KAJIAN FIKIH MAZHAB SYAFII — FIKIH SHALAT
SUNAH SHALAT
b. Sunah Haiah (سنة الهيئة)
Sunah haiah adalah perbuatan sunah yang dianjurkan dilakukan di dalam shalat dan jika ditinggalkan maka shalatnya tidak batal dan tidak perlu menyempurnakannya dengan sujud sahwi.
Perbuatan yang termasuk sunah haiah adalah sebagai berikut:
1. Mengangkat kedua tangan.
Mengangkat kedua tangan dianjurkan dalam empat keadaan, yaitu ketika takbiratul ihram, rukuk, berdiri dari rukuk, dan berdiri dari tasyahud kedua.
Ini berdasarkan hadits Ibnu Umar RA: “Aku melihat Nabi SAW membuka dengan takbir di dalam shalat. Beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga menjadikannya sejajar dengan kedua pundaknya. Dan jika bertakbir untuk rukuk beliau melakukan hal yang sama. Dan jika berkata: “sami’allahu liman hamidah” beliau melakukan hal yang sama. Dan berkata: “rabbanâ walakal hamdu”. Beliau tidak melakukan itu ketika sujud dan tidak pula ketika mengangkat kepalanya dari sujud.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan diriwayatkan dari Ibnu Umar RA juga melalui jalur lain bahwa: “Nabi SAW jika bangkit dari dua rakaat mengangkat kedua tangannya.” (HR. Bukhari dan Nasai).
Tata cara yang diajurkan dalam mengangkat kedua tangan adalah:
2. Bersedekap.
Yaitu meletakan telapak tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri di bawah dada. Yang sempurna adalah dengan memegang sebagian lengan bawah dan punggung tangan, sementara jari-jari diarahkan ke pergelangan.
Diriwayatkan dari Wail bin Hujr RA yang menceritakan cara Nabi SAW melaksanakan shalat: “Lalu beliau meletakkan tangan kanannya di atas (punggung) telapak kiri, pergelangan dan lengan.” (HR. Nasai).
Tempat meletakkan kedua tangan adalah di bawah dada dan di atas pusar.
3. Melihat ke tempat sujud.
Sepanjang shalat pandangan seseorang diarahkan terus ke arah tempat sujudnya meskipun ia shalat di hadapan Ka’bah atau di hadapan seorang nabi. Kecuali ketika tasyahud maka ia memandang ke arah telunjuknya setelah diangkat. Tujuannya agar selalu fokus dan khusyuk di dalam shalat.
Zubair bin Awwam RA berkata: “Jika duduk tasyahud, Rasulullah SAW meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya. Beliau memberi isyarat dengan telunjuk dan matanya tidak lepas dari isyaratnya itu.” (HR. Abu Daud dan Nasa`i).
4. Tidak memejamkan mata.
Dianjurkan untuk tidak memejamkan mata selama shalat. Nabi SAW bersabda:
“Jika salah seorang diantara kalian melaksanakan shalat maka janganlah ia memejamkan kedua matanya.” (HR. Thabrani).
Tetapi jika di hadapannya ada sesuatu yang membuat tidak khusyuk maka dianjurkan untuk memejamkannya.
5. Berhenti sejenak.
Dianjurkan untuk berhenti sejenak sejarak seorang membaca tasbih dalam enam keadaan, yaitu:
Sumber : ahmadghozali.com
abdkadiralhamid@2016
SUNAH SHALAT
PERBUATAN SUNAH DI DALAM SHALAT
(Bagian Kedua)
b. Sunah Haiah (سنة الهيئة)
Sunah haiah adalah perbuatan sunah yang dianjurkan dilakukan di dalam shalat dan jika ditinggalkan maka shalatnya tidak batal dan tidak perlu menyempurnakannya dengan sujud sahwi.
Perbuatan yang termasuk sunah haiah adalah sebagai berikut:
1. Mengangkat kedua tangan.
Mengangkat kedua tangan dianjurkan dalam empat keadaan, yaitu ketika takbiratul ihram, rukuk, berdiri dari rukuk, dan berdiri dari tasyahud kedua.
Ini berdasarkan hadits Ibnu Umar RA: “Aku melihat Nabi SAW membuka dengan takbir di dalam shalat. Beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga menjadikannya sejajar dengan kedua pundaknya. Dan jika bertakbir untuk rukuk beliau melakukan hal yang sama. Dan jika berkata: “sami’allahu liman hamidah” beliau melakukan hal yang sama. Dan berkata: “rabbanâ walakal hamdu”. Beliau tidak melakukan itu ketika sujud dan tidak pula ketika mengangkat kepalanya dari sujud.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan diriwayatkan dari Ibnu Umar RA juga melalui jalur lain bahwa: “Nabi SAW jika bangkit dari dua rakaat mengangkat kedua tangannya.” (HR. Bukhari dan Nasai).
Tata cara yang diajurkan dalam mengangkat kedua tangan adalah:
- Mengangkat kedua tangan atau yang tersisa jika terputus.
- Diangkat hingga sejajar pundak, yaitu ujung ibu jari di bawah telinga bagian bawah dan ujung jemari lain sejajar dengan telinga bagian atas.
- Kedua telapak terbuka.
- Jari jemari dibuka sedang.
- Kedua telapak dihadapkan ke arah kiblat, bukan membelakanginya atau menghadap ke langit.
- Ujung bagian atas jemari agak dicondongkan ke arah kiblat.
- Telapak tangan dihadapkan ke arah kiblat.
- Waktu mengangkat tangan:
- Takbiratul ihram: takbir dimulai bersamaan dengan kedua tangan diangkat dan berakhir dalam keadaan kedua tangan di atas (sejajar dengan pundak). Lalu melepaskan keduanya ke bawah.
- Rukuk: takbir dimulai bersamaan dengan kedua tangan diangkat. Ketika kedua telapak sudah sejajar dengan pundak lalu membungkuk sambil memanjangkan takbir sampai sempurna rukuknya.
- I’tidal: tasmi’ dimulai bersamaan dengan mengangkat kepala dan berakhir dengan tegaknya badan dan kedua telapak tangan sejajar dengan pundak. Lalu melepaskan kedua tangan ke bawah.
- Tasyahud awal: takbir dimulai sejak akan bangkit dan kedua telapak tangan mulai diangkat ketika sampai batas minimum rukuk. Takbir berakhir ketika badan telah tegak dan kedua tangan sejajar pundak. Lalu melepaskan kedua telapak tangannya untuk bersedekap.
2. Bersedekap.
Yaitu meletakan telapak tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri di bawah dada. Yang sempurna adalah dengan memegang sebagian lengan bawah dan punggung tangan, sementara jari-jari diarahkan ke pergelangan.
Diriwayatkan dari Wail bin Hujr RA yang menceritakan cara Nabi SAW melaksanakan shalat: “Lalu beliau meletakkan tangan kanannya di atas (punggung) telapak kiri, pergelangan dan lengan.” (HR. Nasai).
Tempat meletakkan kedua tangan adalah di bawah dada dan di atas pusar.
3. Melihat ke tempat sujud.
Sepanjang shalat pandangan seseorang diarahkan terus ke arah tempat sujudnya meskipun ia shalat di hadapan Ka’bah atau di hadapan seorang nabi. Kecuali ketika tasyahud maka ia memandang ke arah telunjuknya setelah diangkat. Tujuannya agar selalu fokus dan khusyuk di dalam shalat.
Zubair bin Awwam RA berkata: “Jika duduk tasyahud, Rasulullah SAW meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya. Beliau memberi isyarat dengan telunjuk dan matanya tidak lepas dari isyaratnya itu.” (HR. Abu Daud dan Nasa`i).
4. Tidak memejamkan mata.
Dianjurkan untuk tidak memejamkan mata selama shalat. Nabi SAW bersabda:
إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلاةِ فَلا يَغْمِضْ عَيْنَيْهِ
“Jika salah seorang diantara kalian melaksanakan shalat maka janganlah ia memejamkan kedua matanya.” (HR. Thabrani).
Tetapi jika di hadapannya ada sesuatu yang membuat tidak khusyuk maka dianjurkan untuk memejamkannya.
5. Berhenti sejenak.
Dianjurkan untuk berhenti sejenak sejarak seorang membaca tasbih dalam enam keadaan, yaitu:
- Antara takbiratul ihram dan doa iftitah.
- Antara doa iftitah dan ta’awudz.
- Antara ta’awudz dan al-Fatihah.
- Antara akhir al-Fatihah dengan membaca amin.
- Antara membaca amin dan membaca surah atau ayat. Dianjurkan bagi imam untuk memanjangkan jarak berhenti dalam shalat jahriyah (shalat dengan suara keras) agar makmum dapat membaca al-Fatihah.
- Antara surah dan takbir rukuk.
Sumber : ahmadghozali.com
abdkadiralhamid@2016
0 Response to "PERBUATAN SUNAH DALAM SHALAT (Bag. 2) : Mengangkat Tangan dan Bersedekap, KAJIAN FIKIH MAZHAB SYAFII"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip