Permasalahan Nasab Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari
Telah banyak
beredar di Kalimantan, nasab dari Syeikh
Muhammad Arsyad al Banjari (Datuk Kelampayan) dalam berbagai versi, tidak
kurang dari 10 (sepuluh) versi. Pada umumnya merujuk kepada Keluarga al Aydrus
( salah satu keluarga Alawiyyin). Bahkan di antaranya ada yang merujuk kepada
al Habib Abu Bakar al Adeni bin Abdullah al Aydrus yang nasabnya jelas-jelas inqarodh
(punah) disebutkan dalam Kitab asy Syamsu az Zahirah hal. 98. Namun berbagai
upaya pemalsuan ini telah terbantahkan dalam Ilmu Nasab yang shohih, beberapa
kitab dan catatan nasab yang dengan izin Allah SWT menjadi penyebab terjaganya
kemurnian nasab/silsilah keturunan Rasulullah SAW sampai hari kiamat.
Al Imam Abdullah Ibn Mubarak mengatakan dalam Ilmu Hadits
: "Kalau bukan sanad, siapapun bisa mengatakan ini hadits Nabi, ini dari Nabi”.
Maka Ilmu Nasab ini juga ada beberapa kesamaan dengan Ilmu Hadits, terutama
Hadits Rasulullah maupun Dzurriyat adalah sama-sama peninggalan beliau. Maka
dikatakan :
“Kalau bukan nasab, siapapun bisa mengatakan ini keturunan Nabi, ini dari Nabi”.
Rasulullah SAW bersabda : “Semua hubungan asal-usul,
nasab dan shihr (kerabat melalui perkawinan) akan terputus pada hari kiamat,
kecuali asal-usul, nasab, dan shihr-ku”.
Susunan nasab yang banyak dicatut dan beredar adalah sebagai
berikut :
1. al Habib Abdullah bin Abu Bakar al Aydrus al Akbar (lahir tahun 811 H dan wafat tahun 865 H. Dari
beliau ini asal-usul al Aydrus)
2. al Habib Syaikh (lahir 850 w. 919 H)
3. al Habib Abdullah (lahir 887 w. 944 H)
4. al Habib Husein
5. al Habib Ahmad ash Sholabiyyah (lahir di Tarim 970
H. wafat 1048)
6. al Habib Abu Bakar al Hindi (ada dalam ta’liq/catatan
kaki Habib Muhammad Dhiya’ Shahab pada Kitab asy Syamsu az Zahirah hal. 101)
7. Abdullah (tidak ada dalam catatan/buku nasab
Alawiyyin di Hadhramaut maupun di India)
8. Sultan Abdur Rasyid Mindanao??
9. Abu Bakar
10. Abdullah
11.Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari (Datuk
Kelampayan)
Al Habib Abubakar al Hindi atau bil
Hindi (tinggal di India) disebutkan dengan jelas di dalam Kitab asy Syamsu az Zahirah, namun tidak ada dalam
fakta sejarah manapun punya anak bernama Abdullah. Sehingga aneh sekali kalau sekarang ada
orang yang berani menisbahkan keturunan kepada beliau. Sungguh ini pemalsuan
nasab yang nyata.
Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari adalah seorang ulama besar yang hidup sekitar tahun 1122-1227 H, dan banyak berjasa atas perkembangan Islam di Kalimantan. Sehingga beliau tentu sangat mengenal asal-usul keluarganya. Namun tidak pernah ada dalam catatan sejarah bahwa beliau telah mendakwakan dirinya dari keturunan al Aydrus atau keturunan Habaib lainnya. Di Zamannya beliau banyak sekali bergaul dengan ulama, para fuqaha dan para ahli nasab, namun tidak pernah ada dalam catatan ahli nasab tsiqah, yang mengatakan bahwa beliau ini berasal dari keluarga al Aydrus ataupun yang lain. Lalu apakah orang-orang yang ada belakangan lebih mengetahui dan lebih alim tentang nasabnya dari Syaikh Muhammad Arsyad sendiri??
Jadi aneh sekali kalau beliau tidak mau menunjukkan
nasabnya. Lalu kalau ada sebagian orang berkata mungkin karena sikap tawadhu’,
sehingga menyembunyikan nasabnya. Maka itu jelas bukan sikap tawadhu’ yang benar dalam pandangan agama,
karena hanya akan menimbulkan kerancuan bagi nasab keturunannya. Bahkan
Rasulullah SAW sendiri bangga dengan nasabnya. Karena bangga itu dibolehkan sebagai
motivasi, selama tidak ditujukan untuk menyombongkan diri. Dalam satu
kesempatan Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail
dari anak keturunan Ibrahim, memilih Kinanah dari anak keturunan Ismail,
memilih Quraisy dari anak keturunan Bani kinanah, memilih Bani Hasyim dari
keturunan Quraisy, dan memilihku dari Bani Hasyim”.
(Shahih Muslim dan Sunan
Tirmidzi).
Hadits seperti ini banyak sekali dalam kitab-kitab Hadits.
Atau ada juga
berpendapat mungkin beliau takut dengan Belanda, itu juga mustahil bagi ulama
besar seperti beliau, karena banyak juga Habaib yang hidup pada zaman Belanda
tapi tidak menyembunyikan nasabnya, bahkan dengan gagah berani ikut berperang melawan penjajah Belanda.
Kemudian ditinjau dari sisi ilmu nasab sebagai berikut
:
Susunan
nasab ini adalah dari keluarga al Aydrus as Sholabiyah
yang sangat terkenal. Apalagi pada masa itu telah lahir dari keluarga
ini
seorang wali yang masyhur, yaitu al Habib Ali Shohibus “Surrat” (wafat
di
Surrat, India tahun 1131 H.) bin Abdullah (lahir 1002 H. wafat 1053 H.)
bin
Ahmad bin Husein ash Sholabiyyah. Dan di antara keturunannya yang
masyhur juga, dan hidup sezaman dengan pengarang kitab asy Syamsu az
Zahirah al Habib
Abdurrahman bin Muhammad al Masyhur, yaitu al Habib Hasan bin ‘Alawi ash
Sholabiyyah (1307 H.).
Dari data nasab Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari ini, yang menjadi jelas kepalsuannya adalah nama Abdullah bin Abu Bakar al Hindi bin
Ahmad ash Sholabiyah. Maka dengan ini penisbahan kepada keluarga al Aydrus dari
jalur ini jelas tertolak secara mutlak dalam Ilmu Nasab.
Berbagai usaha pemalsuan nasab ini tentu patut kita sayangkan, mungkin di antara mereka ada juga beralasan dengan prasangkanya (syak/zhon), kemungkinan beliau keturunan Nabi, karena banyak keturunannya menjadi ulama. Ini juga telah terbantahkan, karena banyak sekali keluarga besar yang menjadi ulama dan mereka bukan dari kalangan Habaib, seperti keluarga Bafadhal, al Khotib, Basaudan dan lain-lain di Hadhramaut. Sebagaimana banyak pula ulama-ulama besar, para Imam Madzhab, Muhadditsiin, dan tokoh-tokoh Sufi yang bukan berasal dari keturunan Rasulullah SAW, bahkan mereka berasal dari keturunan 'ajam (non Arab). Selain itu juga masih banyak contoh ulama-ulama besar yang lain, tapi mereka tidak pernah menisbahkan diri kepada Baitun Nubuwwah .
Berbagai usaha pemalsuan nasab ini tentu patut kita sayangkan, mungkin di antara mereka ada juga beralasan dengan prasangkanya (syak/zhon), kemungkinan beliau keturunan Nabi, karena banyak keturunannya menjadi ulama. Ini juga telah terbantahkan, karena banyak sekali keluarga besar yang menjadi ulama dan mereka bukan dari kalangan Habaib, seperti keluarga Bafadhal, al Khotib, Basaudan dan lain-lain di Hadhramaut. Sebagaimana banyak pula ulama-ulama besar, para Imam Madzhab, Muhadditsiin, dan tokoh-tokoh Sufi yang bukan berasal dari keturunan Rasulullah SAW, bahkan mereka berasal dari keturunan 'ajam (non Arab). Selain itu juga masih banyak contoh ulama-ulama besar yang lain, tapi mereka tidak pernah menisbahkan diri kepada Baitun Nubuwwah .
Kemudian
yang menambah keraguan dalam
masalah ini juga adalah tidak adanya pemakaian nama yang lazim dalam
penisbahan nasab ini, karena penisbahan kepada Keluarga al Aydrus oleh
oknum pemalsu nasab hanya dikenal
baru-baru ini. Seperti nama Abdul Rasyid adalah nama yang tak pernah di
gunakan
oleh keluarga Al Aydrus dari dulu hingga sekarang, gelar Al Hindi
bermakna
orang india, Mindanao berasal dari kepulauan Mindanao Philipina, al
Banjari
adalah orang yang berasal dari Banjar. Biasanya seorang Sayyid itu
meletakkan
nama fam (marga) namanya bersamaan dengan asalnya.
Kemudian sekitar tahun 2013 ada lagi pemalsuan nasab Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari versi terbaru, yang ditulis oleh Abdus Salam, sebagaimana dimuat dalam manaqib kakeknya yang beredar di Nagara, HSS, Kalsel. Di sini disebutkan, bahwa nasab beliau bersambung dengan Sayyid Abu Bakar yang bergelar Sultan Sharif ul Hashim (Sultan Sulu Pertama). Ada kesan nasab ini sangat dipaksakan.
Perlu diketahui bahwa Sultan Sharif ul hashim berdasarkan data sejarah Kesultanan Sulu, beliau lahir sekitar tahun 1405 M, kemudian menjadi Sultan Sulu sekitar tahun 1450-1480, kemudian diteruskan oleh putra tertuanya Sultan Kamal ud-Din yang memerintah 1480-1505.
Kemudian sekitar tahun 2013 ada lagi pemalsuan nasab Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari versi terbaru, yang ditulis oleh Abdus Salam, sebagaimana dimuat dalam manaqib kakeknya yang beredar di Nagara, HSS, Kalsel. Di sini disebutkan, bahwa nasab beliau bersambung dengan Sayyid Abu Bakar yang bergelar Sultan Sharif ul Hashim (Sultan Sulu Pertama). Ada kesan nasab ini sangat dipaksakan.
Perlu diketahui bahwa Sultan Sharif ul hashim berdasarkan data sejarah Kesultanan Sulu, beliau lahir sekitar tahun 1405 M, kemudian menjadi Sultan Sulu sekitar tahun 1450-1480, kemudian diteruskan oleh putra tertuanya Sultan Kamal ud-Din yang memerintah 1480-1505.
Tertulis pada halaman 1-2 dalam buku manaqib karangan Abdus Salam tersebut :
........... Syekh Muhammad Arsyad Albanjari
yang berkubur di Kalampayan Martapura bin Syekh Abdush Shamad (kuat
dugaan bahwa ketika hijrah dari Philiphin ke pulau Borneo berganti nama
menjadi Abdullah) yang berkubur di Desa Lok Gabang Martapura bin Syekh
Abdurrahman (belum alfaqier ketahui di mana kuburnya, kemungkinan besar
di pulau Sulu Philiphin) bin Sayyid Abu Bakar seorang ulama di Brunei
yang kemudian menjadi sultan pertama di Kerajaan Sulu Philiphin dan
bergelar Syariful Hasyim.......dan seterusnya.
Secara rinci susunan nasabnya sebagai berikut:
- Sultan Sharif ul-Hashim (1405-1480)
- Syekh Abdurrahman
- Syekh Abdush Shamad
- Syekh Muhammad Arsyad al banjari (lahir di Lok Gabang, 17 Maret 1710 – meninggal di Dalam Pagar, 3 Oktober 1812).
Dari
nasab versi Abdus Salam ini jelas sekali kebodohannya, apakah masuk
akal, dalam rentang waktu 300 tahun lebih, dari tahun kelahiran Sultan
Sharif ul-Hashim 1405 M sampai kelahiran Syekh Muhammad Arsyad al
banjari 1710 M hanya menurunkan 3 generasi??
Lalu apakah setelah ini dia akan beralasan salah cetak atau mencari nama-nama palsu lagi agar terkesan lebih "lengkap"? Ataukah ada usaha pemalsuan nasab lain lagi? Apakah dia tidak malu mempermainkan nasab Datuk Kelampayan, terlebih nasab Baginda Nabi SAW?
Sungguh sangat disayangkan ada pemalsuan-pemalsuan seperti ini, yang telah dilakukan oleh oknum-oknum yang gila hormat, mereka mengira akan mengangkat kehormatan keturunan Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari, padahal inilah pelecehan terhadap beliau. Meskipun mereka menjadi mulia di mata orang-orang jahil di dunia ini, akan tetapi akan menjadi hina dan terlaknat di akhirat.
Di antara mereka ada juga yang mendukung hal ini karena terbuai akan meningkatnya status dari keturunan ulama, lalu menjadi keturunan Nabi (Habib). Dan orang-orang awam bodoh, yang tidak mengerti Nasab Alawiyyin pun ikut menyebarkan nasab-nasab palsu ini, dan akhirnya juga menanggung dosa dari pemalsuan ini.
Lalu apakah setelah ini dia akan beralasan salah cetak atau mencari nama-nama palsu lagi agar terkesan lebih "lengkap"? Ataukah ada usaha pemalsuan nasab lain lagi? Apakah dia tidak malu mempermainkan nasab Datuk Kelampayan, terlebih nasab Baginda Nabi SAW?
Sungguh sangat disayangkan ada pemalsuan-pemalsuan seperti ini, yang telah dilakukan oleh oknum-oknum yang gila hormat, mereka mengira akan mengangkat kehormatan keturunan Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari, padahal inilah pelecehan terhadap beliau. Meskipun mereka menjadi mulia di mata orang-orang jahil di dunia ini, akan tetapi akan menjadi hina dan terlaknat di akhirat.
Di antara mereka ada juga yang mendukung hal ini karena terbuai akan meningkatnya status dari keturunan ulama, lalu menjadi keturunan Nabi (Habib). Dan orang-orang awam bodoh, yang tidak mengerti Nasab Alawiyyin pun ikut menyebarkan nasab-nasab palsu ini, dan akhirnya juga menanggung dosa dari pemalsuan ini.
Tapi syukurlah di antara keturunan Syaikh Muhammad
Arsyad al Banjari, masih banyak orang-orang yang mau meneladani
datuknya sebagai orang yang bertakwa, takut kepada Allah SWT dan menolak
pemalsuan nasab ini. Mereka inilah orang yang takut dengan ancaman Allah SWT
melalui lisan Rasulullah SAW :
“Tidaklah seseorang mendakwakan kepada selain ayahnya sedangkan dia mengetahuinya kecuali dia telah kafir, barangsiapa yang mendakwakan kepada suatu kaum sedangkan dia tidak memiliki nasab dari mereka, maka hendaklah dia memesan tempatnya dalam neraka.” – (Bukhari – 3508)
“Barangsiapa yang menisbatkan dirinya kepada selain ayahnya,
maka baginya laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya”. – [HR Ibnu Majah (2599).
NB. Untuk informasi selengkapnya silahkan merujuk ke Maktab ad Daimi/Rabithah 'Alawiyyah Pusat - Jakarta.
NB. Untuk informasi selengkapnya silahkan merujuk ke Maktab ad Daimi/Rabithah 'Alawiyyah Pusat - Jakarta.
abdkadiralhamid@2015
Syekh muhammad arsyad al banjari menyembunyikan nasabnya karna pd waktu penjajahan belanda siapa yg bergelar habib pasti akan dibunuh.
ReplyDeleteSilsilah Datu Kelampayan atau Syekh Muhammad Arsyad Al'Banjari ada tercatat di Lembaga resmi Robithah Alawiah dijakarta, tp disana nama Beliau "Sayyid Ja'far Al'Aydrus" . Dan sebagian ulama ada yg menceritakan tdk akan mencapai / mampu menyandang pangkat Wali Qutub melainkan haba'ib / keturunan Rasulullah, bila org jaba tdk akan sanggup, kecuali Al'imam Ghazali itupun Beliau sanggup 3 hari ja nyandang wali qutub. :-)
ReplyDeleteBnr skli admin artikel ini hanya menunjukkan isi hatinya yg kotor sj
DeleteBnr skli admin artikel ini hanya menunjukkan isi hatinya yg kotor sj
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMasya Allah
ReplyDelete