Zubad, Oleh Habib Novel Alaydrus , Solo
Kemuliaan Nasab
Mencintai keluarga Rasulullah SAW merupakan ciri-ciri orang beriman. Sabda Rasulullah SAW:
Hubbul anshor minal iman
(shohih Al Bukhori)
Mencintai sahabat-sahabat anshor saja merupakan sebagian dari iman, apalagi mencintai keluarga Rasulullah SAW. Rasulullah SAW memerintahkan untuk mengajarkan anak keturunan kita agar mencintai Rasulullah SAW dan keluarganya. Maka timbul 1 pertanyaan dari pernyataan tersebut. Berdasarkan ayat Alqur’an, Allah berfirman:
Inna akromakum ‘indallahi atqookum
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian semua di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa
Hanya saja yang menjadi permasalahan, banyak orang yang menggunakan ayat ini bukan untuk menyatakan ketaqwaannya kepada Allah SWT, tetapi hanya untuk merendahkan orang lain dan ada pula yang menggunakan ayat ini untuk merendahkan keturunan Rasulullah SAW.
Mereka berpendapat bahwa nasab kepada
Rasulullah SAW itu tidak penting, yang penting adalah bertaqwa kepada
Allah SWT, dan itu sangat tidak dibenarkan karena Allah tidak pernah
mengatakan seperti itu, Allah hanya mengatakan bahwa orang yang paling
mulia adalah orang yang bertaqwa.
Ayat ini merupakan wahyu Allah yang luar
biasa untuk semua orang agar tidak selalu membangga-banggakan dirinya/
kelompoknya sendiri, karena orang yang paling mulia adalah orang yang
bertaqwa. Perlu diketahui bahwasanya orang yang paling mulia di sisi
Allah hanyalah Allah yang tahu.
Allah SWT juga masih mengunggulkan salah
satu Nabi dibanding Nabi yang lain, dan hal tersebut sudah menjadi
ketetapan Allah SWT. Seperti contoh, Nabi Muhammad itu diberi kesempatan
beramal hanya 63 tahun, sedangkan Nabi Nuh diberi kesempatan berdakwah
sekitar 950 tahun.
Namun Allah lebih memuliakan Nabi
Muhammad SAW walaupun beliau hanya berdakwah selama 23 tahun sejak
beliau diangkat menjadi Rasul pada umur 40 tahun, namun Rasulullah bisa
mengungguli Nabi-nabi yang lain karena karena Rasulullah SAW sudah
dipilih oleh Allah untuk menjadi orang yang mulia.
Allah memberikan nasab mulia kepada
seseorang agar dia tidak menyombongkan diri, selalu beramal sholeh, dan
bisa meneladani para auliya’, Allah juga akan melihat ketaqwaan orang
tersebut kepada Allah. Allah juga memberikan keutamaan untuk orang-orang
terdekat Nabi SAW, karena kemuliaan nasab ada.
Ada suatu kisah ketika musim paceklik
melanda, Sayyidina Umar mendatangi paman Nabi SAW, Abbas bin Abdul
Muthalib. Lalu Sayyidina Umar bertawassul kepada paman Nabi berdasarkan
kemuliaan nasab tersebut, hal ini dilakukan oleh Sayyidina Umar karena
paman Nabi SAW masih memiliki hubungan nasab dengan Rasulullah SAW. Maka
setelah itu turunlah hujan dan musim paceklik berakhir.
Kemuliaan nasab itu memang penting, terutama nasab Rasulullah SAW.
Ketaqwaan seseorang merupakan suatu hal
yang kompleks dan tidak hanya bisa diukur dengan sholat dan puasanya
saja, tetapi dilihat juga dari sholatnya, puasanya, dzikirnya, amalnya,
kebersihan hatinya, patuhnya kepada orang tua, dll. Jadi janganlah
menghakimi seseorang dengan merasa yang paling bertaqwa, karena walaupun
orang tersebut sholatnya biasa, puasanya biasa, dzikirnya biasa, dll,
namun orang tersebut memiliki hal lain dalam dirinya yang bisa
menjadikan dirinya mulia di sisi Allah SWT.
Namun janganlah bersikap sombong dengan
kemuliaan nasab, jangan digunakan untuk merendahkan orang lain, karena
ketaqwaan tetap unggul diatas segala-galanya.
Ada suatu kisah, sewaktu Rasulullah SAW
berkumpul di dalam masjid dengan para sahabat yang keimanan dan
ketaqwaan sudah tidak diragukan lagi, Tiba2 Rasulullah SAW berkata:
sebentar lagi akan ada orang masuk kedalam masjid ini, dan dia merupakan penghuni surga (rojulun min ahlil jannah).
Sahabat yang didalam masjid menjadi
kecewa karena ada orang yang lebih dari para sahabat dan sudah dijamin
masuk surga. Kemudian masuklah orang biasa yang tidak terlihat ahli
shodaqoh, ahli puasa, ahli sholat, ahli tahajjud, dll.
Namun selama 3 hari berturut-turut
Rasulullah mengatakan hal yang sama saat orang tersebut masuk ke dalam
masjid. Lalu pada suatu hari ada salah satu sahabat mendatangi rumah
orang tersebut, dan dengan berbagai alasan memohon untuk bisa menginap
di rumah orang tersebut. Selama 3 hari sahabat meneliti kegiatan orang
tersebut. Dan ternyata ibadahnya biasa-biasa saja di mata sahabat
tersebut.
Lalu sahabat bertanya kepada orang
tersebut apa amalan yang dilakukan sampai-sampai Rasulullah SAW menjamin
engkau masuk surga. Lalu orang tersebut menjawab, saya tidak memiliki
amalan apapun dan saya hanya orang yang biasa-biasa saja.
Akhirnya pergilah orang ini bekerja,
lalu hanya beberapa langkah dia berjalan, kemudian dia kembali menemui
sahabat tersebut. Kemudian orang tersebut berkata, mungkin ini alasannya
mengapa Rasulullah SAW mengatakan seperti itu, bahwasanya saya ketika tidur ataupun bangun tidur tidak pernah dalam hati saya menyimpan dendam dan kebencian kepada seorang muslim.
Ternyata hal tersebut yang menjadikannya
dijamin masuk surga, dan itu jarang sekali bisa dilakukan oleh
kebanyakan orang. Jadi ketaqwaan itu tidak dapat diukur hanya dengan
ibadahnya saja, melainkan dengan berbagai aspek kebaikan yang dimiliki
oleh seseorang.
Ketaqwaan dan nasab itu penting, bagi
orang-orang yang diberi kelebihan menjadi keturunan Rasulullah SAW.
Tabi’in itu mulia karena dapat melihat para sahabat, sahabat menjadi
mulia karena melihat Rasulullah SAW, dan Rasulullah SAW mulia karena
pernah melihat Allah SWT. Hal tersebut hanya untuk orang yang melihat
Rasulullah SAW, bagaimana dengan orang-orang yang memiliki darah
keturunan dengan Rasulullah SAW.
Rasulullah bersabda:
Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dia cintai
Rasulullah SAW bersabda:
Ya Allah Aku mencintai hasan dan husein, maka cintailah orang yang mencintai keduanya.
Maka orang yang mencintai keturunan Rasulullah SAW akan mendapatkan doa tersebut.
Rasulullah SAW bersabda:
Fatimah adalah bagian dariku, yang melukai fatimah maka sama saja dengan melukai aku.
Hubungan Rasulullah SAW dengan fatimah
sangatlah penting hingga beliau mengatakan seperti itu. Rasulullah SAW
sangat mengutamakan keluarganya dan menginginkan pula keluarganya dapat
masuk surga bersamanya, namun masih dalam batasan-batasan yang
diterapkan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW juga menganjurkan kepada kita
semua untuk mencintai keluarga masing-masing sebagaimana Rasulullah SAW
mencintai keluarganya.
Allah mencintai Rasulullah SAW, maka
Allah mencintai orang-orang yang berhubungan dengan Rasulullah SAW.
Bahkan nama yang terbaik adalah nama yang mengandung nama-nama Allah,
selanjutnya karena Allah sangat mencintai Rasulullah SAW maka
sebaik-baik nama adalah nama yang sama dengan Rasulullah SAW yakni
Muhammad/ Ahmad.
Sebagaimana diceritakan dalam mimpi
bahwa setiap hari senin abu lahab diberi nikmat di neraka oleh Allah
SWT, karena abu lahab sangat senang ketika Rasulullah SAW lahir, padahal
Abu Lahab adalah orang kafir.
Anak keturunan Rasulullah SAW memiliki
gen yang sangat sempurna karena mengandung gen Rasulullah SAW. Tidak ada
gen yang paling baik dibandingkan dengan gen Rasulullah SAW. Gen
Rasulullah SAW akan ada terus-menerus secara turun temurun dalam anak
keturunan beliau. Maka anak keturunan Rasulullah SAW memiliki kemuliaan
karena memiliki gen dari Rasulullah SAW.
Maka ketika menyentuh anak keturunan
Rasulullah SAW yang dirasakan adalah menyentuh Rasulullah SAW, dan
ketika tersenyum kepada anak keturunan Rasulullah SAW maka bisa
dibayangkan sedang tersenyum kepada Rasulullah SAW. Anak keturunan
Rasulullah SAW harus dijaga bersama-sama, karena mewarisi kakeknya dan
akan meneruskan perjuangan Rasulullah SAW untuk mengamankan bumi ini.
Rasulullah SAW bersabda:
ahlu baiti amaanulil ardhi.
Namun, membangga-banggakan nasab sebagai keturunan Rasulullah SAW tidaklah baik, karena nanti di akhirat tetap yang akan dilihat adalah ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Ada sebuah kisah mengenai Abdullah ibnu
mubarok seorang ulama sufi yang sedang berangkat haji. Ketika dalam
perjalanan Abdullah ibnu mubarok bertemu dengan seorang perempuan yang
mengais-ngais bak sampah dan menemukan bangkai kepala kambing. Lalu
Abdullah menegur orang tersebut dan bilang bahwa barang itu haram.
Lalu perempuan itu menjawab,
bagimu haram, tetapi
halal bagiku. Aku dan anakku belum makan selama 3 hari, aku sudah
mencari pekerjaan dan meminta-minta sumbangan kepada orang-orang dan tak
ada yang memeberi. Jika hari ini anakku tidak makan maka dia bisa mati.
Karena untuk menyambung nyawa maka itu halal menurutku.
Kemudian uang saku yang digunakan untuk
pergi haji diserahkan semua oleh Abdullah kepada perempuan itu dan
menyuruh perempuan tersebut mengembalikan bangkai itu ke tempat sampah.
Lalu beliau kembali pulang dalam waktu
yang sama dengan orang-orang yang berhaji bersamanya. Sepulang dari haji
rombongan haji Abdullah tadi mengucapkan terimakasih karena sudah
mengimami, memimpin, dan membawa rombongan untuk ibadah haji. Ada juga
orang-orang yang meminta doa kepada beliau. Beliau pun bingung dengan
kejadian tersebut.
Lalu malamnya beliau mimpi bertemu Rasulullah SAW, dan Rasulullah SAW berkata
kau tak usah
bingung, setiap tahun Allah mengirimkan malaikat menyerupaimu untuk
berangkat haji dan pahalanya diberikan kepadamu sampai nanti hari
kiamat. Kau sudah menolong wanita pengais sampah tersebut, dan perempuan
tersebut adalah anak keturunanku. Karena engkau telah membantunya, maka
Allah pun mengganti dengan kemuliaan ini.
Kejadian yang menimpa Abdullah ibnu
mubarok bernilai pahala lebih karena beliau menolong orang yang
membutuhkan dan orang yang ditolong merupakan keturunan Rasulullah SAW.
Maka tidak mungkin kita menjadi hina dengan mencintai muslim yang lain,
terutama anak keturunan Rasulullah SAW.
abdkadiralhamid@2016
abdkadiralhamid@2016
0 Response to "Mencintai Keluarga Nabi"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip