Didalam cara kita mendidik anak-anak, maka ada tahapan-tahapan yang harus dilewati dan dengan cara-cara yang berbeda. Oleh karena itu, penting kiranya untuk kita mengetahuinya, bagaimana tahapan-tahapan anak dan cara pendidikannya, sebagaimana berikut:
1. Umur anak-anak 0-4 tahun.
Rosulullah SAW memerintahkan kita untuk memanjakannya, mengasihinya dan menyayanginya dengan kasih saying yang tidak terbatas dan sempurna. Berikan kasih saying kepada mereka tanpa adanya perbedaan sikap kepada mereka. Dan pada tahapan ini, hendaknya kita tidak boleh menggunakan cara mendidik berupa pemukulan jika mereka melakukan sebuah kesalahan. Tapi cukup dengan cara menegur dan memberitahukan memberitahukan mana yang benar untuk dilakukan oleh anak tersebut. Karena dalam tahapan tersebut anak-anak butuh menerima secara pskiater untuk mendapatkan teguran berupa pukulan. Hal itu tidak berguna bahkan membahayakan. Sehingga jika itu ditentang, biasanya anak ketika besar nanti dia akan menjadi anak yang minder dan mempunyai sifat pendendam. Na’udzubillah…
2. Umur 7-14 tahun.
Pada tahapan ini kita diperintahkan oleh Nabi SAW untuk menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dan tanggung jawab. Sebagaimana hal itu diperintahkan oleh Nabi SAW dalam hadits berikut ini:
Dari sahabat Amr bin Abdullah bin Ash RA bahwasanya Nabi SAW bersabda: perintahkanlah anak-anakmu untuk melaksanakan sholat ketika mereka berumur 7 tahun dan pukullah mereka ketika tidak melaksanakan sholat ketika berumur 10 tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka antara yang laki-laki dan perempuan dalam umur tersebut.
Maka jika kita renungkan dan cermati hadits tersebut di atas, kita dapatkan beberapa kandungan arti. Yang pertama adalah hendaknya yang menjadi beban dari pada kedua orang tua dari anak adalah urusan akhirat mereka dan bukan hanya urusan akhirat mereka. Sehingga yang harusnya mereka teliti dan mereka telusuri adalha urusan akhirat baru kemudian urusan dunia. Sebagaimana hal itu telah dikatakan oleh Nabi SAW. Berbeda dengan kita sekarang ini. Tatkala kita masuk atau datang ke rumah kita, kita bertanya kepada istri kita, “Apakah anak-anak sudah makan? Apakah anak-anak sudah melaksanakan tugas mereka atau PR mereka?” Dan lain sebagainya. Dan jarang sekali diantara kita yang kemudian bertanya kepada istri kita tatkala datang ke rumah, “Apakah anak-anak sudah sholat? Apakah anak-anak sudah mengaji Al-Qur’an?” Bahkan terkadang ada orang tua yang membangunkan anaknya setelah keluar sudah waktu subuh. Dan itu pun membangunkan ereka bukan untuk keperluan sholat subuh yang sudah lewat waktunya, akan tetapi untuk supaya tidak terlambat sekolahnya. Bukankah ini suatu yang kontradiktif dengan apa yang diajarkan oleh Rosulullah SAW? Dan semoga setelah ini kita merubah kebiasaan kita berkaitan dengan anak-anak dengan kita memperhatikan urusan akhirat mereka ketimbang urusan dunia mereka. Kedua, dalam hadits tersebut di atas mengandung sebuah arti untuk menerapkan nilai kedisiplinan kepada anak-anak kita. Dimana mereka harus disiplin untuk melaksanakan perintah Allah tepat pada waktunya dan tidak boleh terlambat. Ketiga, dalam hadits tersebut terkandung makna nilai-nilai pertanggung jawaban. Artinya tatkala mereka berbuat sesuatu yang melanggar sebuah perintah atau suatu kewajiban, maka dia harus siap mempertanggungjawabkannya sebagaimana maqolah berkata, “Berani berbuat, berani bertanggung jawab.” Oleh Karena itu Nabi SAW memerintahkan kepada orang tua tatkala mereka meninggalkan sholat 5 waktu. Begitu pula kewajiban-kewajiban lainnya yang harus ditanamkan dan dibiasakan kepada anak-anak seperti puasa, berkata jujur, berakhlaq yang baik dan sebagainya, maka hendaknya orang tua tersebut memukulnya. Walaupun pemukulan itu ada syarat-syaratnya dan bukan secara mutlak, seperti nanti yang akan kita bahas di bab berikutnya. Yang keempat, Terkandung dalam hadits tersebut makna kewaspadaan dengan Nabi SAW memerintahkan supaya anak laki dan anak wanita dipisahkan. Agar mereka waspada dan membiasakan agar waspada terhadap fitnah-fitnah yang dihembuskan oleh syetan melalui dinia maupun perempuan dan tidak terbiasa untuk berkumpul dan bergaul dengan para wanita. Yang semua itu tujuannya untuk menjaga keimanan dan ketaqwaan anak tersebut dari pada fitnah perempuan. Dan juga memberikan wawasan kewaspadaan kepada anak itu agar menjauhi segala macam bisikan-bisikan syetan serta godaan-godaan hawa nafsu.
3. Umur anak-anak 15-21 tahun.
Pada umur sekian, para remaja telah tumbuh di dalam dirinya jiwa pemberontakan. Sehingga sebaiknya kedua orang tua mengadakan pendekatan yang bersifat perkawanan dengan mengajak mereka untuk berdiplomasi, berdiskusi, memperbincangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang membahayakan dan sesuatu yang bermanfaat. Sehingga mereka akan lebih tahu dan lebih mengerti maksud dan tujuan mengapa hal itu dilarang oleh orang tua. Dan itu akan lebih baik dari pada kita menerapkan pemukulan atau kekerasan yang berhubungan dengan anak tersebut. Karena yang semacam itu akan menyebabkan anak tersebut memberonytak dan berani kepada orang tuanya dengan melawan kepada mereka atau justru mereka akan minggat dari rumah. Dan yang semacam itu dikarenakan kesalahan dalam penerapan pendidikan kepada mereka. Oleh karenanya, pada masa-masa ini hendaknya lebih dikedepankan pendekatan perkawanan, diplomasi, dialog dan pendekatan ilmiah.
4. Umur anak-anak 21 lebih.
Seharusnya pada tahapan ini atau pada massa ini, kedua orang tuaa telah memberi kepercayaan sepenuhnya kepada anak-anak dengan memberikan kebebasan kepada mereka untuk memutuskan sendiri apa yang diinginkannya. Sehingga hal itu dapat menumbuhkan percaya diri dalam dirinya dan mampu untuk mengatasi segala macam permasalahannya. Karena pada saat itu adalah masa-masa dia boleh memimpin dan melakukan sebuah perkawinan. Sehingga dia boleh menjadi pemimpin yang baik dari istrinya dan anak-anaknya.
Itulah empat tahapan secara umum dari pada tahapan-tahapan pendidikan anak pada usia-usia tersebut.
Sumber : http://alhabibsegafbaharun.com/
abdkadiralhamid@2015
0 Response to "Mendidik Anak Cara Rasulullah SAW"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip