Dibalik Hubungan Alhabib Abubakar bin Shofi Alhabsyi Makassar dengan Buya Hamka
Menurut berbagai sumber, Prof.Dr.H.
Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka) sempat berkunjung dan menetap di Makassar.
Sebagai Seorang tokoh Muhammadiyah, beliau menjadi salah satu panutan dan
tauladan dari orang-orang muhammadiyah di Makassar saat itu. Pernah suatu
waktu, beliau dan beberapa tokoh-tokoh muhammadiyah setempat di undang oleh AlhabibAbubakar bin Shofi Alhabsyi, seorang Kapten
Arab di zamannya dalam suatu acara yang didalamnya dibacakan maulid Ad’diba’i. Pada awalnya sempat menjadi
pergunjingan dikalangan orang-orang muhammadiyah, apalagi Acara Maulid bukan
merupakan kebiasaan mereka, Akhirnya mereka sepakat untuk meminta pendapat Buya
Hamka mengenai undangan Maulid sang Habib. Lalu pada akhirnya, beliau
menyetujui dan mengajak yang lain untuk menghadiri undangan tersebut dan memberikan
isyarat jikalau dalam acara maulid nantinya, disaat “qiyam” (saat berdiri
dipertengahan bacaan maulid), agar kompak tidak berdiri, dan jika ada yg
keberatan, maka beliau akan menjadi wakil untuk menjawabnya.
Akhirnya sampailah di hari yang ditunggu-tunggu, Rombongan
Buya Hamka mulai berangkat menuju sekitar Jalan Sungai Limboto di kediaman Alhabib
Abubakar bin Shofi Alhabsyi. Mereka disambut hangat dan ramah oleh tuan rumah, dan
langsung dipersilahkan masuk dan mengikuti acara ritual maulid yang sedang
berlangsung. Pembacaan Kitab maulid Nabi ini merupakan kebiasaan yang dilakukan
khususnya dikalangan Nahdlatul Ulama (NU) dalam kegiatan syukuran, pernikahan, aqiqah,
sunatan dll dan sebaliknya ini tidak ladzim dalam kalangan Muhammadiyah karena
ini dianggap “bid’ah” karena tidak pernah dilakukan di zaman nabi. Akhirnya
sampailah disaat ”Qiyam”, dimana kegiatan ini dianggap sakral dalam proses
pembacaan Kitab Maulid, dan diyakini sebagai sikap penghormatan dengan berdiri
dalam menyambut Rasulullah saw. Dalam acara tersebut kebanyakan orang yang
hadir serentak berdiri, tapi rombongan Buya Hamka tidak ikut berdiri dan tetap duduk
“diam” . Pemandangan seperti ini biasanya tidak ladzim dalam acara maulid, tapi
anehnya Alhabib Abubakar bin Shofi Alhabsyi tidak menunjukkan respon sedikitpun
terhadap sikap yang ditunjukkan rombongan Buya, mungkin ini salah satu bentuk
keluhuran sang habib yang sangat hormat dengan perbedaan (Ikhtilaf) yang masih
bisa ditolerir.
Setelah peristiwa itu, Buya Hamka kembali ke kampung halamannya,
sumatera …..dan mulai banyak mempelajari Keunikan Pembacaan kitab Maulid Nabi
dan kembali teringat keluhuran pekerti Alhabib Abubakar bin Shofi Alhabsyi dan
berniat ingin mengunjunginya kembali sebagai sosok yang dihormatinya. Sesampainya
beliau di Makassar langsung menuju kediaman sang habib, namun sayang, beliau
mendapat kabar bahwa sang habib baru saja meninggal dunia dan dirumahnya telah
diselenggarakan acara Tahlilan hari ke 3. Setelah itu beliau juga sempat
menziarahi Makam Alhabib Abubakar bin Shofi Alhabsyi di Pemakaman Bontoala,
Makassar, dan menurut beberapa sumber bahwa ini merupakan pengalaman pertama
Buya Hamka dalam berziarah kubur…
Makam Alhabib Abubakar bin Shofi Alhabsyi di Pemakaman Bontoala (Kuburan Arab) Makassar |
Kesimpulan dari cerita ini menunjukkan Keluhuran budi yang
ditunjukkan oleh kedua tokoh ini, Alhabib Abubakar bin Shofi Alhabsyi Makassar
dan Buya Hamka dari latar belakang pemahaman yang berbeda tetapi saling
menghargai.
Sumber :
Curhat Sang Buya Hamka dengan sesama teman sejawatnya dari Makassar
sebagai anggota legislative di zaman soekarno
abdkadiralhamid@2014
0 Response to "Dibalik Hubungan Alhabib Abubakar bin Shofi Alhabsyi Makassar dengan Buya Hamka"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip