Al Habib As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki, 10 Keutamaan Orang Berpuasa
Kecerdasan Abuya yang luar biasa menempatkan beliau sebagai ulama top
yang banyak dirujuk oleh ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah dari seluruh
dunia. Tidak berlebihan kiranya bila beliau dinobatkan sebagai ulama
sekaligus Imam Ahlus Sunnah wal Jama`ah abad 21 meski beliau menetap di
negara berhaluan konservatif (Wahabi) .
Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki atau yang akrab dipanggil Abuya ini
adalah salah seorang ulama kenamaan dari Timur-Tengah, khususnya di Arab
Saudi. Karisma besarnya tidak hanya berhenti di sana tapi sudah
masuk ke Asia lebih-lebih di tanah air. Murid-muridnya bertebaran di
perbagai penjuru nusantra meramaikan lalu-lintas dakwah dengan ilmu-ilmu
yang berkualitas. Di Malang sendiri sederet ulama terkemuka lahir dari
tangan dinginnya, di antaranya, Habib Shaleh Al Aydarus, Habib Muhammad
bin Idrus Al Haddad, Ustadz Husain Abdullah Abdun, dan masih banyak
lagi.
Di musim haji kediaman Abuya ramai dikunjungi oleh para
jamaah haji guna bertamu dan mengalap barakah dari beliau. Tak jarang
beliau memberi uang dan kitab-kitab sebagai oleh-oleh untuk mereka.
Kedekatannya dengan ulama tanah air sendiri merupakan warisan ayahnya
Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki yang pada masa hidupnya aktif mengajar
para santri dari Indonesia. KH. Hasyim Asyari salah satunya.
Kedalaman ilmunya
memang sudah tidak terbantahkan. Ilmu Hadits dan Sirah (sejarah) adalah
dua ilmu yang sangat dikuasai olehnya. Dari tangannya lahir sejumlah
karya brilian yang banyak diajarkan, dikutip oleh para dai, khatib dan
diteliti oleh para ahli, mulai santri hingga mahasiswa. Karya-karya
Abuya yng ditinggalkan sebagai warisan intelektual untuk umat sangat
banyak, antara lain Mafâhîm Yajibu an Tushahhah, Abwâbul Faraj, Al
Manhalul Latîf, Khasâisul Ummatil Muhammadiyah, Al Qawâid Al Asasiyyah
fi Ulûmil Qur`ân, Wahuwa fil Ufuqil A`lâ, Târîkhul Hawâdits an
Nabawiyyah, Syarhu Mandzûmatil Waraqât, Qul Hâdzihi Sabilî.
Abuya mendapat perhatian yang besar dari umat Islam karena kejeliannya
menangkap beberapa keutamaan-keutamaan umat Nabi Muhamad dibanding
umat-umat terdahulu. Usahanya menguak kemuliaan orang-orang yang
berpuasa dari umat Muhammad terlihat nyata dalam pembahasan pada salah
satu kitabnya yang terkenal, Khasâisul Ummatil Muhammadiyah. Beliau
mencoba membuat ringkasan rapi tentang puasa bertitik tolak dari Al
Quran dan As Sunnah.
Abuya menorehkan sepuluh keutamaan orang-orang yang berpuasa yang ada pada umat ini.
Pertama, Allah memberikan keistimewaan kepada umat yang berpuasa dengan
menyediakan satu pintu khusus di surga yang dinamai Al Rayyan. Pintu
surga Al Rayyan ini hanya disediakan bagi umat yang berpuasa. Kata Nabi
dalam satu haditsnya, pintu Rayyan hanya diperuntukkan bagi orang-orang
berpuasa, bukan untuk lainnya. Bila pintu tersebut sudah dimasuki oleh
seluruh rombongan ahli puasa Ramadhan, maka tak ada lagi yang boleh
masuk ke dalamnya. (HR. Ahmad dan Bukhari-Muslim)
Kedua, Allah
telah mengfungsikan puasa umat Nabi Muhammad saw sebagai benteng yang
kokoh dari siksa api neraka sekaligus tirai penghalang dari godaan hawa
nafsu. Dalam hal ini Rasul bersabda, “Puasa (Ramadhan) merupakan perisai
dan benteng yang kokoh dari siksa api neraka.” (HR. Ahmad dan Al
Baihaqi). Rasul menambahkan pula bahwa puasa yang berfungsi sebagai
perisai itu layaknya perisai dalam kancah peperangan selama tidak
dinodai oleh kedustaan dan pergunjingan. (HR. Ahmad, An Nasa`i, dan Ibnu
Majah).
Ketiga, Allah memberikan keistimewaan kepada ahli
puasa dengan menjadikan bau mulutnya itu lebih harum dari minyak misik.
Sehingga Rasul bertutur demikian, “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa
lebih semerbak di sisi Allah dari bau minyak misik.”
Keempat,
Allah memberikan dua kebahagiaan bagi ahli puasa yaitu bahagia saat
berbuka dan pada saat bertemu dengan Allah kelak. Orang yang berpuasa
dalam santapan bukanya meluapkan rasa syukurnya dimana bersyukur
termasuk salah satu ibadah dan dzikir. Syukur yang terungkap dalam
kebahagiaan karena telah diberi kemampuan oleh Allah untuk
menyempurnakan puasa di hari tersebut sekaligus berbahagia atas janji
pahala yang besar dari-Nya. “Orang yang berpuasa mempunyai dua
kebahagiaan. Yaitu berbahagia kala berbuka dan kala bertemu Allah,” kata
Rasul dalam hadits riwayat imam Muslim.
Kelima, puasa telah
dijadikan oleh Allah sebagai medan untuk menempa kesehatan dan
kesembuhan dari beragam penyakit. “Berpuasalah kalian, niscaya kalian
akan sehat.” (HR. Ibnu Sunni dan Abu Nu`aim).
Abuya menegaskan
bahwa rahasia kesehatan di balik ibadah puasa adalah bahwa puasa
menempah tubuh kita untuk melumatkan racun-racun yang mengendap dalam
tubuh dan mengosongkan materi-materi kotor lainnya dari dalam tubuh.
Menurut kerangka berpikir Abuya, puasa ialah fasilitas kesehatan bagi
seorang hamba guna meningkatkan kadar ketaqwaan yang merupakan tujuan
utama puasa itu sendiri. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa.” (Qs. Al Baqarah: 183).
Keenam, keutamaan
berikutnya yang Allah berikan kepada ahli puasa adalah dengan menjauhkan
wajahnya dari siksa api neraka. Matanya tak akan sampai melihat pawai
arak-arakan neraka dalam bentuk apapun juga. Rasul yang mulia berkata
demikian, “Barangsiapa berpuasa satu hari demi di jalan Allah, dijauhkan
wajahnya dari api neraka sebanyak (jarak) tujuh puluh musim.” (HR.
Ahmad, Bukhari-Muslim, dan Nasa`i).
Ketujuh, dalam Al Quran
Allah berfirman, “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang
beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang
menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara
hukum-hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (Qs. At
Taubah: 112).
Sebagian ulama ahli tafsir menerangkan bahwa
orang –orang yang melawat (As Saihuun) pada ayat tersebut adalah orang
yang berpuasa sebab mereka melakukan lawatan (kunjungan) ke Allah. Makna
lawatan, tegas Abuya, di sini adalah bahwa puasa merupakan penyebab
mereka (orang yang berpuasa) bisa sampai kepada Allah. Lawatan ke Allah
ditandai dengan meninggalkan seluruh kebiasaan yang selama ini dilakoni
(makan, minum, mendatangi istri di siang hari) serta menahan diri dari
rasa lapar dan dahaga.
Sembari mengutip Al Quran pula, Abuya
mencoba menganalisa surah Az Zumar ayat 10: “Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Kata Al Maliki, orang-orang yang bersabarlah maksudnya adalah orang
yang berpuasa sebab puasa adalah nama lain dari sabar. Di saat
berpuasalah, orang-orang yang bersabar (dalam beribadah puasa)
memperoleh ganjaran dan pahala yang tak terhitung banyaknya dari Dzat
Yang Maha Pemberi, Allah swt.
Kedelapan, di saat puasa inilah
Allah memberi keistemewaan dengan menjadikan segala aktifitas orang yang
berpuasa sebagai ibadah dan ketaatan kepada-Nya. Karenanya, orang yang
berpuasa dan ia meninggalkan ucapan yang tidak berguna (diam) adalah
ibadah serta tidurnya dengan tujuan agar kuat dalam melaksanakan
ketaatan di jalan-Nya juga ibadah. Dalam satu hadits riwayat Ibnu Mundih
dinyatakan, “Diamnya orang yang berpuasa adalah tasbih, tidurnya
merupakan ibadah, dan doanya akan dikabulkan, serta perbuatannya akan
dilipatgandakan (pahalanya).”
Kesembilan, di antara cara yang
Allah kenakan dalam memuliakan orang yang berpuasa, bahwa Allah
menjadikan orang yang memberi makan berbuka puasa pahalanya sama persis
dengan orang yang berpuasa itu sendiri meski dengan sepotong roti atau
seteguk air. Dalam satu riwayat Nabi bertutur seseorang yang memberi
makan orang yang puasa dari hasil yang halal, akan dimintakan ampunan
oleh malaikat pada malam-malam Ramadhan…… meski hanya seteguk air. (Hr.
Abu Ya`la).
Kesepuluh, orang yang berbuka puasa dengan
berjamaah demi melihat keagungan puasa, maka para malaikat akan
bershalawat (memintakan ampunan) baginya.
abdkadiralhamid@2015
0 Response to "Al Habib As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki, 10 Keutamaan Orang Berpuasa"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip