By. Ustadz Rahman M.Ag
( urgensi mengetahui tahun
kelahiran mereka )
Kenapa para Imam Mazhab seperti
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad, tidak menggunakan
hadits shahih Bukhari dan shahih Muslim yang katanya merupakan 2 kitab hadits
tershohih?
Untuk tahu jawabannya, kita mesti paham sejarah. Mesti paham biografi
tokoh-tokoh tersebut.
👳Imam
Abu Hanifah lahir tahun 80 Hijriyah,
👳Imam
Malik lahir tahun 93 Hijriyah,
👳Imam
Syafii lahir tahun 150 Hijriyah dan
👳Imam
Ahmad lahir tahun 164 Hijriyah.
Sementara itu
👳Imam
Bukhori lahir tahun 196 H,
👳Imam
Muslim lahir tahun 202 H,
👳Imam
Abu Daud lahir tahun 202 H,
👳Imam
Nasai lahir tahun 215 H.
Artinya
👳Imam
Abu Hanifah (Madzhab Hanafi) sudah ada 116 tahun sebelum I👳mam
Bukhori lahir,
dan
👳Imam
Malik sudah ada 103 tahun sebelum 👳Imam Bukhari lahir.
"Lalu,
ada pertanyaan, apakah hadits para Imam Mazhab lebih lemah dari Shohih Bukhari
dan Shohih Muslim?"
Jawabannya, justru sebaliknya.
Hadis-hadis para imam mazhab lebih kuat dari hadits-hadits para Imam Hadits,
karena para imam mazhab hidup lebih awal daripada Imam-imam Hadits.
Rosululloh SAW bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ
يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik
manusia adalah pada kurunku, kemudian kurun sesudahnya (sahabat), kemudian yang
sesudahnya (Tabi’in).”
[HR. Al-Bukhori no. 2652 dan Muslim no. 2533 ]
Jadi kalau ada manusia zaman
sekarang yang mengklaim sebagai ahli hadits, lalu menghakimi bahwa pendapat
Imam-iman Mazhab adalah salah
dengan menggunakan alat ukur hadits-hadits Shohih Bukhori dan Shohih Muslim,
maka boleh dibilang orang itu adalah TIDAK :
❌Paham
ILMU FIQIH,
❌Paham
Ajaran Islam.
Jadi, meskipun menurut hadits
Shohih Bukhori misalnya, bahwa sholat Nabi begini dan begitu, berbeda dengan
cara sholatnya Imam Mazhab.
"Sadarilah oleh kita bahwa,
para Imam Mazhab itu, seperti Imam Malik melihat langsung cara sholat puluhan
ribu anak-anak sahabat Nabi di Madinah. Anak-anak sahabat ini belajar langsung
ke Sahabat Nabi yang jadi bapak mereka. Jadi lebih kuat ketimbang 2-3 hadits
yang diriwayatkan Imam Bukhori 100 tahun kemudian. Bahkan Imam Abu Hanifah
bukan hanya melihat puluhan ribu anak-anak para sahabat melainkan beliau telah
berjumpa dengan para sahabat Nabi s.a.w."
Imam Bukhori dan Imam Muslim,
meski termasuk pakar hadits PALING TOP, mereka tetap bermazhab. Mereka
mengikuti mazhab Imam Syafi’ie.
Berikut ini di antara para Imam
Hadits yang mengikuti Mazhab
Syafi’ie:
✔👳Imam
Bukhori,
✔👳Imam
Muslim,
✔👳Imam
Abu Daud,
✔👳Imam
Nasa’i,
✔👳Imam
Baihaqi,
✔👳Imam
Turmudzi,
✔👳Imam
Ibnu Majah,
✔👳Imam
Tobari,
✔👳Imam
Ibnu Hajar al-Asqalani,
✔👳Imam
Nawawi,
✔👳Imam
as-Suyuti,
✔👳Imam
Ibnu Katsir,
✔👳Imam
adz-Dzahabi,
✔👳Imam
al-Hakim.
Lalu ada yang bertanya, lho apa
kita tidak boleh mengikuti hadits Shohih Bukhori, Shohih Muslim, dsb?
Ya tentu boleh saja, tetapi bukan
sebagai landasan utama melainkan hanya sebagai pelengkap.
"Jika ada hadits yang
bertentangan dengan ajaran Imam Mazhab, maka yang kita pakai adalah ajaran Imam
Mazhab. Bukan hadits tersebut"
Kenapa seperti itu?
Karena para Imam Hadits saja
bermazhab.
Hampir seluruh imam Hadits, sekitar
95% mengikuti Mazhab imam Syafi’ie?
Tidak pakai hadits mereka
sendiri?
Kenapa tidak pakai hadis mereka
sendiri?
Karena keilmuan agama mereka
masih jauh di bawah para imam mazhab yang mengerti berbagai disiplin ilmu.
Cukup
banyak orang awam yang tersesat karena mendapatkan informasi yang sengaja
disesatkan oleh kalangan tertentu yang penuh dengan rasa dengki dan benci.
📵Menurut
kelompok ini Imam Mazhab yang 4 itu kerjaannya cuma merusak agama dengan
mengarang-ngarang agama dan menambah-nambahi seenaknya.
✔Itulah
fitnah kaum akhir zaman terhadap ulama salaf yang asli.
Padahal Imam Mazhab tersebut
menguasai banyak hadits.
✔✔👳Imam Malik merupakan penyusun
Kitab Hadits Al Muwaththo. Dengan jarak hanya 3 level perawi hadits ke Nabi,
jelas jauh lebih murni ketimbang Shohih Bukhori yang jaraknya ke Nabi bisa 6-7
level.
✔✔👳Begitu juga dg Imam Syafii,
selain mumpuni ilmu Fiqih, ilmu ushul fiqih, ilmu balaghoh, ilmu tafsir, dan
disiplin ilmu-ilmu agama lainnya, beliau juga sangat mumpuni dalam ilmu hadits.
Beliau memiliki kitab hadis yang dikenal dengan Musnad Imam Syafii.
✔✔👳Sama halnya dengan Imam Ahmad,
yang menguasai 750.000 hadits lebih dikenal sebagai Ahli Hadits ketimbang Imam
Mazhab.
Jadi, kesimpulannya kenapa Para
imam mazhab yang empat,
✔👳Abu Hanifah,
✔👳Malik,
✔👳Asy-Syafi’i dan
✔👳Ahmad bin Hanbal,
sama sekali tidak pernah
menggunakan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim. Kenapa?
✒Pertama, karena mereka lahir jauh lebih
dulu sebelum Imam Bukhori (194-265 H) dan Imam Muslim (204-261 H) dilahirkan.
✒Kedua, karena keempat imam mazhab itu
merupakan pakar hadits paling top di zamannya. Tidak ada ahli hadits yang lebih
baik dari mereka.
✒Ketiga, karena keempat imam mazhab itu
hidup di zaman yang lebih dekat kepada Rosululloh SAW dibanding Imam Bukhori
dan Imam Muslim, maka hadits mereka lebih kuat dan lebih terjamin keasliannya
ketimbang di masa-masa berikutnya.
Kalau dalam teknologi, makin baru
maka makin canggih. Seperti Komputer, laptop, HP, dsb makin ke sini makin bagus
kualitasnya. 📚Tapi kalau hadits Nabi, justru makin lama makin murni.
✒Keempat,
justru Imam Bukhori dan Imam Muslim malah bermazhab, mayorita mereka 98 %
bermazhab Syafi’ie. Hal itu karena hadits yang mereka kuasai jumlahnya tidak
memadai untuk menjadi Imam Mazhab.
👳Imam Ahmad berkata, untuk menjadi 🎓mujtahid,
selain hafal Al Qur’an juga harus menguasai minimal 📚500.000
hadits. Nah hadits Shohih yang dibukukan Imam Bukhori cuma 7000-an. Sementara
Imam Muslim cuma 9000-an. Tidak cukup.
Ada beberapa tokoh yang anti
terhadap Mazhab Fiqih
yang 4 itu kemudian mengarang-ngarang sebuah nama mazhab khayalan yang tidak
pernah ada dalam sejarah, yaitu mazhab
“Ahli Hadits”.
Seolah-olah jika tidak bermazhab
Ahli Hadits berarti tidak pakai hadits. Meninggalkan hadits. Seolah-olqh para
Imam Mazhab tidak menggunakan hadits dalam mazhabnya. Padahal mazhab ahli
hadits itu adalah mazhab para ulama untuk mengetahui keshohihan hadits dan
bukan untuk menarik kesimpulan hukum islam (istimbath).
Jikalau ada yg namanya mazhab
ahli hadits yang berfungsi sebagai metodologi istimbath hukum, lalu mana ✔ushul
fiqihnya?
✔Mana kaidah-kaidah yang digunakan
dalam mengistimbathkan hukumnya?
Apakah cuma sekedar menggunakan
sistem gugur, bila ada dua hadits, yang satu kalah shahih dengan yang lain,
maka yang kalah dibuang?
Lalu yang shohih waajib diikuti.
Apakah begitu? ? ? ?
Lalu bagimana kalau ada hadits
sama-sama dishohihkan oleh Bukhori dan Muslim, tetapi isinya bertentangan dan
bertabrakan tidak bisa dipertemukan?
👳Imam Syafi’ie membahas masalah
kalau ada beberapa hadits sama-sama shahihnya tetapi matannya saling
bertentangan, apa yang harus kita lakukan? Beliau telah menulis kaidah itu
dalam kitabnya : 📚Kitab Ikhtilaaful Hadits, yang
fenomenal.
Jika hanya baru tahu suatu hadits
itu shohih, pekerjaan melakukan istimbath hukum belumlah selesai. ✔Meneliti
keshohihan hadits baru langkah pertama dari ✔23 langkah dalam proses istimbath
hukum, yang hanya bisa dilakukan oleh para mujtahid.
Entah orientalis mana yang datang
menyesatkan, tiba-tiba muncul generasi yang awam agama dan dicuci otaknya,
dengan lancang menuduh
keempat imam mazhab itu sebagai bodoh dalam ilmu hadits.
Hadits shahih versi Bukhori
dibanding-bandingkan secara zahir dengan pendapat keempat mazhab, seolah-olah
pendapat mazhab itu buatan manusia dan hadits shohih versi Bukhori itu datang
dari Alloh yang sudah pasti benar. Padahal cuma Al Qur’an yang dijamin
kebenarannya. Hadits shohih secara sanad, belum tentu shohih secara matan.
Meski banyak hadits yang
mutawattir secara sanad, sedikit sekali hadits yang mutawattir secara matan.
Orang-orang awam itu dengan
seenaknya menyelewengkan ungkapan para imam mazhab itu dari maksud aslinya :
“Bila suatu hadits itu shohih,
maka itulah mazhabku”.
Kesannya, para imam mazhab itu
tidak paham dengan hadits shohih, lalu menggantungkan mazhabnya kepada
orang-orang yang hidup jauh setelahnya hanya dengan berdasarkan hadits shohih.
Padahal para ulama mazhab itu
menolak suatu pendapat, karena menurut mereka hadits yang mendasarinya itu
tidak shohih. Maka pendapat itu mereka tolak sambil berkata, ”Kalau hadits itu
shohih, pasti saya pun akan menerima pendapat itu. Tetapi berhubung hadits itu
tidak shohih menurut saya, maka saya tidak menerima pendapat itu”. Yang bicara
bahwa hadits itu tidak shohih adalah profesor ahli hadits, yaitu para imam
mazhab sendiri. Maka wajar kalau mereka menolaknya.
Tetapi lihatlah pengelabuhan dan
penyesatan yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif saat ini.
Digambarkan seolah-olah seorang Imam Asy-Syafi’i itu tokoh idiot yang tidak
mampu melakukan penelitian hadits sendiri, lalu kebingungan dan menyerah
menutup mukanya sambil bilang, ”Saya punya mazhab tapi saya tidak tahu
haditsnya shohih apa tidak, jadi kita tunggu saja nanti kalau-kalau ada orang
yang ahli dalam bidang hadits. Nah, mazhab saya terserah kepada ahli hadits itu
nanti ya”.
Dalam hayalan mereka, para Imam
mazhab berubah jadi bodoh.
na'dzu billaah.
abdkadiralhamid@2018
0 Response to "ULAMA FIQIH (DOKTER) dengan ULAMA HADITS (APOTEKER)"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip