Assalaamu 'Alaikum Wa Rohmatullaahi Wa
Barokaatuh ...
Bismillaah Wal Hamdulillaah ...
Wash-sholaatu Was-salaamu 'Alaa
Rasuulillaah ...
Wa 'Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Man
Waalaah ...
Imam Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
rhm (wafat : 1.132 H) dalam kitab "Tatsbiitul Fu-aad" membahas tuntas
tentang sikap Kaum Roofidhoh (-Jamaknya : Rowaafidh-) yang selalu melecehkan
Shahabat Nabi SAW dengan "dalih" membela Ahli Bait Nabi SAW, dan Kaum
Naashibah (-Jamaknya : Nawaashib-) yang sering melecehkan Ahli Bait Nabi SAW
dengan "dalih" membela Shahabat Nabi SAW.
Dan dalam juz 2 halaman 227 kitab
tersebut, Imam Al-Haddad rhm menyatakan tentang Roofidhoh dan Naashibah :
" بعرة مقسومة نصفين "
"Kotoran
Unta yang dibelah dua."
"Roofidhoh" dan "Nawaashib"
adalah musuh bebuyutan, sepanjang sejarah tidak pernah akur, bagaikan air dan
minyak, tidak pernah bisa bersatu. Satu sama lainnya saling mengkafirkan,
bahkan hingga kini kedua belah pihak saling bernafsu untuk memerangi dan
membunuh pihak lainnya.
Lihat saja "Konflik Berdarah"
di Iraq dan Syria saat ini, yang telah menjadi "Tragedi Kemanusiaan"
yang sangat memilukan dan menyayat hati muslim mana pun yang menyintai
"Wihdah Islaamiyyah".
Bagi Roofidhoh bahwa Nawaashib lebih
berbahaya daripada Yahudi mau pun Nashrani. Dan bagi Nawaashib justru Roofidhoh
lah yang lebih berbahaya daripada Yahudi dan Nashrani.
Baik Roofidhoh mau pun Nawaashib
sama-sama anti Dialog dan Anti Toleransi Antar Madzhab Islam. Mereka selalu
menolak bahkan merusak semua upaya pemersatuan umat Islam
sepanjang zaman.
Mereka lebih suka perang sesama muslim
daripada perang melawan Zionis dan Salibis Internasional. Mereka lebih suka
membunuh sesama muslim daripada memerdekakan Palestina dan Masjid Al-Aqsha dari
cengkeraman Israel.
Innaa Lillaahi wa Innaa ilaihi Rooji'uun
...
SYIAH dan ROOFIDHOH
Memang tidak semua Syiah adalah
Roofidhoh, namun tidak bisa diingkari bahwa kebanyakan Syi'ah bersikap
Roofidhoh.
Harus kita akui bahwa di kalangan
Ulama Syiah tidak sedikit yang berupaya mencegah dan melarang penghinaan
terhadap para Shahabat Nabi SAW untuk menjaga dan membangun Ukhuwwah
Islamiyyah, namun upaya para Ulama Reformis Syiah tersebut tenggelam dalam
fanatisme Awam Syiah yang cenderung bersikap Roofidhoh.
Fanatisme Awam Syiah tersebut bukan
tanpa sebab, justru lahir dan menguat akibat aneka kitab Syi'ah dan
berbagai pernyataan Ulama mereka sendiri yang menghina Shahabat Nabi SAW
sekaliber Sayyiduna Abu Bakar RA dan Sayyiduna Umar RA. Bahkan isteri Nabi SAW
seperti Sayyidah Aisyah RA dan Sayyidah Hafshoh RA pun tak luput dari
penghinaan mereka.
Salah satunya, lihat saja kitab
"Al-Anwaar An-Nu'maaniyyah" karya Syeikh Ni'matullaah Al-Jazaa-iriy
yang isinya dipenuhi dengan hinaan terhadap para Shahabat Nabi SAW. Bahkan dia
mengkafirkan Nawaashib, dan menuduh semua Aswaja yang tidak mengutamakan
Sayyiduna Ali RA di atas semua Shahabat sebagai Nawaashib yang Kafir.
Dalam kitab tersebut juz 2 halaman 307
disebutkan :
إنهم كفار أنجاس بإجماع علماء الشيعة الإمامية ، وإنهم شر من اليهود والنصارى ، وإن من علامات الناصبي تقديم غير علي عليه في الإمامة ."
"Sesungguhnya
mereka (-Nawaashib-) adalah Kafir dan Najis dengan Ijma' Ulama Syiah Imamiyyah.
Dan sesungguhnya mereka lebih jahat daripada Yahudi dan Nashrani. Dan
sesungguhnya daripada tanda-tanda seorang Naashibah adalah mendahulukan selain
Ali di atasnya dalam Imamah."
Di Indonesia, sejumlah Tokoh Syiah
secara terang-terangan menghina para Shahabat dan Isteri Nabi SAW, seperti :
1. Jalaluddin Rahmat dalam buku
"Shahabat dalam Timbangan Al-Qur'an, Sunnah dan Ilmu Pengetahuan"
hal. 7, dan catatan kaki buku "Meraih Cinta ilahi" hal. 404 - 405 dan
493, serta buku "Manusia Pilihan yang disucikan" hal. 164 -
166.
2. Emilia Renita AZ dalam buku "40
Masalah Syiah" hal.83.
3. Haidar Barong dalam buku
"Umar dalam Perbincangan" di hampir semua bab.
Selain itu, masih ada lagi IJABI (Ikatan
Jama'ah Ahlul Bait Indonesia) yang dinakhodai oleh Jalaluddin Rahmat cs
yang sering melecehkan Shahabat Nabi SAW dalam aneka seminar dan pertemuan.
Bahkan sering melecehkan Islam dengan membela aneka Aliran Sesat seperti
Ahmadiyah, sehingga patut disebut sebagai "Syiah Liberal".
Syiah Roofidhoh memang secara
demonstratif dan konfrontatif serta provokatif menunjukkan kebenciannya kepada
Shahabat Nabi SAW, khususnya Sayyiduna Abu Bakar RA dan Sayyiduna Umar RA,
beserta kedua putri mereka yaitu Sayyidah Aisyah RA dan Sayyidah Hafshoh
RA,
Saking bencinya kepada Sayyiduna Abu
Bakar RA dan Sayyiduna Umar RA, kalangan Roofidhoh membuat "Doa Dua
Berhala" yang isinya melaknat habis kedua Shahabat Mulia Nabi SAW
tersebut.
Bahkan mereka haramkan siapa pun dari
kalangan mereka diberi nama Abu Bakar atau Umar, atau nama putri keduanya yaitu
Aisyah atau Hafshoh.
Karenanya, Aswaja sepakat sejak dulu
hingga kini, bahwasanya "Syiah Roofidhoh" adalah firqoh yang sesat
menyesatkan.
Apalagi "Syiah Ghulat" yang
menabikan atau menuhankan Sayyiduna Ali RA, dan menganggap para Imam mereka
sebagai Utusan atau Titisan Tuhan, serta memvonis Al-Qur'an kurang dan tidak
asli lagi, maka Aswaja sepakat bahwa Syiah Ghulat adalah Kafir dan Murtad,
bukan lagi termasuk Islam.
Ada pun "Syiah Moderat" yang
berjiwa Reformis, mereka bukan Ghulat dan bukan Roofidhoh. Mereka adalah
saudara muslim yang harus dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan dipukul,
diajak dialog bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
RIWAYAT HADITS SYIAH
Jadi, jangan ada sikap gebrah uyah
dengan "penggeneralisiran" semua Syiah pasti Ghulat dan pasti
Roofidhoh, sehingga semuanya pasti Kafir dan Murtad atau Sesat. Sikap seperti
itu sangat gegabah dan amat tidak ilmiah, serta bukan sikap Aswaja.
Selain itu, dalam Shahih Bukhari dan
Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya terdapat "Perawi
Syiah", tapi bukan dari kalangan Ghulat yang Kafir, sehingga jika
"mereka" dikafirkan juga, maka berarti ada "Perawi Kafir"
dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya.
Itu sangat berbahaya, karena bisa
menjadi "Bumerang" yang menyerang balik dan menghancurkan Aswaja .
Itu tidak dilakukan kecuali oleh mereka yang bodoh tentang Ilmu "Jarh wat
Ta'diil" atau oleh "penyusup" yang pura-pura jadi Aswaja,
padahal tujuannya merusak Aswaja.
Justru adanya riwayat Syiah dalam Kitab
Hadits Aswaja, menunjukkan bahwa Aswaja dalam periwayatan Hadits memiliki
Metode yang netral, adil, jujur dan amanat, serta jauh dari sikap Fanatisme
Madzhab.
Silakan buka pernyataan Imam
Adz-Dzahabi rhm tentang "Riwayat Syi'ah" dalam kitab "Mizaanul
I'tidaal" juz 1 hal.29 No.2 pada ulasan "Perawi Syiah" bernama
"Abaan bin Taghlib" , dan juz 1 hal.53 No.86 pada ulasan "Perawi
Syiah" yang bermama "Ibrahim bin Al-Hakam".
Semua pernyataan Imam Adz-Dzahabi rhm
tentang "Riwayat Syiah" dinukilkan juga oleh Imam Ibnu Hajar
Al-'Asqolaani rhm dalam kitab "Lisaanul Miizaan" juz 1 hal.103
-104.
Atau cari dan baca saja langsung dalam
kitab-kitab Dirooyaat Hadits, nama-nama seperti : Ibrahim bin Yazid, Salim bin
Abil Ja'di, Al-Hakam bin 'Utaibah, Salamah bin Kuhail, Zubaid bin Al-Harits,
Sulaiman bin Mihran, Ismail bin Zakaria, Khalid bin Makhlad, Sulaiman bin
Thorkhon dan Sulaiman bin Qorom. Mereka semua adalah Syiah, tapi
ditsiqohkan dan diterima riwayatnya oleh Ahli Hadits Aswaja.
Inilah bukti bahwa Aswaja adalah Madzhab
Islam yang Muhaayid (Netral) dan I'tidaal (Adil), serta Tawassuth (Pertengahan)
dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran).
WAHABI dan NAASHIBAH
Memang tidak semua Wahabi adalah
Naashibah, namun tidak bisa diingkari bahwa kebanyakan Wahabi bersikap
Naashibah.
Memang di kalangan Ulama Wahabi tidak
sedikit yang berupaya mencegah dan melarang penghinaan terhadap para Ahli Bait
Nabi SAW dalam bentuk apa pun, untuk menjaga dan membangun Ukhuwwah Islamiyyah,
namun upaya para Ulama Reformis Wahabi tersebut juga tenggelam dalam fanatisme
Awam Wahabi yang cenderung bersikap Naashibah.
Fanatisme Awam Wahabi tersebut bukan
tanpa sebab, justru lahir dan menguat akibat aneka kitab Wahabi dan berbagai
pernyataan Ulama panutan mereka sendiri yang menghina Ahli Bait Nabi SAW
sekaliber Sayyiduna Ali RA dan isterinya Sayyidah Fathimah RA serta kedua
putranya Sayyiduna Al-Hasan RA dan Sayyiduna Al-Husein RA.
Salah satunya, lihat saja kitab
"Minhaajus Sunnah" karya Syeikh Ibnu Taimiyyah sang panutan dan
rujukan kalangan Wahabi, yang isinya dipenuhi dengan penghinaan terhadap Ahli
Bait Nabi SAW.
Dalam kitab tersebut, Ibnu Taimiyyah
menyatakan bahwa imannya Sayyidah Khadijah RA tidak manfaat buat umat Islam.
Dan bahwa Sayyidah Fathimah RA tercela seperti orang munafiq. Serta Sayyidina
Ali RA seorang yang sial dan selalu gagal, serta berperang hanya untuk dunia
dan jabatan bukan untuk agama, dan juga perannya untuk Islam tidak
seberapa.
Ada pun Sayyiduna Al-Hasan RA dan
Sayyiduna Al-Husein RA tidak zuhud dan tidak berilmu, serta tidak ada
keistimewaannya. Lalu soal pembunuhan Sayyiduna Al-Husein RA hanya masalah
kecil, lagi pula dia salah karena melawan Khalifah Yazid yang benar. Dan lain
sebagainya.
Oleh sebab itu, Imam Ibnu Hajar
Al-'Asqolaani rhm dalam kitab "Ad-Durorul Kaaminah" juz 1 hal.181 -
182 saat mengulas tentang Ibnu Taimiyyah menyatakan :
"ومنهم من ينسبه إلى النفاق لقوله في علي ما تقدم ."
"Dan
di antara mereka (-para Ulama-) ada yang menisbahkannya (-Ibnu Taimiyyah-)
kepada Nifaq, karena ucapannya tentang Ali sebagaimana telah disebutkan."
Dan dalam kitab "Lisaanul
Miizaan", Sang Begawan Hadits ini menyimpulkan :
"كم من مبالغة لتوهين كلام الرافضي أدته أحيانا إلى تنقيص علي ."
"Berapa
banyak sikap berlebihan (Ibnu Taimiyyah) dalam merendahkan perkataan Roofidhoh
terkadang mengantarkannya kepada pelecehan Ali."
Sikap berlebihan Ibnu Taimiyyah pada
akhirnya mengantarkannya ke penjara pada tahun 726 H hingga wafat di tahun 728
H. Sultan Muhammad bin Qolaawuun memenjarakannya di salah satu menara Benteng
Damascus di Syria berdasarkan Fatwa Qodhi Empat Madzhab Aswaja, yaitu :
1. Mufti Hanafi Qodhi Muhammad bin
Hariri Al-Anshori rhm.
2. Mufti Maliki Qodhi Muhammad bin
Abi Bakar rhm.
3. Mufti Syafi'i Qodhi Muhammad bin
Ibrahim rhm.
4. Mufti Hanbali Qodhi Ahmad bin
Umar Al-Maqdisi rhm.
Bahkan Syeikhul Islam Imam
Taqiyuddin As-Subki rhm dalam kitab "Fataawaa As-Subki" juz 2 halaman
210 menegaskan :
"وحبس بإحماع العلماء وولاة الأمور".
"Dia
(Ibnu Taimiyyah) dipenjara dengan Ijma' Ulama dan Umara."
Namun, akhirnya Syeikh Ibnu Taimiyyah
rhm bertaubat di akhir umurnya dari sikap berlebihan, khususnya sikap
"Takfiir", sebagaimana diceritakan oleh Imam Adz-Dzahabi rhm dalam
kitab "Siyar A'laamin Nubalaa" juz 11 Nomor 2.898 pada pembahasan
tentang Imam Abul Hasan Al-Asy'ari rhm.
Namun, sayangnya Wahabi saat ini banyak
yang tetap berpegang kepada sikap berlebihan Ibnu Taimiyah yang justru
sebenarnya sudah diinsyafinya. Bahkan banyak kalangan Wahabi saat ini yang
bersikap "Khawaarij" yang cenderung "Takfiirii" yaitu suka
mengkafirkan semua umat Islam yang tidak sependapat dengan mereka.
Di Indonesia, sejumlah Tokoh Wahabi
secara terang-terangan menyatakan bahwa Madzhab Asy'ari adalah bukan Aswaja,
bahkan Firqoh sesat menyesatkan, antara lain :
1. Yazid Abdul Qadir Jawaz dalam buku
"Mulia dengan Manhaj Salaf" bab 13 hal. 519 - 521.
2. Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam buku
"Risalah Bid'ah" bab 19 hal. 295 dan buku "Lau Kaana Khairan
lasabaquunaa ilaihi" bab 6 hal. 69.
3. Hartono Ahmad Jaiz dalam buku
"Bila Kyai Dipertuhankan" hal.165 - 166.
Selain mereka, masih ada Mahrus Ali yang
mengaku sebagai Mantan Kyai NU melalui lebih dari sepuluh buku karangannya
secara eksplisit menyesatkan aneka amaliyah NU yang bermadzhab Asy'ari Syafi'i.
Karenanya, Aswaja pun sepakat sejak dulu
hingga kini, bahwasanya Khawaarij mau pun Naashibah adalah firqoh yang sesat
menyesatkan. Jadi, Wahabi yang berpaham Khawaarij dan bersikap Nawaashib
juga merupakan firqoh yang sesat menyesatkan.
Ada pun "Wahabi Moderat" yang
berjiwa Reformis, mereka bukan Khawaarij Takfiirii dan bukan juga Nawaashib.
Mereka adalah saudara muslim yang wajib dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan
dipukul, diajak dialog bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan
bedil.
Apalagi mereka masih berpegang kepada
sumber hadits yang sama dengan Aswaja, seperti Muwaththo' Malik dan Musnad
Ahmad serta Kutubus Sittah, yaitu : Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Jami'
At-Tirmidzi, Sunan An-Nasaa-i, Sunan Abi Daud dan Sunan Ibni Maajah, dan
kitab-kitab Hadits Aswaja lainnya.
RIWAYAT NAWAASHIB
Jadi, jangan ada sikap gebrah uyah
dengan "penggeneralisiran" semua Wahabi pasti Khawaarij Takfiirii
atau pasti Nawaashib, sehingga semuanya pasti sesat menyesatkan, apalagi sampai
mengkafirkan mereka. Sikap seperti itu sangat gegabah dan amat tidak
ilmiah, serta bukan sikap Aswaja.
Selain itu, dalam Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya terdapat "Perawi Khawaarij"
dan "Perawi Nawaashib", sehingga jika "mereka" dikafirkan,
maka berarti ada "Perawi Kafir" dalam Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya.
Itu juga sangat berbahaya, karena juga
bisa menjadi "Bumerang" yang menyerang balik dan menghancurkan Aswaja
. Itu tidak dilakukan kecuali oleh mereka yang bodoh tentang Ilmu "Jarh
wat Ta'diil" atau oleh "penyusup" yang pura-pura jadi Aswaja,
padahal tujuannya merusak Aswaja.
Justru adanya riwayat Khawaarij dan
Nawaashib dalam Kitab Hadits Aswaja, menunjukkan bahwa Aswaja dalam periwayatan
Hadits memiliki Metode yang netral, adil, jujur dan amanat, serta jauh jauh
dari sikap Fanatisme Madzhab.
Silakan baca kitab "Al-'Itab
Al-Jamiil 'alaa Ahlil Jarhi wat Ta'diil" karya As-Sayyid Muhammad bin Aqil
bin Yahya dengan tahqiq Sayyid Hasan bin Ali As-Saqqoof seorang Ahli Hadits
dari Yordania dan ada juga dengan tahqiq DR.Alwi bin Hamid Syihab seorang Dosen
Hadits di Universitas Hadromaut - Yaman.
Atau cari dan baca saja langsung dalam
kitab- kitab Dirooyaat Hadits, nama-nama seperti : Umar bin Sa'ad, Zuhair bin
Mu'awiyah, Ibrahim bin Ya'qub, Ishaq bin Suwaid, Tsaur bin Yazid, Hariiz bin
Utsman, Hushoin bin Numair, Khalid bin Abdullah, Ziyad bin Jubair dan Ziyad bin
'Alaaqoh. Mereka semua adalah Nawaashib para pembenci Ahli Bait Nabi SAW, tapi
ditsiqohkan dan diterima riwayatnya oleh Ahli Hadits Aswaja.
Selain itu, masih ada "Perawi
Khawaarij" dari berbagai sektenya seperti Ibaadhiyyah, Azaariqoh,
Haruuriyyah dan Ash-Shufriyyah, antara lain : Jaabir bin Zaid, Juray bin
Kulaib, Syabats bin Rib'i dan 'Imraan bin Hiththoon. Dan ada juga "Perawi
Murji-ah" yaitu Khalid bin Salamah dan "Perawi Qadariyyah" yaitu
Tsaur bin Zaid. Mereka semua adalah Non Aswaja, tapi ditsiqohkan dan diterima
riwayatnya oleh Ahli Hadits Aswaja.
Inilah bukti bahwa Aswaja adalah Madzhab
Islam yang Muhaayid (Netral) dan I'tidaal (Adill), serta Tawassuth
(Pertengahan) dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran).
SYAIR IMAM SYAFI'I
Imam Syafi'i RA dalam
"Diiwaan" nya pada halaman 20, menyusun beberapa Bait Syair untuk
menyindir Roofidhoh yang selalu menuduh para pecinta Sayyiduna Abu Bakar RA
sebagai Nawaashib, dan sekaligus juga menyindir Nawaashib yang selalu menuduh
para pecinta Ahli Bait Nabi SAW sebagai Syiah Roofidhoh.
Berikut syairnya :
إذا نحن فضلنا عليا فإننا
روافض بالتفضيل عند ذي الجهل
وفضل أبي بكر إذا ما ذكرته
رميت بنصب عند ذكري للفضل
فلا زلت ذا رفض ونصب كلاهما
بحبيهما حتى أوسّد بالرمل
Jika kami memuliakan Ali maka
sesungguhnya kami ..
Menurut orang bodoh adalah Rowaafidh
lantaran memuliakannya.
Dan jika aku menyebut keutamaan Abu
Bakar ...
Maka aku dituduh Naashibah lantaran
memuliakannya.
Maka aku akan tetap selalu menjadi
Roofidhoh dan Naashibah sekaligus ...
Dengan menyintai keduanya hingga aku
berbantalkan pasir (mati).
ASWAJA
Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang
disingkat "Aswaja" adalah bukan Syiah dan bukan juga Wahabi, serta
bukan Roofidhoh dan bukan juga Nawaashib.
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami rhm (w : 973
H) dalam kitab "Az-Zawaajir 'an Iqtiroofil Kabaa-ir" halaman 82
mendefinisikan Aswaja sebagai berikut :
"المراد بالسنة ما عليه إماما أهل السنة والجماعة الشيخ أبو الحسن الأشعري و أبو منصور الماتريدي ."
"Yang
dimaksud dengan Ahlus Sunnah adalah yang dianut oleh dua Imam Ahlus Sunnah wal
Jamaa'ah yaitu Syeikh Abul Hasan Al-Asy'ari san Abu Manshur Al-Maaturiidii."
Dan Imam Al-Murtadho Az-Zabiidii rhm (wafat
: 1.205 H) dalam kitab "Ittihaafus Saadah Al-Muttaqiin" juz 2 hal. 6
menyatakan :
"إذا أطلق أهل السنة والجماعة فالمراد بهم الأشاعرة والماتريدية ."
"Jika
disebut Ahlus Sunnah wal Jama'ah secara mutlaq, maka yang dimaksud adalah Kaum
Asy'ari dan Kaum Maaturiidii."
Hampir semua Ulama dan Fuqoha Madzhab
Fiqih Hanafi mengikuti Madzhab Aqidah Maaturiidi, karena Imam Abu Manshur
Al-Maaturiidii rhm menghimpun ajaran Aqidah Imam Abu Hanifah rhm dalam
Madzhab Aqidah Maaturiidiyyah yang dibangunnya.
Dan hampir semua Ulama dan Fuqoha
Madzhab Fiqih Maliki dan Syafi'i, serta sebagian Ulama dan Fuqoha Madzhab Fiqih
Hanbali mengikuti Madzhab Aqidah Asy'ari, karena Imam Abul Hasan
Al-Asy'ari rhm menghimpun ajaran Aqidah Imam Malik, Syafi'i dan Ahmad,
rohimahumullaah, dalam Madzhab Aqidah Asy'ariyyah yang dibangunnya.
Sebagian Ulama Hanbali mengklaim
sebagai pengikut Madzhab Aqidah Ahli Hadits dan Atsar yang
"dinisbahkan" kepada Imam Ahmad rhm. Mereka mengklaim sebagai Aswaja
yang paling asli dan sejati. Kini, pengikut aliran ini banyak
mendapat "label" sesuai aneka sebab kaitannya, antara lain :
1. Atsari : Karena mengklaim sebagai
pengikut Ahli Atsar.
2. Salafi : Karena mengklaim sebagai
Madzhab paling Salaf.
3. Wahabi : Karena menjadikan Pemikiran
Tauhid Syeikh Muhammad b Abdul Wahhab sebagai rujukan utama.
4. Khawaarij : Karena sering menyalahkan
semua umat Islam yang tidak sejalan dengan mereka.
5. Takfiirii : Karena sering
mengkafirkan semua umat Islam yang tidak sependapat dengan mereka.
6. Nawaashib : Karena sering
merendahkan Ahli Bait Nabi SAW dengan "dalih" bela Shahabat Nabi SAW,
bahkan paling suka berteriak mengkafirkan dan memusyrikkan Ibu dan Ayah Nabi
SAW.
7. Musyabbih : Karena dalam mentafsirkan
Sifat Allah SWT menyerupakan-Nya dengan Makhluq.
8. Mujassim : Karena dalam mentafsirkan
Sifat Allah SWT menjasmanikan Dzat Allah SWT dalam bentuk jasad Makhluq.
KESIMPULAN
Syiah dan Wahabi bukan
"Agama", tapi "Firqoh", sehingga tidak tepat istilah
"Agama Syiah" dan "Agama Wahabi", bahkan istilah tersebut
terlalu "Lebay".
"Syiah Roofidhoh" dan
"Wahabi Nawaashib" adalah Firqoh sesat menyesatkam yang sangat
berbahaya, sehingga wajib diwaspadai oleh segenap Aswaja, dan harus dibendung
penyebarannya, serta mesti dilawan penistaannya terhadap Ahlul Bait mau pun
Shahabat Nabi SAW.
Sedang "Syiah Moderat" dan
"Wahabi Moderat" yang berjiwa Reformis, mereka adalah saudara muslim
yang wajib dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan dipukul, diajak dialog bukan
ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
Ada pun Aswaja adalah Madzhab Pecinta
Ahlul Bait dan Shahabat Nabi SAW serta Para Salaf yang Sholihin.
Dan Aswaja adalah Madzhab yang selalu
terbuka untuk Peradaban Dialog yang berbasis Ilmu dan Akhlaq, dalam membangun
Toleransi Antar Umat Islam dari berbagai Madzhab mau pun Firqoh.
Aswaja adalah Madzhab Islam yang
Muhaayid (Netral) dan I'tidaal (Adil), serta Tawassuth (Pertengahan) dan
Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran).
Alhamdulillaah, Aswaja adalah
"Firqoh Naajiyah" yang berjalan di atas jalan Rasulullah SAW dan
Ahlil Baitnya serta Para Shahabatnya
Alhamdulillaahi Robbil 'Aalamiin ...
Sumber :
http://www.habibrizieq.com
abdkadiralhamid@2015
0 Response to "Roofidhoh vs Nawaashib, Aswaja ?"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip