//

Orang Tua Nabi Penghuni Surga




Dalam kitab Shahihnya Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits:

عن أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قال يا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أبي قال في النَّارِ فلما قفي دَعَاهُ فقال إِنَّ أبي وَأَبَاكَ في النَّارِ )صحيح مسلم - (1/ 191((

Dari Anas bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah “Ya, Rasulullah, dimanakah ayahku ?, Rasulullah menjawab : “ Dia di neraka” . Ketika orang tersebut hendak beranjak, Rasulullah memanggilnya seraya berkata “ sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka “.(HR Muslim)

Benarkah kedua orangtua Nabi adalah penghuni neraka ?
Kaum Asy`ariah, dan jumhur Syafi’iyah menetapkan bahwa mereka yang wafat pada masa fatrah (sebelum diutusnya rasul) termasuk golongan yang selamat, hal ini berdasarkan firman Allah :

“Dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”(Q.S Al Isra`: 15)

Orang tua Nabi wafat sebelum Beliau diutusnya sebagai rasul, berarti mereka termasuk ahli fatrah yang selamat dari adzab. Lagipula tidak ada keterangan yang jelas bahwa mereka pernah melakukan perbuatan syirik.
Bahkan Imam Fakhur Razi menyatakan bukan hanya kedua orang tua Nabi saja yang selamat akan tetapi seluruh datuk-datuk beliau sampai Nabi Adam, ini sesuai dengan firman Allah :
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (Q.S. As-Syu’ara’ : 218-219)

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud” adalah perpindahan cahaya Nabi dari sulbi seorang ahli sujud (muslim) ke ahli sujud lainnya, sampai dilahirkan sebagai seorang nabi.

Imam Alusi dalam tafsir Ruhul Ma`ani ketika berbicara mengenai ayat “perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud”, beliau mengatakan :
“Aku menjadikan ayat ini sebagai dalil atas keimanan kedua orang tua Nabi sebagaimana yang dinyatakan oleh banyak daripada tokoh-tokoh ahlus sunnah. Dan aku khawatir kufurnya orang yang mengatakan kekafiran keduanya, semoga Allah merahmati kedua orang tua Nabi.”

Sedangkan mengenai Azar yang disebut dalam Alquran sebagai ayah Nabi Ibrahim :
Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya Aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata." (Q.S Al An`am : 74)

Sebagian Mufassirin menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Abihi (bapaknya) dalam ayat di atas bukanlah ayah kandung Nabi Ibrahim akan tetapi ayah asuhnya yang juga adalah pamannya.

Sedangkan mengenai hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, kalaupun kita sepakati keshohihannya, akan tetapi selayaknya kita tidak mengambil dzohir dari hadits tersebut, karena terdapat pula hadits-hadits lain tentang peristiwa dihidupkannya kedua orang tua Nabi atas permintaan Beliau untuk kemudian diwafatkan kembali setelah mengimani kerasulannya, meskipun memang hadits-hadits tersebut adalah hadits dhaif akan tetapi telah dikuatkan dengan ayat-ayat di atas. 

Diriwayatkan oleh Ibnu Syahin, Khotib Al Bagdadi, dan Daruqutni dengan sanad dhaif dari `Aisyah :
Rasulullah berhaji bersama kami dalam haji wada kemudian melewatiku di atas uqbatul hajun dalam keadaan menangis, sedih, dan gundah, kemudian Beliau singgah dan menjauhiku dalam waktu lama lalu kembali kepadaku dalam keadaan gembira dan tersenyum lalu aku menanyainya maka beliau menjawab “ Aku pergi ke kubur Ibuku kemudian aku meminta kepada Allah untuk menghidupkannya kemudian Allah pun menghidupkannya lalu ibuku beriman kepadaku kemudian Allah mewafatkannya kembali.” 

Diriwayatkan Dari Imam Suhaili dalam kitab Raudhnya: “Sesungguhnya Rasulullah memohon kepada tuhannya untuk menghidupkan kedua orangtuanya maka Allah hidupkan kedua baginya kemudian keduanya beriman lalu Allah mewafatkan keduanya.”

Selain itu Imam Suyuthi dalam kitabnya “Maslakul Khofa Fi Walidail Mustofa” menerangkan bahwa Hammad, perowi hadits Muslim di atas diragukan oleh para ahli hadits dan hadits tersebut hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqosh :
Sesungguhnya A’robi berkata kepada Rasulullah “ dimana ayahku? Rasulullah menjawab: “dia di neraka”, A’robi pun bertanya kembali “dimana AyahMu?”, Rasulullah pun menjawab “sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka.“
Riwayat di atas datang tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka. Ma’mar dan Baihaqi disepakati oleh ahli hadits lebih kuat dari Hammad, sehingga riwayat Ma’mar dan Baihaqi harus didahulukan dari riwayat Hammad.
Kalau anda punya segudang dalil alasan untuk menyatakan orang tua Nabi di surga, kenapa anda memaksakan dalil orang tua Nabi di neraka. Ketika ada muslim yang memiliki orang tua kafir dan meninggal dalam keadaan kafir, pasti dia akan tersakiti hatinya ketika ada yang mengatakan orang tuanya di neraka. Lalu pantaskah ucapan ini anda arahkan kepada Nabi yang sangat mencintai anda. Gunakan nurani, jangan hanya dalil semata.

Semoga Allah memberi petunjuk pada kita semua,Aamiin

Sumber :  
Habib Muhammad bin Husein bin Anis Al Habsy

abdkadiralhamid@2015

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Orang Tua Nabi Penghuni Surga"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip