Wahabi menolak karomah para wali
(Menurut mereka, itu semua tahayul atau khurofat dan harus dibasmi)
Alasan utama wahabi menolak adanya karomah dari para WALI ALLAH adalah karena hal-hal yang bersifat mistis seperti karomah para wali itu tidak ada dizaman Nabi dan sahabat, seandainya ada maka pasti Nabi dan sahabat-sahabatnya akan menyuruh umatnya melakukan hal yang sama. Dengan demikian apa yang ditampakkan oleh para wali berupa keistimewaaan karomah pasca Nabi dan sahabatnya adalah sebuah kesesatan yang tidak pernah diajarkan dalam Syareat Islam.
Sengaja atau tidak, klaim sesat dan istilah karomah setan dari kubu wahabi adalah penghakiman sepihak dari mereka yang melihat islam hanya dari kulit luar saja, layaknya buah kelapa yang memiliki empat tahapan agar dapat melihat dan merasakan intisari dari air kelapa. Wahabi hanya sampai pada tingkatan mengupas kulit kelapa bagian paling luar saja dan tidak membuka tabir-tabir kulit berikutnya. Perlu adanya kajian khusus bagi mereka terkait pendalaman Islam, Iman dan Ihsan. Syareat, thoriqot dan Hakikat yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabatnya. Walaupun kenyataannya mayoritas muslim dunia hanya mengenal Islam sebatas pada sisi syariat saja karena ulama yang membimbing kepada thoriqot dan hakikat sangat langka apalagi di era sekarang.
Anehnya dedengkot ajaran wahabi Ibnu Taimiyah justru percaya soal karamah..
Di antara kutipan-kutipan dari Ibnu Taimiyyah tentang karomah sebagian sahabat adalah sebagai berikut :
- Ummu Aiman pergi berhijrah tanpa membawa bekal dan air hingga ia hampir mati karena kehausan. Saat tiba waktu berbuka – ia sedang berpuasa – ia mendengar di atas kepalanya ada suara halus. Lalu ia mendongakkan kepalanya. Ternyata ada timba menggantung. Kemudian ia minum dari timba tersebut sampai merasa segar dan tidak merasakan haus dalam sisa hidupnya.
- Sebuah perahu mantan budak Rasulullah SAW memberitahu kepada seekor singa bahwa ia adalah utusan Rasulullah. Akhirnya singa tersebut berjalan bersamanya sampai mengantarkan menuju tempat tujuannya.
- Al Bara’ ibn Malik jika bersumpah atas Allah maka Allah akan merealisasikan sumpahnya. Jika dalam situasi perang memberatkan kaum muslimin dalam berjihad, mereka akan berteriak, “Wahai Bara’ ! bersumpahlah atas Tuhanmu.” “Ya Rabbi, aku bersumpah atas-Mu , berikanlah bahu-bahu orang-orang kafir kepada kami,” sumpah Bara’. Akhirnya musuh pun mengalami kekalahan. Ketika berlangsung perang Qadisiyyah, Bara’ bersumpah, “Aku bersumpah atas- Mu, ya Rabbi, berikanlah bahu-bahu orang-orang kafir kepada kami dan jadikan aku orang pertama yang mati syahid.” Akhirnya kaum muslimin diberi bahu-bahu orang-orang kafir dan Bara’ sendiri terbunuh sebagai syahid.
- Khalid ibn Al Walid mengepung sebuah benteng yang kokoh. “Kami tidak akan menyerah sampai kamu minum racun,”kata orang-orang kafir. Akhirnya Khalid minum racun dan racun itu tidak menimbulkan efek apa-apa.
- Ketika mengirimkan bala tentara, ‘Umar ibn Al Khatthab mengangkat seorang lelaki bernama Sariyah sebagai pemimpin pasukan. Ketika sedang berkhutbah di atas mimbar tiba-tiba ‘Umar berteriak, “Wahai Sariyah !, tetaplah berada di gunung. Wahai Sariyah !, tetaplah berada di gunung.” Saat utusan bala tentara datang, ‘Umar bertanya kepadanya, yang kemudian dijawab, “Wahai Amirul Mu’minin !, Kami bertemu musuh dan mereka berhasil mengalahkan kami. Tiba- tiba ada suara orang berteriak : “Wahai Sariyah !, tetaplah berada di gunung.” Akhirnya kami pun tetap berada di gunung, hingga Allah mengalahkan mereka
- 'Ala’ ibn Al Hadlrami adalah gubernur Rasulullah untuk wilayah Bahrain. Dalam do’a yang dipanjatkannya ia berkata, “Wahai Dzat Yang Maha Mengetahui, wahai Dzat Yang Maha Sabar, wahai Dzat Yang Maha Tinggi, wahai Dzat Yang Maha Agung.” Maka do’anya pun dikabulkan. Ia juga pernah berdo’a agar orang-orang diberi hujan dan bisa berwudlu ketika mereka mengalami ketiadaan air dan hujan untuk sesudah mereka lalu do’anya pun dikabulkan. Waktu bala tentara muslimin terhalang oleh laut dan tidak mampu menyeberangkan kuda-kuda mereka, ia berdo’a hingga akhirnya mereka bisa melewati laut dengan pelana kuda yang tidak basah oleh air. Ia juga berdo’a agar ketika mati jasadnya tidak bisa dilihat orang. Akhirnya ketika mati orang-orang tidak menemukan jasadnya di liang lahat.
- Sa’id ibn Al Musayyib dalam peperangan pada era Yazid ibn Mu’awiyah mendengar adzan dari kuburan Rasulullah pada waktu-waktu shalat padahal masjid telah sepi tidak ada orang lain selain dirinya.
- ‘Umar ibn ‘Uqbah ibn Farqad suatu hari shalat di siang hari yang sangat panas lalu mendung pun memayunginya. Binatang buas melindunginya saat ia mengawasi kereta-kereta teman-temannya, karena ia disyaratkan untuk membantu mereka waktu perang.
- Mutharrif ibn ‘Abdillah ibn Syikhkhir jika masuk rumah maka wadah-wadah miliknya ikut bertasbih bersamanya. Ia dan temannya pernah berjalan berdua dalam kegelapan kemudian ujung cambuknya menerangi keduanya.
Dikutip dari Al Fataawaa Al Kubraa karya Syaikh Ibnu Taimiyyah vol. XI hlm. 281.
2014@abdkadiralhamid
0 Response to "Wahabi Menolak Karomah Para Wali"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip