SEJARAH IMAM AL-JAZULI PENYUSUN KITAB DALAIL
KHAIRAT
Berikut ini adalah sebagian dari sejarah perjalanan hidup
seorang Imam yang alim dan amil, seorang wali Allah yang besar dan sempurna
yang ma’rifat kepada Allah swt, yang muhaqqiq dan wasil kepada-Nya, seorang
tokoh terkemuka pada zamannya, yang berbeda pada masanya. Beliau adalah Sayid
Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli rodliyallah ‘anhu pengarang kitab
dalailul Khoirat.
Al-Jazuli
(Imam Jazuli) tinggal di daerah bersejarah Maroko Sous, terletak di antara
Samudera Atlantik. Beliau dilahirkan di Jazulah
yaitu di sebuah kabilah dan Barbar di pantai negeri Maghrib (Maroko) Afrika.
Kemudian beliau meneruskan pelajarannya di Fas yaitu sebuah kota yang cukup
ramai yang terletak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan Mesir.
Jarak antara Fas dan Mesir kira-kira 36 derajat 17 daqiqoh atau sekitar 4.064
km. Dikota Fas beliau belajar hingga menjadi sangat banyak menguasai ilmu yang
bermacam-macam sehingga namanya tersohor, kemudian beliau mengarang kitab
“Dalail al Khairat”.
Ia
belajar di daerah lokalnya dan kemudian pergi ke As-Madrasah Saffarîn di Fes di
mana kamarnya masih menunjukkan kepada pengunjung hari ini. Di Fes ia hafal
Ushul fiqih karya madzhab Imam Maliki dan hukum fiqih, seperti Ibn al-Hajib
Mukhtasr al-Far'i dan Sahnun Al-Mudawwana al-Kubra. Dia juga bertemu dengan
ahli hukum terkenal dan mistik dizamannya seperti Ahmad Zarruq.
Adapun nasabnya adalah Sayid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman
bin Abdurrohman bin Abu Bakar bin Sulaiman bin Ya’la bin Yakhluf bin Musa bin
‘Ali bin Yusuf bin Isa bin Abdulloh bin Jundur bin Abdurrohman bin Muhammad bin
Ahmad bin Hasan bin Isma’il bin Ja’far bin Abdulloh bin Hasan bin Ali bin Abu
Tholib Karramallahu Wajhah / bin Fatimah Zahra’ Ra. Bin Muhammad
Rasulillah sholallohu ‘alaihi wasallam.
Setelah
menetap di pesantren ia meninggalkan daerah itu dan menghabiskan empat puluh
tahun berikutnya di Mekkah, Madinah dan Yerusalem. Setelah perjalanan panjang,
ia kembali ke Fez di mana ia menyelesaikan kitab Dala'il al-Khayrat-nya yang
berisi tentang sanjungan dan shalawat kepada Nabi Muhammad saw.
Adapun sebab musabah beliau mengarang kitab Dalailul Khoirot adalah karena pada suatu saat beliau singgah di suatu desa
bertepatan dengan waktu sholat dhuhur yang hampir habis, akan tetapi beliau
belum juga menjumpai seorangpun yang dapat beliau tanyai untuk mendapatkan air wudlu.
Akhirnya beliau menemukan sebuah sumur yang tidak ada timbanya,
maka beliau berputar-putar di sekitar sumur itu dalam keadaan bingung karena
tidak ada alat untuk menimba. Seorang anak perempuan berusia kira-kira tujuh
tahun yang sejak tadi melihat tingkah Syaikh Imam jazuli yang nampak
kebingungan. Anak itu bertanya kepada Sayid Muhammad al-Jazuli,
“Ya Syekh..! mengapa anda nampak bingung berputar-putar
disekitar sumur? Syekh Jazuli menjawab. ”Saya Muhammad bin Sulaiman”. Anak itu
bertanya lagi, “Apa yang hendak tuan inginkan?“. Syekh menjawab. “Waktu sholat
dhuhurku sudah sempit, tetapi saya belum mendapatkan air untuk berwudlu”. Anak
kecil itu bertanya. “Apakah dengan namamu yang sudah terkenal itu tidak bisa
(hanya sekedar) mendapatkan air wudlu dari dalam sumur? Tunggulah sebentar!“
Kemudian anak kecil itu mendekat ke bibir sumur dan meniupnya sekali.
tiba-tiba airnya mengalir dan memancar di sekitan sumur seperti sungai besar
yang mengalir deras. Kemudian anak kecil itu pulang kerumahnya, dan Syekh
Muhammad Al-Jazuli pun segera berwudlu dan melaksanakan sholat
dluhur.
Setelah Syaikh Imam Jazuli menyelesaikan shalat
dzuhurnya, beliau segera mendatangi anak perempuan kecil itu, sesampainya di
sana, beliau mengetuk pintu. Anak kecil itu berkata, “Siapa itu ?“, Syekh
Jazuli menjawab. “Wahai anak perempuanku, saya akan bertanya kepadamu, demi
Allah dan kemaha-Agungan-Nya yang menciptakan kamu dan menunjukkan kepadamu
Syafaat Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi dan Rasulmu yang diharap-harapkan
syafaatnya, saya harap engkau mau menemuiku, saya hendak menanyakan tentang
satu hal kepadamu”.
Ketika anak itu menemui beliau, Syekh Muhammad Al-Jazuli
bersumpah, “Aku bersumpah kepadamu demi kemaha-Agungan Allah, dan demi
kemaha-Kuasaan-Nya, demi kemaha-Memberi-Nya, demi kemaha-Sempurnaan-Nya dan
demi Nabi
Muhammad saw. yang sholawat salam selalu tercurah atas beliau, para shahabat,
isteri dan putra-putra beliau, demi risalah beliau dan demi syafaat beliau, aku
mohon kamu mau menceritakan kepadaku dengan apakah kamu bisa mendapatkan
martabat yang tinggi (sehingga dapat mengeluarkan air dan sumur tanpa menimba)
?“.
Anak perempuan kecil itu menjawab, : “Kalaulah tidak karena
sumpahmu itu wahai Syekh, tentulah aku tidak mau menceritakannya. Saya
mendapatkan keistimewaan yang demikian itu karena membaca sholawat
kepada Nabi Muhammad Saw.”
Setelah peristiwa itu kemudian Syekh Muhammad Al-Jazuli ra.
mengarang kitab “Dalail al Khairat” di kota Fas. Dan sebelum beliau
mensosialisasikan kitab itu, ia mendapat ilham untuk pulang kembali ke tanah
kelahirannya. Maka beliau kembali dan Fas kedesa beliau ditepi daerah Jazulah.
Kemudian beliau dengan kesendiriannya itu bertemu dengan Syekh Abu Abdilah
Muhammad bin Abdullah Al-Shaghir seorang penduduk dipinggiran desa dan beliau
berguru Dalail kepadanya.
Kemudian Syekh Muhammad Al-Jazuli melaksanakan kholwat untuk
beribadah selama 14 tahun dan kemudian keluar dan kholwatnya
untuk mengabdikan din dan menyempurnakan pentashihan (pembetulan) kitab “Dalait
al Khoirot” pada hari jum’at, 6 Rabi’ul Awwal 82 H. delapan tahun sebelum hari
wafatnya.
Adapun Thoriqoh beliau disandarkan pada Syekh
Syadzili yang belajar dan Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Mudhor
Al-Munithi dan Sayid Abu Utsman Sa’id Al-Hartanai dan Sayid Abi Zaid
Abdurrahman Al-Rajnaji dan Sayid Abul Fadhil Al-Hindi dan Syekh Ihus Uwais Zamanihi
dan Sayid Abu Abdilah Al-Maghribi seorang pengembara yang dimakamkan di
Damnaliur AlBukhairoh dan pengikut para orang sholih dan kelompok Thoriholnya
muslikin dan seagung-agungnya orang-orang ma’rifat dan Imamnya para wasil, Abul
Aqthob yang diperlihatkan oleh Allah terhadap semua pengikutnya sebagai penerus
barisan para keturunan Al Hasyimiyyah dan keturunan Nabi, Sayid Abul Hasan ‘Ali
Al-Syadzali ra. yang dilahirkan pada tahun 595 H. dan wafat pada tahun 656 H.
Dinegerinya sebelum beliau merealisasikan sepuluh hal
sebagaimana beliau berkata: “Masih ada sepuluh tahun untukmu”, dan beliau
mewariskan banyak teman. Adapun murid-murid beliau banyak sekali, diantaranya
adalah :
- Syekh Abu Abdillah Muhammad Al-Shoghir Al-Sahli dimana beliau adalah yang tertua dan sahabatnya yang lain, yang menemaninya dalam meriwayatkan Dalail.
- Syekh Abu Muhammad Abdul Karim Al-Mandari.
- Syekh Abdul ‘Aziz Ab-Tiba’.
- Sayid (Mu’arif dintara Guru saya Sayid Ahmad Musa Al-Samlali
- Sayid Ahmad bin Abbas A1-Shom’i
- Sayid Mufri Abdul Qodir Al-Fasi
- Sayid Ahmad bin Al-Haj
- Sayid Muhammad bin Ahmad bin Ahmad bin Al-Matsani
- Sayid Muhammad bin Abmad A1-Mudghiri
- Sayid All bin Yusuf Al-Hariri Al-Madani
- Sayid Muhammad Amin Al-Madani
- Syaikh Al-Quthbu Al-Rais
- Sayid Muhammad Idris
- Syaikh Al Quthbu Al-Rasyid
- Sayid Abdul Mu’id
- Semua santrinya yang dijuluki dengan Muhammad Ma’ruf yang belajar kepadanya.
Syekh Muhammad Al-Jazuli
Mendidik
Syekh Muhammad Al-Jazuli pada mulanya mulai mendidik para muridnya
dipinggiran Asafi di mana banyak sekali orang yang sadar dan bertaubat atas
bimbingannya. Dzikirnya begitu terkenal, tersebar dan diamaikan orang-orang
diberbagai negeri dan nampaklah keistimewaan yang besar dan keramat-keramatnya.
Syekh Muhammad Al-Jazuli senantiasa berpegang teguh terhadap
hukum-hukum Allah SWT dengan melaksanakan ajaran A1-Qur’an dan Sunnah Rosul
saw. Kemudian beliau pindah dari Asafi kesuatu tempat yang terkenal dengan
afrigal. Kemudian beliau membangun masjid dan menetap ditempat itu untuk tetap
mendidik dan membimbing para muridin ke jalan yang benar sesuai petunjuk Allah
swt.
Jelaslah cahaya keberkahan beliau, nampaklah tanda-tanda
kerahasiaannya dan para faqir dan orang-orang yang tekun membaca dan dzikir
kepada Allah dan membaca sholawat Nabi semakin banyak Dzikir-dzikir beliau
dikenal disegenap penjuru dan pam pengikutnya pun tersebar disetiap bagian
negeri sehingga menjadi semarak dan hiduplah negeri Maghribi. Syekh Muhammad
Al-Jazuli memperbaharui Thoriqot di Maghribi setelah pengaruh-pengaruh dari
pengajarannya. Syekh Muhammad Al-Jazuli benar-benar seorang yang mencurahkan
waktunya untuk menolong dan memberikan manfa’at kepada ummat. Beliau juga
mengutus para sahabatnya ke berbagai negeri untuk mendakwahkan hukum Allah swt.
dan mendorong mereka ke jalan Allah swt.
Banyak sekali orang mengikuti dan mengamalkan Thoriqotnya.
Mereka juga banyak yang datang langsung kepada Syekh Muhammad A1-Jazuli
untuk bertaqurrub dan mencari ridho Allah. Junilali dan pengikut itu mencapai
12665 orang dimana kesemuanya itu bisa mendapatkan fadhilah menurut kadar
martabat dan kedekatan mereka dengan Syekh Muhammad Al-Jazuli.
Wafatnya Syekh Muhammad Al Jazuli
Beliau wafat waktu melaksanakan sholat subuh pada sujud yang
pertama (atau pada sujud yang kedua menurut satu riwayat) tanggal 16 Rabi’ul
Awwal 870 H. Beliau dimakamkan setelah waktu sholat dhuhur pada hari itu juga
di tengah masjid yang beliau bangun.
Sebagian dari keramatnya adalah setelah 77 tahun dan wafat
beliau, makam beliau dipindahkan Maralisy, dan ternyata ketika jenazah beliau
dikeluarkan dan kubur, keadaan jenazah itu masih utuh seperti ketika beliau
dimakamkan. Rambut dan jenggot beliau masih nampak bersih dan jelas seperti
pada hari beliau dimakamkan. Makam beliau di Markasy sering diziarabi oleh
banyak orang.
Sebagian besar dan peziarah itu membaca Dalil Khairat disana,
sehingga dijumpai di makam itu bau minyak misik yang amat harum karena begitu
banyak di bacakan sholawat salam kepada nabi Muhammad
saw, para sahabat dan keluarga beliau. kisah wangi semerbak itu adalah sebagian
dari sejarah yang lain tentang beliau bahwa para orang sholeh dari berbagai
penjuru dari masa ke masa senantiasa membaca dan mengamalkan kitab beliau yaitu
dalail al khoirot.
Akhirnya beliau mendapat perdikat sebagai seutama-utamanya orang
yang bersama Rasul SAW kelak karena banyaknya pengikut beliau untuk
membaca Sholawat, sebagai mana Rosululloh SAW bersabda, “Seutama utama manusia
bersamaku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca Sholawat
untukku”
Syekh al-Khafidh Abu Na’im berkata, “ Sejarah besar tentang Syeh
Muhamad Al-Jazuli ini benar-benar sesuai dengan hadist dan fatwa para sahabat
tentang membaca sholawat
kepada Nabi ini kami telah menuqilnya meskipun banyak para ulama’ yang
mengetahuinya secara pasti, sebagai mana disabdakan Nabi, “Sedekat-dekatnya
orang yang lebih berhak mendapat syafa’atku pada hari kiamat besok adalah orang
yang paling banyak membaca sholawat pada waktu ia masih di dunia”
abdkadiralhamid@2017
0 Response to "Sebab Musabah Sayid Imam Al-Jazuli Mengarang Kitab Dalailul Khoirot"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip