani dan mewarisi ilmu yang dimiliki oleh Umar Al-Muhdhar, seorang arif yang amat ia kagumi.
Al Haddar, Mereka adalah keturunan Ahmad Al-Haddar bin Abdullah bin Ali bin Muhsin bin Husin bin Syekh Abubakar bin Salim. Haddar berarti orang yang bersuara keras. Julukan ini diberikan karena beliau mempunyai kebiasaan meninggikan suara dalam berdakwah di jalan Allah. Dan ada pula yang menyebutkan bahwa sejak dalam kandungan ibunya ia telah mengeluarkan suara yang keras. Kalimat ini juga digunakan untuk menggambarkan orang yang sejak masa kanak-kanaknya telah mencapai puncak ketinggian ilmu. Orang awam sering mengibaratkan seorang yang sejak kecil telah menunjukkan kecerdasan dengan kalimat ‘fulan seperti telur ayam yang berkokok’.
Dari kalam Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, sesungguhnya dalam kalam Habib Ali yang ditulis oleh Habib Umar bin Muhammad Mulakhela ini banyak sekali kisah yang berhubungan dengan Syekh Abubakar bin Salim, tetapi dalam kesempatan ini hanya dikutip 4 kisah saja. Dalam kalam Habib Ali juga disebutkan bahwa diantara murid-murid Syekh Abubakar bin Salim yang banyak itu terdapat 7 orang yang dipersiapkan dan dibina sendiri oleh Syekh Abubakar, dan dari 7 orang itu terdapat 3 habaib yang tidak asing lagi bagi kita, yaitu: Habib Yusuf bin 'Abid Al-Hasni Al-Maghribi, Habib Abdurrahman bin Muhammad AlJufri, dan Habib Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi.
Karomah Syekh Abubakar bin Salim
Kisah pertama, Syekh Abubakar bin Salim meninggal dalam pangkuan Yusuf bin 'Abid, salah seorang murid kesayangannya. Menjelang ajal gurunya, Yusuf bin 'Abid mengulang-ulang ayat: falammâ qodhô zaidun minhâ wathoron, dengan harapan bahwa gurunya akan menyambut ucapannya itu dengan ayat lanjutannya: zawwajnâkahâ, yang maksudnya, sang Syekh bersedia menurunkan seluruh ilmunya kepada Habib Yusuf bin Abid. Namun Syekh Abubakar berkata, "Wahai Yusuf, semua ilmu yang telah kuajarkan kepadamu penuh dengan keberkahan, adapun mengenai sirku, andaikata tak dapat kutemukan seseorang yang pantas untuk menerimanya dari kalangan anak cucuku, maka ilmu itu akan kutanam di padang pasir 'Inat."
Kisah kedua, beberapa orang yang saleh berpendapat bahwa setiap anak Syekh Abubakar bin Salim telah mencapai setengah dari kewalian berkat doa orang tuanya. Kewalian dapat dicapai dengan takholli (membersihkan diri dari segala dosa) dan tahalli (membekali diri dengan berbagai amal saleh). Anak-anak Syekh Abubakar bin Salim telah meraih takholli dan mereka tinggal melaksanakan tahalli. Karenanya, dengan tingkat tawajjuh yang paling rendah, mereka akan berhasil meraih cita-cita mereka.
Kisah ketiga, pada suatu saat Syekh Abubakar bin Salim berniat belajar kepada Syekh Ma'ruf yang tinggal di Syibam. Beliau terpaksa harus berhenti di pinggir Kota Syibam, karena Syekh Ma'ruf Ba Jammal belum berkenan menemuinya. Setiap kali dikatakan kepada Syekh Ma'ruf, "Anak Salim bin Abdullah meminta izin untuk menemuimu." Jawabnya selalu, "Katakan kepadanya bahwa aku belum berkenan menerimanya." Meskipun ayah beliau adalah seorang yang dihormati karena kesalehannya, Syekh Abubakar bin Salim tetap bersabar di bawah teriknya matahari dan dinginnya angin malam. Beliau menguatkan hati dan mengendalikan nafsunya demi memperoleh asrar. Baru setelah lewat 40 hari beliau menerima kabar bahwa Syekh Ma'ruf bersedia menemuinya. Syekh Ma'ruf hanya memerlukan beberapa saat saja untuk menurunkan ilmu kepada beliau. Sewaktu keluar dari kediaman Syekh Ma'ruf, beliau mendapati sekumpulan kaum wanita yang mengelu-elukan kedatangan beliau, "Selamat wahai Ibn Salim, selamat wahai Ibn Salim". Mereka berbuat demikian dengan harapan mendapatkan sesuatu dari beliau. Beliau pun segera menyadari hal ini dan kemudian mendoakan agar mereka mendapatkan suami yang setia. Menurut Habib Ali hingga saat ini kaum wanita Syibam memiliki suami yang setia. Ketika Habib Ali ditanya, "Apakah Syekh Ma'ruf juga termasuk salah satu dari guru-guru Syekh Abubakar bin Salim?”. 9 Beliau menjawab, "Ya, akan tetapi beliau kemudian mengungguli Syekhnya, dan kita ahlul bait, jika ber-tawajjuh untuk menuntut asrôr, akan berhasil dengan waktu lebih singkat. Yang menyebabkan kita tertinggal adalah karena kita menelantarkan diri kita, “Barang siapa menelantarkan dirinya, ia akan hilang tersesat”.
0 Response to "Karomah Syekh Abubakar bin Salim"
Posting Komentar
Silahkan komentar yg positip