الشيخ ربيع : أقر بما جاء في هذا الملخص ولا مانع عندي من نشره، وأسأل الله أن ينفع به.
* * *
الشيخ خالد الظفيري : السؤال الآخر يا شيخنا: ما رأيكم بجعفر طالب؟
الشيخ ربيع : أرى أن جعفر قد انحرف عن منهج السلف، ولست براض عنه أبدا، وأحذر منه!
الشيخ خالد الظفيري : بارك الله فيكم. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
_________________________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وبعد :
Asy-Syaikh Khalid azh-Zhafiri :
Kami berada pada malam 16 Ramadhan. Kami menyampaikan pertanyaan kepada syaikh kami – semoga Allah menjaganya – asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali.
Setelah aku bacakan kepada beliau ringkasan nasehat yang beliau sampaikan kepada ikhwah Indonesia. Apakah anda setuju dengan isi ringkasan tersebut?
Asy-Syaikh Rabi’ menjawab:
Aku setuju dengan isi ringkasan nasehat tersebut. Tidak ada penghalang bagi saya untuk disebarkannya. Semoga Allah menjadikannya bermanfaat.
* * *
Asy-Syaikh Khalid azh-Zhafiri : Pertanyaan lain wahai syaikh, Bagaimana pendapat anda tentang Ja’far Thalib?
Asy-Syaikh Rabi’ :
Aku memandang bahwa Ja’far telah menyimpang dari manhaj salaf. Aku tidak meridhainya sama sekali. Aku mentahdzirnya!!
بارك الله فيكم. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Rekaman bisa di download di sini
Disampaikan oleh:
Qomar Su’aidi
Luqman Ba’abduh
Ruwaifi bin Sulaimi
Usamah Mahri
Ayip Syafruddin
Abdush Shamad Bawazir
Catatan:
Insya Allah pada kesempatan berikutnya akan ditampilkan penjelasan terhadap ringkasan yang telah disetujui oleh asy-Syaikh Robi’ –semoga Allah melindunginya-.
_______* * * _______
Melengkapi fatwa tentang Ja’far Umar Thalib di atas, berikut fatwa dari al-Walid asy-Syaikh al-’Allamah ‘Ubaid al-Jabiri hafizhahullah yang beliau sampaikan pada tahun 1429 H / 2008 M lalu.
Berikut terjemahannya
بسم الله الرحمن الرحيم
Dari ‘Ubaid bin ‘Abdillah al-Jabiri,
Kepada saudara : Luqman bin Muhammad Ba’abduh, Usamah bin Faishal Mahri, ‘Abdush Shamad bin Salim Bawazir, dan Qomar Su’aidi – semoga Allah menjaga mereka dan meluruskan ucapan dan amalan mereka –
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Amma Ba’d:
Telah dibacakan kepada kami surat anda tertanggal 13 Ramadhan 1429 H, demikian juga surat anda (berikutnya) tertanggal 6 Ramadhan 1429 H yang berisi tentang kritikan-kritikan terhadap Syaikh Ja’far bin ‘Umar Thalib, dilengkapi dengan lampiran-lampiran berisi bukti-bukti penguat (atas kritik-kritik tersebut).
Maka telah jelas bagiku bahwa orang ini tenggelam dalam bid’ah dan berlumuran dengannya. Yang menjadi penyebabnya adalah karena dia bergaul dengan ahlul ahwa (para pengekor hawa nafsu) dan akrab dengan mereka. Sehingga dia (Ja’far) berjalan dalam peredaran mereka (ahlul ahwa’) dan menempuh manhaj mereka. Dia tidak mengindahkan lagi hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tahdzir (peringatan) para salafush shalih dari bahaya bergaul dengan ahlul ahwa’ dan wajib memutuskan hubungan dengan mereka.
Adapun dari sunnah yang shahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam muqaddimah kitabshahih-nya (hadits no. 6) dan al-Baghawi dalam kitab Syarhus Sunnah (I/101) dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,
«سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي أُنَاسٌ يُحَدِّثُونَكُمْ مَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ، وَلَا آبَاؤُكُمْ، فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ»
“Akan ada di tengah-tengah umatku orang-orang yang menyampaikan kepada kalian sesuatu yang tidak pernah kalian dengar, tidak pernah pula didengar oleh ayah-ayah kalian. Maka berhati-hatilah kalian dari orang-orang tersebut.”
Dari penjelasan para imam sunnah adalah, ucapan yang diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam kitabnya al-Ibanah al-Kubra (no. 402) dari Ayyub as-Sakhtiyani berkata, bahwa Abu Qilabah mengatakan kepadaku, “Wahai Ayyub hafalkan baik-baik dariku 4 hal ini : – Janganlah kamu berkata tentang al-Qur`an berdasakar ra’yu-mu, – berhati-hatilah dari berbicara (tanpa ilmu) tentang takdir, – apabila disebut para shahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tahanlah lisanmu (dari mencela shahabat), – dan jangan sekali-kali kau beri kesempatan kepada ahlul ahwa’ terhadap pendengarmu, sehingga mereka dengan leluasa memasukkan pada pendengaranmu tersebut segala (kebatilan) yang mereka maukan.”
Dan contoh-contoh lainnya tentang tahdzir para imam dari bahaya ahlul ahwa’. Barangsiapa membaca kitab-kitab induk mereka (para imam tersebut) – seperti kitab al-Ibanah karya Ibnu Baththah, Syarh Ushul I’tiqad karya al-Lalikai – maka dia akan mendapatkan penjelasan yang bisa mengenyangkan orang yang kehausan dan mengobati orang yang sakit, yaitu nasehat-nasehat para imam sunnah yang sangat banyak/mutawatir dalam permalahan ini.
Yang aku nasehatkan terkait dengan Ja’far bin ‘Umar Thalib ini adalah dua hal :
Pertama, meninggalkan dan memutuskan hubungan dengannya, dan waspada terhadapnya diiringi tahdzir (peringatan) terhadap umat dari bahayanya. Sampai dia benar-benar bertaubat dari kesalahan-kesalahan yang ia dikritik karenanya, dan baik taubatnya, serta dia memutuskan hubungan dengan ahlul bida’.
Kedua, membantah semua kesesatan-kesesatannya – baik kesesatan yang tersebut dalam lampiran-lampiran bukti dalam dua surat (yang anda kirimkan kepada saya), ataupun kesesatan lainnya – dengan bantahan ilmiah, prinsipil, dan tegak di atas dalil-dalil dari al-Kitab dan as-Sunnah serta penjelasan para imam, sehingga (dengan bantahan tersebut) dapat diketahui kesesatan orang ini dan tersingkaplah (kedoknya) di hadapan orang-orang yang selama ini tertipu dengannya. Hendaknya bantahan tersebut dilakukan oleh para penuntut ilmu yang kokoh keilmuannya dan mendapat rekomendasi dari para masyaikh yang terpercaya. Kemudian bantahan tersebut hendaknya disebarkan melalui media-media yang bisa diketahui oleh segenap salafiyyin di negeri kalian.
Hanya kepada Allah aku memohon agar Dia menjaga kami dan kalian, serta menjaga seluruh Ahlus Sunnah di setiap tempat dari tipu daya dan makar para musuh.
وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saudaramu fillah : ‘Ubaid bin ‘Abdillah bin Sulaiman al-Jabiri
Mantan Dosen di al-Jami’ah al-Islamiyyah
Ditulis Dhuha hari Ahad, 13 Syawwal 1429 H / 12 Oktober 2008 M
(stempel ‘Ubaid al-Jabiri)
catatan : Hingga kini kita belum mendapatkan bukti kesungguhan taubat Ja’far Umar Thalib. Sikapnya belum menunjukkan perubahan yang berarti. Ja’far Umar Thalib tetap pada penyimpangan-penyimpangannya walaupun pernah menyatakan taubat. Allahul Musta’an. Oleh karena itu asy-Syaikh Rabi’ mengatakan, “Aku memandang bahwa Ja’far telah menyimpang dari manhaj salaf. Aku tidak meridhainya sama sekali. Aku mentahdzirnya!!” sebagaimana keterangan di atas
http://salafy.or.id/blog/2013/09/27/nasehat-asy-syaikh-al-allamah-rabi-bin-hadi-al-madkhali-hafizhahullah-terhadap-beberapa-masalah-manhajiyyah-di-indonesia/
abdkadiralhamid@2015
abdkadiralhamid@2015
syukron
BalasHapus