Situasi perpolitikan sekarang ini hampir mirip di tahun 1971 yang telah
lalu, tapi tetap ada perbedaannya, tahun 1971 di gegerkan tentang masuknya Habib
Muhammad
bin Ali AlHabsyi ke dalam Golkar, hal itu di beritakan hampir
diseluruh media masa dalam dan luar kota, Bahkan Pengurus Golkar pada waktu itu
menyebarkan pamflet atas masuknya Habib Muhammad kedalam Golkar dengan Pesawat
Helikopter, atas hal itu jelas membuat geger Kaum Muslimin Jakarta dan
sekitarnya khususnya para Habaib dan Ulama pada waktu itu, terlebih lagi dari
NU yang itu waktu menjadi sebuah partai Politik
Atas masuknya Habib Muhammad ke Golkar beberapa tokoh NU mengambil sikap dan memerintahkan jamaahnya untuk tidak hadir di Majlis Kwitang, hal itu juga dilakukan oleh para Kiai dan Habaib pada waktu itu sebagaimana yang di beritakan oleh Majalah Tempo di rubrik Utama dengan judul " Nahdatul Golkar dari Kwitang s/d Jombang "
Maka bermunculanlah Majlis Majelis di hari minggu selain Majelis di Kwitang, dan tercatat pada waktu itu Majelis Kwitang sempat mengalami surut selama beberapa minggu, beberapa Ulama besar berusaha mendinginkan suasana diantaranya Al Ustadz AlHabib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf yang mendatangi para Ulama dan Habaib di Jakarta untuk tetap mendukung AlHabib Muhammad dalam meneruskan Da'wah Ayahnya di Majlis Kwitang,dan sebagian dikirimi surat olehnya, lalu AlHabib Saleh bin Muchsin AlHamid Tanggul sampai bermukim lama di Jakarta, banyak kaum muslimin yang ingin bertemu dengannya untuk meminta Doa darinya dan Habib Saleh bilang kalau Hari Minggu Ana ada di Kwitang di Majlisnya Habib Ali
Pada masa itu perbedaan tidak sampai menimbulkan perpecahan yang Fatal, karna sebelum ada perpecahan ada para Ulama dan Aulia yang turun untuk ikut menjaga jangan sampai ada perpecahan, dan itu terbukti dimana Habib Muhammad bin Ali AlHabsyi tetap menjalin silaturrahmi yang baik dengan para Habib dan Ulama di Jakarta dan sekitarnya, dan para Ulama dan Habaib Jakarta pada waktu itu tetap menghormati Habib Muhammad sebagai seorang Ulama dan Putra dari AlHabib Ali AlHabsyi seorang Ulama Besar yang Juga Guru Besar dari Para Ulama di Zamannya
Nah kalau sekarang itu yang ada Fitnahan dan cacian.
Atas masuknya Habib Muhammad ke Golkar beberapa tokoh NU mengambil sikap dan memerintahkan jamaahnya untuk tidak hadir di Majlis Kwitang, hal itu juga dilakukan oleh para Kiai dan Habaib pada waktu itu sebagaimana yang di beritakan oleh Majalah Tempo di rubrik Utama dengan judul " Nahdatul Golkar dari Kwitang s/d Jombang "
Maka bermunculanlah Majlis Majelis di hari minggu selain Majelis di Kwitang, dan tercatat pada waktu itu Majelis Kwitang sempat mengalami surut selama beberapa minggu, beberapa Ulama besar berusaha mendinginkan suasana diantaranya Al Ustadz AlHabib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf yang mendatangi para Ulama dan Habaib di Jakarta untuk tetap mendukung AlHabib Muhammad dalam meneruskan Da'wah Ayahnya di Majlis Kwitang,dan sebagian dikirimi surat olehnya, lalu AlHabib Saleh bin Muchsin AlHamid Tanggul sampai bermukim lama di Jakarta, banyak kaum muslimin yang ingin bertemu dengannya untuk meminta Doa darinya dan Habib Saleh bilang kalau Hari Minggu Ana ada di Kwitang di Majlisnya Habib Ali
Pada masa itu perbedaan tidak sampai menimbulkan perpecahan yang Fatal, karna sebelum ada perpecahan ada para Ulama dan Aulia yang turun untuk ikut menjaga jangan sampai ada perpecahan, dan itu terbukti dimana Habib Muhammad bin Ali AlHabsyi tetap menjalin silaturrahmi yang baik dengan para Habib dan Ulama di Jakarta dan sekitarnya, dan para Ulama dan Habaib Jakarta pada waktu itu tetap menghormati Habib Muhammad sebagai seorang Ulama dan Putra dari AlHabib Ali AlHabsyi seorang Ulama Besar yang Juga Guru Besar dari Para Ulama di Zamannya
Nah kalau sekarang itu yang ada Fitnahan dan cacian.
0 Response to "Peran Ulama Sebagai Perekat Umat"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip