Kisah Pemuda Yang Gemar Mengadakan Peringatan Maulid Nabi
Dalam kitab Ianatut Tholibin dikisahkan seorang pemuda
yang gemar mengadakan peringatan maulid nabi. Sebagai berikut:
)وَحُكِيَ) أَنَّهُ كَانَ فِيْ زَمَانِ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
هَارُوْنَ الرَّشِيْدِ شَابٌّ فِي الْبَصْرَةِ مُسْرِفٌ عَلَى نَفْسِهِ وَكَانَ
أَهْلُ الْبَلَدِ يَنْظُرُوْنَ إِلَيْهِ بِعَيْنِ التَّحْقِيْرِ لِأَجْلِ
أَفْعَالِهِ الْخَبِيْثَةِ غَيْرَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَدِمَ شَهْرُ رَبِيْعِ
الْأَوَّلِ غَسَلَ ثِيَابَهُ وَتَعَطَّرَ وَتَجَمَّلَ وَعَمِلَ وَلِيْمَةً
وَاسْتَقْرَأَ فِيْهَا مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَدَامَ عَلَى هَذَا الْحَالِ زَمَانًا طَوِيْلًا ثُمَّ لَمَّا مَاتَ سَمِعَ أَهْلُ الْبَلَدِ هَاتِفًا يَقُوْلُ
اُحْضُرُوْا يَا أَهْلَ الْبَصْرَةِ وَاشْهَدُوْا جَنَازَةَ وَلِيٍّ مِنْ
أَوْلِيَاءِ اللهِ فَإِنَّهُ عَزِيْزٌ عِنْدِيْ فَحَضَرَ أَهْلُ الْبَلَدِ
جَنَازَتَهُ وَدَفَنُوْهُ فَرَأَوْهُ فِي الْمَنَامِ وَهُوَ يَرْفُلُ فِيْ حُلَلِ سُنْدُسٍ
وَاِسْتَبْرَقٍ فَقِيْلَ لَهُ بِمَ نِلْتَ هَذِهِ الْفَضِيْلَةَ قَالَ
بِتَعْظِيْمِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya: Diceritakan,
pada zaman Amirul Mukminin Harun Ar-Rasyid ada seorang anak muda di kota Bashrah.
Ia melewati batas dalam perbuatannya (ugal-ugalan), sehingga penduduk kota
Bashrah menatapnya dengan pandangan merendahkan karena perbuatannya yang buruk,
hanya saja jika setiap kali masuk bulan Rabiul Awal ia selalu mencuci baju yang
dikenakannya, memakai wewangian, berhias diri. Ia membuat walimah dan minta
agar dibacakan Maulid Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam begitu dan
begitulah setiap ia masuk bulan Rabiul Awal.
Kemudian ketika
kematian menjemput anak muda tersebut, penduduk kota Bashrah mendengar suara
tanpa rupa, berkata: “Wahai penduduk Bashrah, hadirilah dan saksikanlah
jenazah wali diantara wali-wali Allah SWT, karena dia menurutku adalah orang
yang mulia”.
Maka penduduk
kota Bashrah pun menghadiri jenazahnya dan menguburnya dengan baik.
Kemudian mereka
bermimpi bertemu dengan anak muda tsb, dia berada didalam kenikmatan besar, Dia
berpakaian sutera, lalu dia ditanyai “Dengan apa engkau mendapat kehormatan ini
semua ?” dia menjawab “Berkat mengagungkan kelahiran baginda Nabi Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam”. Wallaahu A’lam.
Dinukil oleh Ust. Abdulloh Afif dari Kitab I’anatuththalibin juz 3 halaman 365.
Sumber : http://qosimaly.blogspot.com/
Sungguh bermanfaat blog ini dengan kisah2 tauladan dan ilmu yang bermanfaat. Semoga Allah swt membalas tuan punya blog ini dengan rahmat dan keampunan yang berkekalan hingga ke jannah. Terimakasih
ReplyDelete