Pada thn 1930an, waktu berumur 20thn, Shaykh Sayyid Shaleh al-Ja’fari
meninggalkan kampung halamannya di utara sudan menuju kairo untuk
belajar di al Azhar, dan disana beliau menghabiskan seluruh hidupnya,
Ia memperoleh 'gelar Alimiyya setelah belajar dua belas tahun, dan kemudian menjadi guru dan imam di Masjid Azhar.
Ibu beliau yang penuh kasih berhenti memasak makanan kesukaannya saat dia pergi, dan mengatakan: "aku tidak suka makan dan memasak makanan yang anakku tercinta sukai, sewaktu ia tidak hadir".
Ketika Syaikh Shaleh lulus dari Azhar dan mulai bekerja di sana, ibunya memintanya untuk mengirimnya bagian dari gajinya, bukan karena ia membutuhkannya, tetapi untuk bersukacita pada kenyataan bahwa anaknya telah lulus dan bahwa dia mendapat gaji dari mana ia akan menghabiskan pada keluarganya. Syaikh mengirim 50 persen setiap bulan dari gaji yang 3 pound dan 75 pence.
Syaikh menyerahkan seluruh waktunya untuk mengajar di Azhar, dan melewati hidup di dalamnya, tidak pernah meninggalkan Azhar kecuali untuk Haji dan Umrah, atau mengunjungi Ahlul Bayt dan Awliya Allah.
Pada tahun 1952 Syaikh Sayyid Shaleh pergi berhaji untuk pertama kalinya. Di sana, ia memegangj Ka'bah dan meminta Allah (Yang Maha dermawan) untuk memberkati dan mengizinkan dia dengan haji setiap tahun, dan Allah menjawab doa-Nya. Setelah itu, Syekh Saleh pergi haji setiap tahun, total 27 kali, sampai ia meninggal.
Ada satu tahun, dimana, pada tahun 1962, ketika Staikh tidak bisa pergi haji. Tahun itu, keadaan politik dan keamanan tidak memungkinkan dia melakukan perjalanan dari Kairo ke Hijaz, jadi dia pergi ke Sudan untuk mencoba melakukan perjalanan dari sana sebagai gantinya. Namun, tetap ada halangan yang mencegah dia dari bepergian ke Hijaz dari Sudan juga, berbagai upaya dilakukan tapi tetap temui jalan buntu, jadi pada akhirnya beliau pergi ke kampung halamannya di Dongola untuk menghabiskan Idul Adha bersama keluarganya.
Ibunya berkata kepadanya: "maafkan aku nak, tapi Bagaimana engkau bisa pergi haji tahun ini dan meninggalkan aku?, ketika aku telah membeli seekor domba tahun lalu untuk niat korban dan aku telah meminta Allah Ta'Ala, agar anak ku, Syaikh Saleh, ikut makan dan mencicipi masakan hewan korban itu ?!".
Pernah Ketika Syaikh Sayyid Shaleh Al Ja'fari masih menjadi seorang mahasiswa di al Azhar, dia punya seorang guru yang buta, guru ini memiliki seorang anak lelaki kecil yang selalu menuntun beliau berjalan dari rumahnya ke Masjid Azhar pulang pergi. Suatu ketika guru cendekiawan ini kehilangan anaknya, dan keluarganya mencari anak itu selama tiga hari tanpa bisa menemukannya.
Ketika Syaikh Shalih mendengar ini beliau pergi bertemu gurunya, guru itu berkata, "Anakku telah hilang, duhai Shaleh!"
Mendengar ini Syaikh Shaleh mengambil tangan gurunya dan menyuruhnya bersama mereka melafalkan firman Allah :
وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ
dan Ia Maha Kuasa menghimpunkan (mengumpulkan) mereka semuanya apabila Ia kehendaki
(42:29)
Mereka guru dan murid membaca ayat itu berulang ulang dan sebelum berhenti, anak kecil yang telah tiga hari pergi itu atas izin Allah pulang kembali dan muncul dihadapan ayahnya dan Syaikh Sayyid Shaleh Al Ja'fari Rahimahullah...
abdkadiralhamid@2015
Ia memperoleh 'gelar Alimiyya setelah belajar dua belas tahun, dan kemudian menjadi guru dan imam di Masjid Azhar.
Ibu beliau yang penuh kasih berhenti memasak makanan kesukaannya saat dia pergi, dan mengatakan: "aku tidak suka makan dan memasak makanan yang anakku tercinta sukai, sewaktu ia tidak hadir".
Ketika Syaikh Shaleh lulus dari Azhar dan mulai bekerja di sana, ibunya memintanya untuk mengirimnya bagian dari gajinya, bukan karena ia membutuhkannya, tetapi untuk bersukacita pada kenyataan bahwa anaknya telah lulus dan bahwa dia mendapat gaji dari mana ia akan menghabiskan pada keluarganya. Syaikh mengirim 50 persen setiap bulan dari gaji yang 3 pound dan 75 pence.
Syaikh menyerahkan seluruh waktunya untuk mengajar di Azhar, dan melewati hidup di dalamnya, tidak pernah meninggalkan Azhar kecuali untuk Haji dan Umrah, atau mengunjungi Ahlul Bayt dan Awliya Allah.
Pada tahun 1952 Syaikh Sayyid Shaleh pergi berhaji untuk pertama kalinya. Di sana, ia memegangj Ka'bah dan meminta Allah (Yang Maha dermawan) untuk memberkati dan mengizinkan dia dengan haji setiap tahun, dan Allah menjawab doa-Nya. Setelah itu, Syekh Saleh pergi haji setiap tahun, total 27 kali, sampai ia meninggal.
Ada satu tahun, dimana, pada tahun 1962, ketika Staikh tidak bisa pergi haji. Tahun itu, keadaan politik dan keamanan tidak memungkinkan dia melakukan perjalanan dari Kairo ke Hijaz, jadi dia pergi ke Sudan untuk mencoba melakukan perjalanan dari sana sebagai gantinya. Namun, tetap ada halangan yang mencegah dia dari bepergian ke Hijaz dari Sudan juga, berbagai upaya dilakukan tapi tetap temui jalan buntu, jadi pada akhirnya beliau pergi ke kampung halamannya di Dongola untuk menghabiskan Idul Adha bersama keluarganya.
Ibunya berkata kepadanya: "maafkan aku nak, tapi Bagaimana engkau bisa pergi haji tahun ini dan meninggalkan aku?, ketika aku telah membeli seekor domba tahun lalu untuk niat korban dan aku telah meminta Allah Ta'Ala, agar anak ku, Syaikh Saleh, ikut makan dan mencicipi masakan hewan korban itu ?!".
Pernah Ketika Syaikh Sayyid Shaleh Al Ja'fari masih menjadi seorang mahasiswa di al Azhar, dia punya seorang guru yang buta, guru ini memiliki seorang anak lelaki kecil yang selalu menuntun beliau berjalan dari rumahnya ke Masjid Azhar pulang pergi. Suatu ketika guru cendekiawan ini kehilangan anaknya, dan keluarganya mencari anak itu selama tiga hari tanpa bisa menemukannya.
Ketika Syaikh Shalih mendengar ini beliau pergi bertemu gurunya, guru itu berkata, "Anakku telah hilang, duhai Shaleh!"
Mendengar ini Syaikh Shaleh mengambil tangan gurunya dan menyuruhnya bersama mereka melafalkan firman Allah :
وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ
dan Ia Maha Kuasa menghimpunkan (mengumpulkan) mereka semuanya apabila Ia kehendaki
(42:29)
Mereka guru dan murid membaca ayat itu berulang ulang dan sebelum berhenti, anak kecil yang telah tiga hari pergi itu atas izin Allah pulang kembali dan muncul dihadapan ayahnya dan Syaikh Sayyid Shaleh Al Ja'fari Rahimahullah...
abdkadiralhamid@2015
0 Response to "Shaykh Sayyid Shaleh al-Ja’fari"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip