Kemuliaan Malam Lailatul Qadar & Ahlul Badr
Ditulis Oleh: Hbb.Munzir Bin Fuad Almusawa
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَحَرَّوْا لَيْلَةَ اْلقَدْرِ فِي اْلوِتْرِ مِنَ اْلعَشْرِاْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ صحيح البخاري
Rasulullah
SAW bersabda :
“Temuilah malam Lailatul qadr di malam ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan
Ramadhan “ (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh…
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِاْلَحَمْدلُلهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ ياَمَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وعَلىَ أَلِهِ الحَمْدُلِله الَّذِيْ جَمَعَنَا، الحَمْدُلِله الَّذِيْ أَكْرَمَنَا، الحَمْدُلِله الَّذِيْ وَعَدَنَا بِاْلمَغْفِرَةِ وَالرَّحْمَةِ..
Limpahan
puji ke hadirat Allah Maha Raja langit dan bumi, Penguasa tunggal Maha Sempurna
dan Abadi Rabbul ‘Alamin Yang Maha Luhur dan Maha Suci dan Maha mensucikan jiwa
dan sanubarihamba-hambaNya, Maha menyingkirkan segenap kesulitan dan musibah
bagi hamba-hambaNya, dan Maha mampu melimpahkan kebahagiaan dunia dan akhirat
bagi yang dikehendakiNya, beruntunglah mereka yang selalu memperbanyak doa dan
munajat memanggil namaNya Yang Maha Luhur. Karena setiap seruan panggilan ke
hadirat Allah, memanggil nama Allah, akan abadi dan akan sampai ke hadirat
Allah Jalla Wa ‘Alaa. Di Yamul Mahsyar (hari perkumpulan seluruh manusia),
Allah SWT akan mengenal bibir-bibir yang selalu memanggil namaNya , Firman
Allah dalam hadits qudsy :
أَنَا مَعَ عَبْدِيْ حَيْثُمَا ذَكَرَنِيْ وَتَحَرَّكَتْ بِيْ شَفَتَاهُ
“Aku
bersama hambaKu ketika hambaKu mengingatKu, dan bergetar bibirnya menyebut
namaKu “.
Dan Allah SWT berfirman :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَإِنِّيْ قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّكُمْ يَرْشُدُوْنَ — البقرة :186
“Dan
apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.”
( QS. Al-Baqarah: 186).
“Wahai Muhammad, katakanlah kepada hamba-hambaKu jika mereka bertanya tentang
dzatKu ini, katakanlah bahwa Tuhan mu dekat إِنِّيْ قَرِيْبٌ “ Sungguh Aku (Allah) Maha dekat “, lebih dekat kepadanya dari semua yang
dekat padanya, sebelum ia mengenal satu pun dari teman dan kerabatnya, sebelum
ia mengenal ayah dan ibunya, Allah telah Maha dekat dan mengenalnya sebelum ia
lahir ke muka bumi, selama namanya telah dicipta dan ditaruh di sulbi
nabiyullah Adam AS, إِنِّيْ قَرِيْبٌ Akulah (Allah) Yang Maha dekat kepadanya, dan Maha menawarkan
kedekatanNya yang abadi setelah kehidupan di muka bumi. Semoga aku dan kalian
selalu menerima lamaran kedekatan Allah Jalla Wa ‘Alaa dunia wal akhirah, dan semoga Allah
memberi kemudahan bagiku dan kalian untuk selalu dalam keluhuran cahaya
kedekatan ke hadirat Allah. Jangan selalu berputus asa berdoa dan bermunajat
jika kita merasa lemah dan rentan maka berdoalah karena Allah membimbing mu dan
mempermudah mu membuka jalan kemudahan untuk sampai kepada pintu-pintu
keluhuran dan kesucian hidup, yang dengan itu kita sampai kepada rahasia
kebahagiaan yang kekal, keridhaan Allah, cinta Allah, kasih sayang Allah.
Betapa beruntung mereka yang menerima lamaran Allah untuk dapat menjadi
pencintaNya, dan betapa ruginya mereka dengan segala apa yang mereka lewati
dalam kehidupan di muka bumi, jika mereka lepas dan menolak lamaran Allah untuk
menjadi kekasihNya. Firman Allah dalam hadits qudsy :
مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَائَهُ
“
Barangsiapa yang rindu berjumpa dengan Ku (Allah), Aku pun rindu berjumpa
dengannya”.
Hadirin
hadirat…demikian kasih sayang dan kerinduan yang ditawarkan pada jiwa yang mau
rindu kepada Yang Maha menawarkan kebahagiaan yang kekal …ALLAH. Renungi
kalimat agung dan luhur dari Rabbul ‘Alamin : “ Barangsiapa yang rindu berjumpa
dengan Allah, Allah pun rindu berjumpa dengannya”. Alangkah indah hari-hari
seorang hamba, ia lewati hari-hari nya dan ia dirindukan Allah. Semoga aku dan
kalian diterangi jiwa kita dengan cahaya kerinduan berjumpa dengan Yang Maha
Indah, dengan pencipta kita dari tiada, dengan Yang Maha Dermawan dan
menyingkirkan kita dari segala kesulitan dan musibah, demi cahaya kerinduan ke
hadirat Allah Ya Zal Jalaali Wal Ikram.
Sampailah kita di hari yang mulia ini
17 Ramadhan yang mengingatkan kita kepada peristiwa Badr Al Kubra, dimana
diterangkannya bendera pembela Sang Nabi SAW, pertama kali ketika beliau SAW
berhadapan dengan kaum Muhajirin dan Anshar di Madinah Al Munawwarah sebelum
menuju Badr Al Kubra, maka di saat itulah wajah yang paling ramah, wajah yang
paling indah, wajah yang dikatakan oleh Sayyidina Anas bin Malik :
مَارَأَيْنَا مَنْظَرًا أَعْجَبُ مِنْ وَجْهِ النَّبِي
“
Tidak ada pemandangan kutemukan lebih indah dari wajah Sang Nabi (saw), lebih
menakjubkan dari wajah Sang Nabi”.
Ketika berdiri kaum muhajirin dan anshar
menghadap wajah yang paling mulia, wajah yang paling sopan, wajah yang paling
berkasih sayang dari seluruh makhluk Allah, wajah yang dikatakan oleh Allah :
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ — القلم : 4
“
Sungguh engkau (Muhammad) memiliki akhlak yang agung”.( QS.Al Qalam : 4)
Wajah
yang selalu menjawab cinta dari semua umat bahkan dari benda mati, demikian
Sayyidina Nabi Muhammad SAW. Maka Rasulullah SAW berkata :“ bagaimana pendapat
kalian “ ?, maka berkata salah seorang Anshar :
لَكَأَنَّكَ تُرِيْدُ مِنَّا يَارَسُولَ اللهِ ؟
“
Ya Rasulullah tampaknya engkau menunggu pendapat kami”?, maka Rasul SAW berkata
: betul, bagaimana pendapat kalian wahai kaum Anshar? , maka salah satu kaum
Anshar berkata :
يَارَسُولَ اللهِ اِمْضِ بِنَا لِمَا أَرَدْتَ فَنَحْنُ مَعَكَ, لَوْ اسْتَعْرَضْتَ بِنَا هَذَا اْلبَحْرَ فَخَضْتَهُ لَخَضْنَاهُ مَعَكَ مَا تَخَلَّفَ مِنَّا رَجُلٌ وَاحِدٌ لَعَلَّ اللهُ يُرِيْكَ مِنَّا مَا تَقَرَّ بِهِ عَيْنُكَ
“
Wahai Rasul, kami akan ikut bersamamu kemanapun engkau pergi , jika engkau
mengajak kami kemanapun kami akan ikut, jika engkau berdiri di depan lautan
lalu masuk ke dasar lautan, kami akan ikut dan tidak akan tersisa satu pun dari
kami kecuali ikut denganmu, barangkali dengan itu kami bisa menggembirakan
hatimu wahai Rasulullah”.
Inilah
tujuan Muhajirin dan Anshar yang selalu ingin menggembirakan hati Nabi Muhammad
SAW, mereka rela mati kesemuanya demi menggembirakan hati Muhammad Rasulullah
SAW,
فَسُرَّ وَجْهُ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ,
maka
terlihat terang benderang dan gembira wajah Rasul SAW, maka mereka pun
berangkat.
Hadirin
hadirat… malam 17 Ramadhan malam munajat , Sang Nabi berdoa kehadirat Allah
terangkat kedua tangannya hingga jatuh ridanya (rida : sorban dipundak)dari
panjangnya doa beliau, diantara doa beliau SAW riwayat Shahih Al Bukhari :
اَللَّهُمَّ إِنْ تَشَأْ لَا تُعْبَدُ بَعْدَ اْليَوْمِ …
“
Wahai Allah aku risau kalau seandainya kelompok kecil kami ini kalah
orang-orang yang banyak tidak siap berperang, senjata terbatas tidak mampu
berbuat apa-apa, kalau sampai kalah kelompok ini dan habis di bantai,
لَا تُعْبَدُ بَعْدَ اْليَوْمِ
aku
risau tidak ada yang menyembah Mu di muka bumi, karena seluruh orang-orang para
da’i, para pembela Sang Nabi kumpul di Badr, kalau semuanya di bantai maka
habislah, tinggallah Dhu’afaa’ (orang-orang lemah) di Makkah dan kaum wanita di
Madinah, maka setelah ini jangan-jangan tidak ada lagi yang menyembahMu kalau
sampai kelompok ini kalah. Demikian risaunya Sang Nabi, beliau mempunyai jiwa
yang risau, paling risau sesuatu menimpa umat nya inilah jiwa Sayyidina
Muhammad, inilah jiwa yang Allah katakan :
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ — التوبة : 128
“
Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari jenis kalian sendiri,
yang sangat menjaga kalian dan sangat berat memikirkan apa yang menimpa kalian,
dan sangat santun dan berkasih sayang terhadap orang-orang yang beriman”. ( QS.
At Taubah : 128)
Inilah
Sayyidina Muhammad SAW yang berdoa :
اَللَّهُمَّ ثَقِّلْ عَلَيَّ مَوْتِيْ وَخَفِّفْ عَلَى أُمَّتِيْ
Sampai
di saat musibah yang paling dahsyat di dunia ini, yaitu sakaratul maut seraya
berdoa kepada Allah di saat beliau akan wafat “ Ya Allah keraskan dan pedihkan
sakaratul mautku dan ringankan untuk seluruh umatku ‘’. Inilah doa Sayyidina
Muhammad SAW, rela menerima kepedihan sakaratul maut demi teringankan untuk
umatnya. Maka, hadirin hadirat…satu-satunya jiwa yang paling tidak tega melihat
umatnya merintih di dalam api neraka karena berdosa beliau bersujud untuk
memohonkan syafaat untuk para pendosa, inilah Muhammad Rasulullah SAW pimpinan
Ahlul Badr. Maka mereka keluar dengan dua bendera hitam, satu bendera di tangan
Muhajirin satu bendera di tangan Anshar. Bendera Muhajirin di tangan Sayyidina
Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah RA, dan satu bendera di tangan kaum
Anshar. Dan Rasulullah SAW berkata janganlah kalian menyerang mereka sebelum
mereka menyerang kalian, jangan ada yang bergerak dan berbuat sesuatu sebelum
mereka terlebih dahulu berbuat dan menyerang kita. Jumlah 313 orang, senjata
tidak lengkap menghadapi 3000 pasukan musyrikin quraisy dengan senjata lengkap
dan kuda, pakai baju besi, topi besi, senjata, pedang, siap tempurnya dengan
pasukan kuda yang berlapis baja pula, berhadapan dengan pasukan 313 orang,
berapa puluh yang punya pedang, lainnya bawa tombak, lainnya cuma punya panah,
lainnya hanya bawa tongkat, dan yang lainnya membawa batu dan alat tani, inilah
keadaan mereka. Allah berfirman :
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ — الأنفال : 9
“
Jika kalian berdoa dan bermunajat meminta pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankanNya bagimu, sesungguhnya Aku (Allah) akan mendatangkan bala
bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. (QS.Al
Anfal : 9)
Berkata
Abu Sa’id dari kaum Anshar, aku buta sejak perang Badr kalau seandainya aku
tidak buta, aku bisa perlihatkan kalian dimana turunnya pasukan malaikat dari
belahan langit di wilayah Badr, karena kejadian itu terjadi di wilayah yang
dinamakan Badr tahun ke-2 Hijriah pada hari Jum’at 17 Ramadhan.
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah..
Demikian
indahnya peperangan Badr Al Kubra ini, ketika Sayyidina Abu Thalhah Al Anshari
RA yang sangat mencintai Sang Nabi SAW, yang berlutut di tengah-tengah
peperangan seraya berkata kepada Rasulullah :
وَجْهِيْ لِوَجْهِكَ اْلوِقَاءُ وَنَفْسِيَ لِنَفْسِكَ اْلفِدَاءُ
“
Wajahku ini siap menjadi tameng bagi segala serangan di wajahmu ya rasul, jiwa
dan ragaku siap untuk membentengimu wahai Nabi dari segala panah dan senjata “.
Maka orang seperti Abu Thalhah ini kata Rasul : Abu Thalhah ka alf min ummati (
Abu Thalhah seperti 1000 orang kekuatannya dalam umatku ). Demikian keadaan
para pencinta Rasul SAW yang mempunyai kekuatan yang demikian dahsyat .
Diriwayatkan bahwa Abu Thalhah ini di dalam peperangan Badr pedangnya jatuh
karena kantuknya, karena sepanjang malam qiyamul lail di saat perang terjatuh
pedangnya, bagaimana manusia perang dengan hawa nafsu, kalau ia perang dengan
hawa nafsu tentunya ia tidak akan bisa memejamkan mata sekejap pun dari melihat
serangan pedang 3000 orang pasukan kuffar quraisy dengan senjata lengkap masih
bisa terkantuk-kantuk, menunjukkan mereka memang mempunyai jiwa-jiwa yang suci
dan damai, bahkan Sang Nabi mengatakan “ jangan menyerang sebelum mereka
menyerang”. Demikian hadirin hadirat, manusia yang paling tidak menghendaki
permusuhan walau terhadap orang-orang yang paling jahat memusuhi beliau, bahkan
pada saat perang Uhud ketika panah besi menembus rahang beliau, dan beliau SAW
roboh maka saat itu berdiri Sayyidina Abu Thalhah di depan beliau, dan Rasul
berdiri lagi untuk melihat keadaan pasukannya yang kacau balau karena diserang
kaum kuffar, maka Abu Thalhah berkata ; tetap duduk wahai Rasul jangan berdiri
sungguh …
وَجْهِيْ لَيْسَ بِوَجْهِكَ وَصَدْرِيْ لَيْسَ بِصَدْرِكَ
(
wajahku bukan wajahmu dadaku bukan dadamu ), biar aku yang kena serangan panah
jangan engkau kena serangan lagi, tetap di tempatmu wahai Rasul. Dan Rasul
sudah mengalir darah, karena panah besi menghantam dari pada perisai baja yang
ada di tangan Sang Nabi dan sedemikian kerasnya sampai menembus baja tersebut
dan menembus tulang rahang beliau. Maka Sayyidatuna Fathimah Az Zahra’ RA dan
Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah, diriwayatkan di dalam Shahih
Al Bukhari datang kepada Nabi dan membersihkan darah yang mengalir dari wajah
beliau. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al
Bukhari menjelaskan bahwa Rasul memegang ridanya (rida : sorban dipundak yg
sering juga dililitkan dileher oleh beliau saw), menahan jangan sampai darah
jatuh ke tanah, maka para Shahabat berkata biar dulu darahnya jatuh ke tanah
wahai Rasul, kita urus panah besi di rahangmu masih menempel, maka Rasul
berkata kalau ada darah dari wajahku jatuh ke tanah, Allah akan tumpahkan bala’
untuk mereka, maka Rasul tidak ingin bala’ ini tumpah pada mereka yang
memerangi beliau, inilah Sayyidina Muhammad SAW . Panah besi menembus rahang
beliau, beliau masih sibuk menjaga jangan sampai setetes darah jatuh ke tanah,
karena nanti Allah akan murka kalau sampai ada setetes darah dari wajahku jatuh
ke bumi, Allah akan menumpahkan bala’ untuk mereka, Rasul masih ingin mereka
masuk Islam lalu keterunannya mendapat hidayah, demikian manusia yang paling
indah Sayyidina Muhammad SAW. Perang Badr berakhir dengan kemenangan.
Hadirin…Sayyidina
Utsman bin Affan RA, yang saat akan berangkat ke Badr terkena musibah karena
istrinya sakit. Sayyidina Utsman mau meninggalkan istrinya namun ia tidak
berani karena istrinya adalah putri Rasulullah SAW, baginya peperangan Badr
belakangan, ini putri Sayyidina Muhammad SAW. Maka Sayyidina Utsman berkata :
Ya Rasulullah, putrimu sakit aku mohon ijin. Maka Rasulullah berkata : Kau
tetap jaga putriku. Selesai perang Badr, maka Rasulullah saw bersabda, Allah
telah berfirman kepada Ahlul Badr dalam hadits qudsy riwayat Shahih Bukhari :
اِعْمَلُوْا مَا شِئْتُمْ يَاأَهْلَ اْلبَدْرِ قَدْ غَفَرَ اللهُ ذُنُوْبَكُمْ مَاتَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ
“ Beramallah semau kalian wahai ahlul Badr, karena Allah telah mengampuni dosa kalian yang telah lalu dan yang akan datang “. Maka Sayyidina Utsman berkata : Ya (Wahai) Rasulullah, aku tidak hadir perang Badr, aku menjaga putrimu. Maka Rasulullah berkata : Kau dapat pahala Badr, dan kau dalam kelompok Ahlul Badr. Demikian hadirin hadirat, karena beliau ( Sayyidina Utsman ) menjaga putri Rasul, mengorbankan hadir dari perang Badr maka Allah memberikan baginya pahala kemuliaan Badr Al Kubra, Sayyidina Utsman RA.
Hadirin
hadirat yang di muliakan Allah…
Setelah
wafatnya Rasulullah SAW, maka Khalifah Abu Bakar As Shiddiq RA memegang
khilafah, lantas terjadi pemberontakan di beberapa wilayah yang tidak menerima
kepemimpinan Sayyidina Abi Bakr As Shiddiq RA, diantaranya Ahlul Yaman. Yaman
masuk Islam di tangan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah,
demikian riwayat Sirah Ibn Hisyam. Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu
Wajhah, dan Sayyidina Muadz bin Jabal RA dikirim oleh Rasul saw ke Yaman.
Sayyidina Muadz menuju ke Yaman bagian utara, dan Sayyidina Ali menuju ke Yaman
bagian Selatan ( Hadramaut ). Setelah mereka ( penduduk Yaman ) masuk Islam, maka
kembalilah Sayyidina Ali dan Sayyidina Muadz bin Jabal RA. Namun setelah
kepemimpinan Khalifah Sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA, terjadi pemberontakan
disana-sini diantaranya di Yaman dan juga di Hadramaut. Dari kota Tarim,
penguasa kota Tarim saat itu Sultannya mengirim surat kepada Khalifah Abu Bakr
As Shiddiq RA untuk meminta bantuan pasukan dari Madinah, karena banyaknya
orang yang menolak kepemimpinan Abu Bakr As Shiddiq RA. Maka Sayyidina Abu Bakr
As Shiddiq mengirim beberapa banyak Sahabat, diantaranya mereka Ahlul Badr.
Ahlul Badr tentunya tidak semuanya wafat, maka dikirim diantaranya Ahlul Badr
menuju Tarim Hadramaut. Di kota Tarim tempat guru mulia kita dan para Salafus
Shalih, disana terdapat yang di sebut Jabal Khailah , yaitu gunung kuda artinya,
kenapa disebut gunung kuda? Karena dari gunung itulah turunnya pasukan para
Sahabat dari Madinah Al Munawwarah ketika datang dari perintah Sayyidina Abu
Bakr As Shiddiq RA menuju kota Tarim. Maka dikatakan jarak terdekat kalau
dengan menaiki kuda menuju Madinah dari kota Tarim adalah lewat Jabal Khailah,
dari situlah turunnya pasukan Sahabat datang menuju kota Tarim. Mereka bersatu
dengan penduduk Tarim untuk membela kepemimpinan Abu Bakr As Shiddiq RA, lantas
diantara Ahlul Badr ada yang mati syahid di kota Tarim, dimakamkan dan sampai
sekarang ada makam Ahlul Badr di kota Tarim di pekuburan Zanbal .
Hadirin…selesailah
permasalahan Khalifah Abu Bakr As Shiddiq, Sayyidina Umar, Sayyidina Utsman ,
Sayyidina Ali, berlanjut muslimin terjadi permasalahan diantara Khalifah, dan
setelah wafatnya Khulafaa Ar Rasyidin, hingga Al Imam Ahmad Al Muhajir pindah
ke Baghdad, keturunan Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, keturunan Sayyidatna
Fathimah Az Zahra’ RA, keturunan Rasulullah SAW. Al Imam Ahmad Al Muhajir di Baghdad
dan kemudian mendapat banyak permasalahan dan fitnah serta perpecahan di antara
kaum Muslimin, maka Al Imam Ahmad Al Muhajir mengajak beberapa rombongan
keluarganya hijrah ke kota Tarim Hadramaut, ke tempat makam Ahlul Badr dan para
pembela Abu Bakr As Shiddiq RA . Wafat Al Imam Ahmad Al Muhajir di wilayah
Hadramaut dan dimakamkan disana, lalu keturunannya di antaranya Al Imam Ali bin
‘Alwy Khali’ Qasam AR (alaihi rahmatulllah : semoga atasnya Rahmat Allah swt),
seorang Hujjatul Islam yang kemudian berwasiat untuk dimakamkan di sebelah
perkuburan Ahlul Badr, dan ia mewakafkan tanah yang di sebut perkuburan Zanbal
untuk para keturunannya, hingga saat ini para imam-imam besar banyak sekali
dimakamkan di perkuburan itu mengambil tabarruk untuk berdekatan dengan sahabat
Ahlul Badr RA .
Ketika
Al Imam Ahmad Al Muhajir ingin pindah ke Yaman Hadramaut, sebagian Ulama’ di
Baghdad berkata : Wahai Imam, kau mau kemana?, kau ini Imam Ahlul Bait mau
pindah ke Hadramaut tempat yang tandus tidak ada sesuatu!? Al Imam berkata: Aku
ingin menjaga keturunanku dari fitnah dan dari bencana permusuhan, maka ia pun
berangkat ke Hadramaut tanah yang tandus yang tidak ada padanya kecuali
baduwi-baduwi (orang orang dusun), dan diantara bagian besar adalah padang
pasir.
Namun,
cahaya semangat Al Imam Ahmad Al Muhajir tidak padam dan tidak berhenti di
Hadramaut, cahaya kecintaannya yang berpadu dengan para pencinta Khalifah Abu
Bakr As Shiddiq RA di kota Tarim Hadramaut dari dakwahnya Sayyidina Ali bin Abi
Thalib Karramallahu Wajhah berkelanjutan, sampailah datang sembilan orang mulia
ke pulau Jawa yang keluar dari keturunan Al Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa
menuju Gujarat lantas sampai ke pulau Jawa, maka dari ujung Banyuwangi hingga
ujung kulon ini rata dengan Kalimat Tauhid. Dari kemuliaan persatuan antara
Ahlul Bait dan Sahabat Rasul SAW, mereka sembilan orang ini datang tidak
membawa senjata, tidak membawa pasukan, tidak membawa sesuatu bahkan bahasa pun
mereka tidak tahu. Tapi mereka membawa semangat keberkahan Ahlul Badr, dan mereka
membawa semangat cinta kepada Sayyidina Muhammad SAW.
Ternyata
dari sembilan orang mulia ini (wali songo), Allah memberikan keberkahan yang
sangat luhur sampai jadilah Indonesia negeri Muslimin terbesar di muka bumi.
Demikian hadirin hadirat kemuliaan silsilah yang sangat mulia ini, sampailah
kabar agung ini kepada kita Muslimin Muslimat di malam hari ini. Semoga aku dan
kalian selalu bersama kemuliaan Ahlul Badr dunia dan akhirat.
اَلْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
( seseorang bersama dengan orang yang dicintainya ).
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah..
Sampailah
kita di malam-malam agung di hadapan sepuluh malam terakhir Ramadhan,
malam-malam yang penuh dengan cahaya keluhuran, malam-malam yang penuh dengan
cahaya kebahagiaan dan kasih sayang Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
meneruskan dari keagungan firman Allah :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ اْلقَدْرِ¤ وَمَاأَدْرَىكَ مَا لَيْلَةُ اْلقَدْرِ ¤ لَيْلَةُ اْلقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ¤ تَنَزَّلُ اْلمَلاَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ ¤ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ اْلفَجْرِ ¤ — القدر : 1-5
Allah memberikan kemuliaan Lailatul Qadr di bulan Ramadhan, Allah befirman “ Bahwa Lailatul Qadr itu lebih mulia daripada seribu bulan, dan di saat itu diturunkan para Malaikat maksudnya untuk membawa rahmah, dan juga malikat Jibril AS, karena yang disebut “ اَلرُّوْحُ “ dalam ayat itu sebagian besar Mufassir mengatakan adalah Jibril AS, turun ke bumi bersama jutaan milyar malaikat yang tidak terhitung untuk membawa rahmat Allah di malam itu”.
Hadirin
hadirat..dan ketahuilah bahwa Lailatul Qadr bukanlah satu dua detik, sebagian
orang memahami Lailatul Qadr itu satu dua detik saja, Lailatul Qadr itu
sepanjang malam di malam itu. Malamnya yang mana ? sekarang kita bahas, jadi
yang ibadah di malam itu dikalikan seribu bulan, kira-kira 83 tahun. 1000 bulan
itu kalau dibagikan kira-kira 83 tahun, itu hadiah untuk seluruh umat Nabi
Muhammad SAW setiap tahunnya, asalkan mereka ibadah apapun di malam itu sampai
terbitnya matahari di Lailatul Qadr, maka saat itu mereka mendapat pahala
dikalikan 1000 bulan. Kalau cuma shalat isya’ saja seakan ia shalat Isya selama
seribu bulan, kalau ia Tarawih 20 rakaat, berarti ia bersujud 40 kali di dalam
setiap malam dalam 1000 bulan, kalau ia memakai siwak kalikan 70 kali lipat,
kalau ia berjamaah kalikan 27 kali lipat, karena di bulan Ramadhan lebih dari
700 kali lipat kalikan 1000 bulan, MasyaAllah!!!
Lantas
Rasul SAW diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari Rasul SAW beri’tikaf di 10
hari malam pertama bulan Ramadhan, maka datanglah malaikat Jibril AS dan
berkata : “Wahai Rasul SAW yang kau kehendaki itu masih di depan”. Rasul
menantikan malam Lailatul Qadr, masih di depan maksudnya masih nanti. Rasul SAW
beri’tikaf lagi sampai 10 hari yang kedua, jadi 20 hari Rasul I’tikaf. Maka
Jibril AS berkata : “Ya Rasululallah yang engkau mau itu di depanmu”, maksudnya
10 hari malam terakhir. Maka keesokan harinya Rasul berkhutbah ,pagi tanggal 20
Ramadhan Rasul SAW memanggil para Sahabat dan menyampaikan taushiah bahwa
sungguh Allah SWT menentukan malam Lailatul Qadr aku melihatnya di dalam
mimpiku, aku bersujud dalam keadaan tanah ini membasah yaitu gerimis.
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ اْلقَدْرِ فِي اْلوِتْرِ مِنَ اْلعَشْرِاْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“ Carilah malam Lailatul Qadr itu di sepuluh malam terakhir” kata Rasul SAW, itu tanggal 20 Ramadhan, malamnya terjadi gerimis shubuh itu Rasulullah sujud para Sahabat melihat di dahinya ada bekas lumpur dari sujud, khutbah beliau kemarin menunjukkan malam Lailatul Qadr malam 21 di saat itu.
Namun
Rasulullah SAW bersabda di dalam hadits yang kita baca tadi “ Carilah kemuliaan
Lailatul Qadr itu di sepuluh malam terakhir di malam ganjilnya”, jadi malam 21,
malam 23, malam 25, malam 27, malam 29 ada lima malam untuk kita, di situ
Rasulullah SAW mengatakan inilah malam-malam kemungkinan datangnya Lailatul
Qadr. Jadi memperbanyak ibadah bagusnya di setiap malam Ramadhan, malam kesatu,
malam kedua, malam ketiga, malam keempat karena sebagian ulama’ mengatakan
Malam dengan Tahajjud, doa, cinta , dan rindu kepada Allah adalah Lailatul Qadr
baginya. Maka semoga setiap malam kita adalah Lailatul Qadr, lebih lagi kalau
di setiap malam Ramadhan kita dalam cinta, rindu dan tangis kepada Allah, lebih
lagi jika setiap malam maka salah satu malamnya adalah Lailatul Qadr kalikan
dengan 1000 bulan, 83 tahun.
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah..
Rahasia
kedermawanan Allah sangat luas. Diriwayatkan pula di dalam Shahih Al Bukhari
bahwa Rasul SAW bersabda riwayat Sayyidina Bilal Al Muadzzin RA :
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ اْلقَدْرِ فِي السَّبْعِ اْلأَوَاخِرِ
Ada lagi hadits lain yang mengatakan “temui Lailatul Qadr di tujuh malam terakhir”. Hadits ini berbeda dengan hadits yang tadi, kalau tadi dibilang sepuluh malam terakhir, ini hadits bilang tujuh malam terakhir, maka bisa kita ambil yang mana saja, yang amannya ambil sepuluh malam terakhir,
kenapa
dijadikan Lailatul Qadr itu di malam-malam terakhir Ramadhan? Karena sifat
manusia di awal-awalnya semangat di akhir-akhirnya turun, maka Allah jadikan
Lailatul Qadr di sepuluh malam terakhir supaya umat semangat lagi, supaya
mereka termuliakan. Allah tidak dapat untung apa-apa daripada kita, Allah ingin
kita beruntung dan makin dekat kepadaNya maka dijadikanlah di sepuluh malam
terakhir. Nah, sepuluh malam terakhir ini hati-hatilah dan jagalah jangan
sampai malah di sepuluh malam terakhir ini kita sibuk memikirkan pakaian baru
belum ada dan lain sebagainya. Hadirin hadirat…hal seperti itu syi’ar
boleh-boleh saja, tapi ada anugerah yang lebih abadi ditawarkan oleh Allah di
hari-hari mulia sepuluh hari terakhir Ramadhan. Semoga Allah memuliakan aku dan
kalian dengan kemuliaan Lailatul Qadr.
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah..
Perlu
juga saya jelaskan dari banyak yang bertanya tentang shalat tarawih yang cepat
, sebagian para Salafuna As Shalihin melakukannya, sebagian tidak. Shalat
Tarawih dengan cepat teriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dan ada dalilnya,
Rasul SAW melakukan shalat qabliyyah Al Fajr
كَأَنَّهُ مَا يَقْرَأُ فَاتِحَةَ اْلكِتَابِ
(seakan-akan beliau SAW tidak membaca surat Alfatihah) , kata Sayyidatuna Aisyah RA riwayat Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim. Rasul SAW melakukan shalat sunnah qabliyatul Fajr (qabliyah subuh) dua rakaat seakan-akan tidak membaca fatihah dari cepatnya. Dalam riwayat lain di Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, Ummu Hani RA melihat Rasul SAW melakukan shalat Dhuha di hari Fath Makkah dengan cepat , seakan-akan beliau tidak shalat tapi beliau menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.
Di
dalam madzhab Syafi’i yang dimaksud dengan tuma’ninah menyempurnakan ruku’ dan
sujud itu kadar maksimalnya tidak ada batasnya, sepanjang apapun boleh tapi
kadar minimalnya sekadar seorang mengucapkan سُبْحَانَ الله satu kali. Kalau di saat itu ia rukuk dan seluruh tubuhnya diam
sekadar sekali mengucapkan سُبْحَانَ الله , itu sudah tuma’ninah maka sah shalatnya. Kalau sampai ruku’nya
bergerak, tidak
berhenti di saat ruku’ (dan) di saat sujud maka batal shalatnya, jadi hati-hati
kalau mau ikut dengan orang-orang yang Imam shalatnya cepat, harus faham
caranya ketika ruku’ harus diam kalau sekadar kalimat سُبْحَانَ الله itu kira-kira sedetik tapi
harus diam,
jangan terus bergerak. Kalau seandainya diam sekadar itu maka shalatnya sah,
sah rukuknya, sah sujudnya dan membaca fatihah dengan cepat diperbuat oleh Sang
Nabi di dalam qabliyah Al Fajr dan lainnya, terlebih lagi shalat tarawih yang
juga termasuk shalat sunnah.
Namun
tentunya hal ini makruh jika dilakukan saat shalat fardhu. Jadi yang mau
melakukan shalat tarawih secara cepat ada dalilnya. Yang mau melakukan secara
lambat shalat sunnah boleh juga, keduanya dilakukan oleh guru mulia kita Al
Allamah Al Musnid Al Habib Umar Bin Hafidz, shalat sunnah dengan cepat shalat
sunnah dengan lambat. Sekarang beliau melakukan shalat sunnah Tarawih di Darul
Musthafa dengan lambat, dalam satu bulan bisa dua atau tiga kali khatam Al
qur’an dengan bacaan Al quran, namun beliau juga melakukan shalat sunnah tasbih
dengan cepat.
Shalat
tasbih, belajar kalau seandainya belum tahu, disunnahkan shalat tasbih meskipun
sekali dalam seumur hidup, kalau bisa tiap bulan, kalau bisa tiap minggu, kalau
bisa tiap hari tapi guru mulia kita melakukannya disana setiap malam di bulan
Ramadhan setelah shalat Maghrib. Beliau melakukan dengan cepatnya shalat tasbih
itu paling sulit kenapa? karena membaca
وَاْلحَمْدُلِلهِ وَلَاإِلهَ إِلَّا الله وَاللهُ أَكْبَرُ سُبْحَانَ الله
saat
ruku’ 10 kali, saat I’tidal 10 kali, saat sujud..terus sampai sempurna 300 kali
bacaan tasbih. Guru mulia kita melakukan shalat tasbih sangat cepat, kenapa
shalat secepat itu..karena teriwayat shalat sunnah cepat. Tapi kalau sendiri
disunnahkan jangan cepat-cepat , kalau untuk kita sendiri nikmati ruku’ dan
sujud bersama kemuliaan Allah SWT.
Para
Salafuna As Shalih banyak yang melakukan shalat sunnah cepat, banyak yang
melakukan shalat yang lambat. Di dalam tafsir Al Imam Ibn Katsir dijelaskan,
sebagian dari salaf melakukan shalat sunnah seribu rakaat setiap harinya, shalat
sunnah seribu rakaat bagaimana cepatnya!?.
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah..
Hal
itu diperbuat pula oleh Al Imam Ali Zainal Abidin As Sajjad ibn Husain bin Ali
bin Abi Thalib RA, di setiap malam shalat 1000 rakaat , demikian pula Al Imam
Syafi’i, dan demikian pula sebagian banyak para Imam, dan adapula yang
memanjangkan malam-malamnya dengan shalat sunnah dua rakaat.
Hadirin
hadirat, dari semua riwayat ini semoga aku dan kalian dalam keberkahan dunia
dan akhirat. Satu hal lagi yang perlu saya bahas, adalah masalah mandi di siang
hari bulan Ramadhan, sikat gigi, dan berusaha meringankan puasanya, bagaimana
hukumnya? Hukumnya makruh, tapi kalau seandainya perbuatan itu kalau tidak
dilakukan bisa membuat puasanya batal maka menjadi Wajib, misalnya lemah kalau
saya tidak mandi saya bisa pingsan maka batal puasanya, jadi harus qadha’ maka
saya harus mandi, (maka) mandi sewajarnya mau sepuluh kali setiap hari (pun
tidak apa apa demi menjaga puasanya), atau kalau saya tidak mandi akhirnya
lemah nanti, saya bekerja, saya sekolah, saya mempunyai kesibukan rumah tangga
misalnya, maka tentunya yang seperti itu boleh-boleh saja tidak menjadi makruh.
Yang menjadi makruh adalah mampu melewati puasa tapi diringan-ringankan, supaya
lebih ringan lagi mandi padahal dia tidak mempunyai kesibukan apa-apa, karena
apa? Yang dimakruhkan itu adalah meringankan puasa padahal mampu.
Karena
Rasul SAW berkata: Paksakan dirimu sampai batas kemampuan jangan lebih dari
batas kemampuan, kalau lebih dari batas kemampuan malah menjadi makruh. Jadi
kalau mau mandi, mandi saja kalau mau berkeramas, keramas saja.. mau
banyak-banyak mandi di siang hari silahkan saja, asalkan hal-hal tersebut tidak
dimaksudkan meringankan puasanya, kalau dimaksudkan meringankan puasanya maka
itu makruh, yang lebih buruk adalah orang yang memaksakan diri, tidak usah deh
keramas di siang hari Ramadhan biar saja keadaan seperti apapun , tidak usah
sikat gigi, tidak usah mandi karena makruh, akhirnya sehari dua hari, tiga hari
kesal dengan Ramadhan. Ia mau mencari hal yang sunnah, akhirnya dalam hatinya
berkata kapan sih Ramadhan selesai capek saya!!, tiap hari tidak sikat gigi,
(baiknya sikat gigi sebelum imsak), tidak mandi, perasaan ini bisa membatalkan
pahala puasa mu. Ini jauh lebih buruk daripada kita melakukan hal-hal yang
makruh, lakukan itu kalau seandainya sudah terganggu puasamu dan khusu’mu ,
maka jangan sampai hati kita benci dengan Ramadhan.
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah…
Inilah
indahnya sunnah Nabi kita Muhammad SAW “berbuatlah semampunya”. Semoga Allah
SWT memuliakan kita dalam rahasia keagungan Badr Al Kubra ini dan kemuliaan
Nuzul Al Qur’an. Rabbi..Rabbi..halalkan seluruh wajah kami mendapatkan cahaya
kemuliaan Nuzulul Qur’an, pastikan kami semua kelak dalam kelompok Ahlul Badr,
ketika dipanggil di yaumul kiamah wahai Ahlul Badr berdirilah, pastikan kami
berdiri diantara para pencinta Ahlul Badr. Ya Rahman Ya Rahim Ya Zal Jalali Wal
Ikram…jika kelak di yaumul qiamah masing-masing kelompok dipanggil dengan
pencintanya, kelompok pezina, kelompok pemabuk, masing-masing berdiri dengan
kelompoknya, maka di saat itu akan dipanggil pula dimana kelompok Ahlul Badr,
semoga aku dan kalian berdiri dalam kelompok Ahlul Badr. Semoga aku dan kalian
tidak berdiri saat dipanggil mana kelompok penggunjing, mana kelompok pendusta,
mana kelompok pencaci, mana kelompok pendosa, Rabbi..jangan Engkau berdirikan
(kami) diantara mereka. Pastikan ketika Ahlul Badr dipanggil kami ikut berdiri
diantara mereka para pecinta Ahlul Badr, yang telah disabdakan oleh Nabi kami :
اَلْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
(seseorang bersama dengan orang yang dicintainya). Rabbi..kami rindu wajah-wajah Ahlul Badr Al Kubra, kami rindu melihat wajah-wajah damai, kami rindu melihat wajah Khulafaa’ Ar Rasyidin, kami rindu melihat wajah Muhajirin dan Anshar, kami rindu memandang wajah Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah, melihat wajah-wajah mulia. Ya Zal Jalali Wal Ikram Ya dzaa At Thawli Wal In’aam Ya Rahman Ya Rahim..pastikan kami di dalam keberkahan dunia dan akhirat dalam kebahagiaan dunia dan akhirat. Demi kemuliaan Badr Al Kubra jawablah seluruh doa kami, hapuskan seluruh dosa kami, singkirkan segala kesulitan kami, jauhkan musibah dari kami sejauh-jauhnya, jauhkan dari kami kemurkaan sejauh-jauhnya. Ya Rahman Ya Rahim..damaikan kami, damaikan masyarakat kami, damaikan bumi Jakarta, damaikan bangsa kami, tenangkan jiwa muslimin muslimat (agar terhindar) dari perbuatan-perbuatan yang hina dan mungkar. Ya Rahman Ya Rahim Ya Zal Jalali Wal Ikram..jadikan jiwa kami dan jiwa saudara-saudara kami muslimin muslimat selalu risau jika ingin berbuat dosa, dan selalu tenang dan senang jika ingin berbuat pahala..
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا : يَا الله…يا الله…يا الله …يَارَحْمنُ يَارَحِيم…
لَاإِلهَ إلَّا الله….لاإله إلاالله مُحَمَّدٌ رَسُولُ الله .. وَصَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ
كَلِمَةُ حَق عَلَيْهَا نَحيَا وعَلَيْهَا نَمُوتُ وعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِينَ ..
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..
Semoga
malam-malam berikutnya kita semakin indah dan mulia, semoga di malam-malam
berikutnya kita semakin mencintai dan dicintai Allah SWT, Ya Rahman Ya Rahim..
Dan
saya ingatkan malam senin yang akan datang Tabligh Akbar Majelis Rasulullah
SAW, ada undangan daripada Pimpinan PBNU KH. Hasyim Muzadi di kediaman beliau,
untuk peresmian pesantren beliau . Beliau tidak bisa hadir malam hari ini untuk
langsung mengundang , undangan disampaikan kepada saya dan Majelis kita, jika
yang mempunyai waktu hadir jika yang sudah mudik maka semoga diberi kemuliaan
oleh Allah dan keselamatan, dan yang di Jakarta mudah-mudahan tidak ada
halangan untuk termuliakan dalam syi’ar malam-malam terakhir di bulan Ramadhan
yang mulia ini. Kita teruskan dengan doa kepada Allah dan munajat bertawassul
kepada Ahlul Badr…
صَلاَةُ اللهِ سَلاَمُ اللهِ عَلَى طَه رَسُوْلِ الله
صَلاَةُ الله سَلَامُ الله عَلَى يَس حَبِيْبِ الله
Sebelum
kita tutup, saya akan menyampaikan salam dan rindu dari guru mulia kita Al
‘allamah Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidz, semalam telah kita sampaikan bahwa
acara di Jakarta sukses, kebetulan acara beliau sama di malam yang sama dengan
acara kita dan mengadakan Haul Ahlul Badr juga di Tarim Hadramaut. Telah
disampaikan bahwa acara di Jakarta sukses dengan zikir lafdzul Jalalah 1000
kali, dan setelah disampaikan berita ini Beliau bergembira, dan juga
disampaikan kepada beliau vcd di malam Nisf Sya’ban yang lalu, beliau sangat
gembira dengan kesuksesan acara tersebut dan selalu mendoakan kita. Dan
InsyaAllah kerinduan beliau untuk hadir ke tempat kita tidak lama lagi,
insyaAllah bulan Muharram tepatnya bulan Desember, insyaAllah kita akan
mengadakan malam selasa bersama beliau , dan insyaallah acara ini sukses
kira-kira tinggal tiga bulan lagi, kita akan buat acara insyaallah yang hadir
lebih banyak lagi muslimin muslimat…
أَمِين اللَّهُمَّ أمين يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَام يَاذَا الطَّوْلِ وَاْلإِنْعَام…
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ وَصَلَّى اللهُ علَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَأَخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ…
2014@abdkadiralhamid
0 Response to "Kemuliaan Malam Lailatul Qadar & Ahlul Badr"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip