//

Sikap Tegas Para Habaib Dalam Sejarah



Di Jakarta ini kalau ada yang ingin macam macam dalam agama akan berfikir beribu kali, sejak Zamannya Sayid Ustman bin Yahya Mufti Betawi membentengi Umat Islam Jakarta dan sekitarnya sebut saja semisal urusan potong hewan Babi di Zaman dulu di pinggir kali, yang mana hal tersebut di protes oleh masyarakat Betawi pada waktu itu dan Habib Ustman pun mendatangi kantor Gubernur Batavia untuk memprotes hal tersebut dengan alasan air kali di Gunakan oleh Masyarakat bukan saja untuk Mandi dan minum saja tapi di gunakan untuk ber Wudhu,dengan Protes keras dari sang Mufti Betawi pada waktu itu pada akhirnya pemerintah Belanda membuat peraturan akan pemotongan Hewan Babi di tanah Betawi 


Di  Zaman Habib Ali AlHabsyi Kwitang bila ada yang mempersulit Tablig / Pengajian Habib Ali akan memprotes hal tersebut,hingga pemerintah Belanda pada waktu itu mengizinkan acara Tablig di Batavia


Lain lagi dengan Tuan Guru Marzuqi dari Kampung Muara di kala pemerintah Belanda mendatangkan Syeh Ahmad Surkati untuk di perbantukan mengajar di Jamiatul Khair dengan lantangnya Guru Marzuqi berkata " Kalo Surkati berani masuk Mester nanti ana timpe lak lakannye ...... " karna hal tersebut Guru Marzuqi harus berurusan dengan Belanda

 
Guru Marzuqi melakukan hal demikian untuk membentengi Aqidah masyarakat Betawi, mengingat Syeh Ahmad Syurkati yang memang berbeda Aqidah dengan Masyarakat Betawi pada Umumnya


Begitu pula di saat penjajahan Jepang Habib Ali menolak untuk masyarakat Betawi menyembah ke Matahari hingga di awal masuknya penjajah Jepang ke Jakarta ini,Habib Ali di Jebloskan ke Penjara di Glodok dengan alasan antek antek Hindia Belanda dengan dalih mendapat bintang Oranje Nassau Orde dari Belanda wal hal Habib Ali menentang penghormatan terhadap Dewa Matahari yang di haruskan oleh Penjajah Jepang pada waktu itu dan juga penjajah Jepang menutup Madrasah Unwanul Falah milik Habib Ali di Kwitang dan merencanakan hukuman mati terhadap sang Ulama besar tersebut

 
Mengetahui akan tersebut terjadi Protes besar besaran dari Umat Islam Jakarta yang pada akhirnya Habib Ali pun di bebaskan
Di saat Proklamasi 17 Agustus 1945 Ulama yang menganjurkan untuk mengibarkan bendera warna merah dan putih di kampungnya masing masing adalah Habib Ali Kwitang, hal tersebut di ikuti oleh murid murid beliau diantaranya Habib Ali bin Husein AlAthas, Habib Salim bin Jindan,Guru Mansur Jembatan Lima dan Umumnya Masyarakat Jakarta pada waktu itu,kejadian tersebut membuat Jepang tidak senang karna sudah menyalahi aturan yang sudah di tetapkan


Di saat NU mengeluarkan Fatwa di tahun 50an hasil muktamar belum sempat Fatwa tersebut masuk Jakarta,Habib Salim bin Jindan dan KH Hasbialloh membuat pernyataan penolakan atas nama Persatuan Ulama Jakarta karna di khawatirkan membuat resah Umat Islam


Pada waktu Bung Karno mengeluarkan ide NASAKOMnya yang pertama kali menolak adalah Habib Ali Kwitang dan meminta kepada Habib Salim bin Jindan bila menyampaikan Tasewirnya ( Ceramahnya ) dimana mana untuk menentang hal tersebut,kejadian tersebut sempat membuat Bung Karno marah


Di Tahun 1969 di saat Presiden Soeharto meminta kepada Mentri agama pada waktu itu, agar Umat Islam membayarkan Zakatnya kepada Pemerintah saja, dengan lantangnya Habib Salim bin Jindan menolaknya dengan keras dan berbicara di setiap ceramahnya
" Bilang sama Pemerintah kagak usah urusin Zakat Umat Islam ....... dan kalau ada yang dekat dengan Alamsyah bilang sama dia jangan suka bujuk bujuk Ulama untuk terima akan hal tersebut "
Karna penentangannya terhadap pemerintah yang keras pada waktu itu sempat muncul larangan mengundang kepada Habib Salim untuk berceramah di manapun, bagi yang melanggarnya sangsinya akan di tahan oleh Pemerintah dengan alasan mengacaukan keamanan Negara


Pada saat Gubernur Ali sadikin membangun tempat perjudian dan lain lain, gelombang penolakan dari para Ulama berdatangan terutama dari Kwitang yang pada akhirnya Habib Ali bin Husein AlAthas meminta kepada Habib Muhammad untuk mengingatkan Gubernur, pada akhirnya Gubernur Ali Sadikin menyatakan dihadapan Ribuan Umat Islam di Majlis Kwitang pada hari Minggu 18 Oktober 1970, bahwa dirinya membuat hal tersebut bukan untuk Umat Islam dan beliau menyatakan kalau ada Umat Islam yang ikut didalamnya itu adalah yang kurang kuat Imannya

 
Walaupun demikian banyak para Ulama yang tetap tidak setuju akan apa yang dilakukan Gubernur pada saat itu terlebih di saat ada pembongkaran Makam dan rencananya Jasad jadad mereka akan di Kremasi,mengetahui akan hal tersebut karuan saja para Ulama dengan lantang menolaknya,sebagai mana dilakukan oleh KH Abdulloh Syafii di Asyafiiyah yang mengharuskan  Radionya harus berhenti Syiaran untuk beberapa waktu

 
Terlebih di kala Gubernur akan membongkar ratusan Makam Ulama di Tanabang satu diantaranya adalah Makam Mufti Betawi AlHabib Ustman bin Yahya,dengan sekuat tenaga para Ulama menolak akan hal tersebut,namun pemerintah tetap bersi keras melakukan hal tersebut dengan alasan pembangunan


Demikian sekilas yang kami utarakan,inginnya semua kami tuliskan tapi khawatir jadi kepanjangan
Semoga menjadi Maklum adanya .........

Sumber : Anto Djibril

abdkadiralhamid@2016

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sikap Tegas Para Habaib Dalam Sejarah"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip