//

URUTAN LENGKAP KHALIFAH DALAM LINTASAN SEJARAH ISLAM


URUTAN LENGKAP KHALIFAH 

Dalam Lintasan Sejarah Islam



Dalam kitab Musnad-nya Imam Ahmad, juga dalam Al-Mustadrak ‘ala Ash-Shahihaian karya Al-Hakim, disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “Khilafah sepeninggalku 30 tahun, kemudian menjadi kerajaan.” (HR.Ahmad) Mari kita cermati sabda beliau yang menyebutkan secara jelas periode khilafah ini. Ternyata, Ali KWH dibunuh pada bulan Ramadhan, sementara Rasulullah wafat pada bulan Rabi’ul Awwal. Untuk sampai 30 tahun, masih ada jeda enam bulan. Masa enam bulan inilah masa kepemimpinan Al-Hasan bin ‘Ali RA, cucunda Nabi, hingga ia mundur dari khilafah pada bulan Rabi’ul Awwal, persis di akhir masa 30 tahun sebagaimana disebutkan Rasulullah SAW. Lagi-lagi ini merupakan salah satu tanda kenabian, mukjizat agung Rasulullah Muhammad SAW, sekaligus pemberitahuan beliau mengenai hal-hal rahasia (ghaib) yang beliau dapat dari Allah SWT. Di Al-Mustadrak juga ada riwayat yang dinyatakan shahih oleh Adz-Dzahabi : Setelah Al-Hasan mundur sebagai khalifah, ada orang berkata kepadanya, “Orang-orang berkata bahwa Anda menginginkan khilafah.” Al-Hasan menolehkepada orang itu. Ia berkata, “Aku meninggalkan jabatan khalifah pada saat orang-orang kuat berada di tanganku. Mereka mengikuti perintahku, siap memerangi orang yang aku perangi dan berdamai dengan orang yang berdamai denganku. (Aku meninggalkan khilafah) karena untuk mencari ridha Tuhanku dan menghindarkan pertumpahan darah sesama muslimin. Lalu, apakah aku akan berupaya mendapatkan khilafah dengan keputus-asaan orang-orang Hijaz. Pergilah, aku tidak menginginkan khilafah itu.” Kisah ini memiliki sanad riwayat yang shahih melalui mata rantai para perawi yang dipercaya oleh Al-Bukhari dan Muslim. Dalam kisah ini terdapat sebuah penjelasan bahwa mundur dari khlaifah pada saat terjadinya perpecahan adalah khalifah sejati. Khalifah hakiki yang diajarkan Nabi ini bersemayam dengan sempurna dalam diri Al-Hasan bin ‘Ali. Dengan menyerahkan kekuasaan lahiriah, tidak berarti warisan Nabi menjadi berkurang pada dirinya,tidak berarti ada kekurangan pada posisinya sebagai pengganti kakeknya,Muhammad SAW. Justru dengan demikian, Al-Hasan menampakkan ciri khas yang paling agung dari kekhilafahan Rasulullah SAW, yaitu dalam wilayah ilmu, taqwa,pekerti, belas kasih, dan perhatian terhadap umat. Karena itu, sangatlah layak apa yang disabdakan Rasulullah SAW mengenai Sayyidina Hasan, “Sungguh anakku (cucuku) ini adalah seorang pemimpin. Allah akan mendamaikan dua kubu besar kaum muslimin dengan perantaranya.” (HR.Bukhari)

Source: http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2013/06/khilafah-yang-tak-butuh-singgasana.html


 

LIMA FASE KEPEMIMPINAN MUSLIMIN

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
تكون النبوة فيكم ماشاء الله أن تكون ثم يرفعها إذاشاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ماشاء الله أن تكون ثم يرفعها إذاشاء الله أن يرفعها ثم تكون ملكا عاضا فيكون ماشاء الله أن يكون ثم يرفعها إذاشاء أن يرفعها ثم تكون ملكا جبرية فتكون ماشاء الله أن تكون ثم يرفعها إذاشاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ثم سكت (رواه  احمد )
Adalah masa Kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah ‘ala minhajin Nubuwwah (Khilafah yang menempuh jejak kenabian) adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Mulkan ‘Adldlon (Kerajaan yang menggigit), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Mulkan Jabbariyah (Kerajaan yang sombong), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah (Khilafah yang menempuh jejak kenabian).” Kemudian beliau (Nabi) diam.” 
(HR. Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad : IV/273, Al-Baihaqi, Misykatul Mashobih Hal 461. Lafadz Ahmad)

I. FASE KENABIAN (KEPEMIMPINAN  PARA NABI)

Sebagai telah kita ketahui bersama bahwa salah satu amanat besar yang Allah berikan kepada manusia disamping amanat ibadah (QS. 51 : 56),  adalah  amanat khilafah (kepemimpinan). Sejak Nabi Adam a.s sebagai manusia dan sekaligus Nabi serta Rasul pertama, sampai Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, umat manusia senantiasa dipimpin oleh para Nabi dan Rasul Allah yang mempunyai tugas suci pembawa risalah Allah, pembimbing, pemimpin, pemberi peringatan dan kabar gembira bagi umat manusia untuk mencapai kemuliaan dan keselamtan hidup di dunia maupun akhirat. Hanya dua (2) misi utama para Nabi dan Rasul Allah dalam pemimpin umat manusia, yaitu untuk menegakkan Dienul Islam dan mencegah terjadinya perpecahan umat (QS.42 : 13-14).
Untuk menyempurnakan risala-Nya yaitu Diennul Islam yang telah disampaikan oleh para rasul terdahulu, sebagaimana yang telah Allah kabarkan dalam Tauret dan Injil, maka diutuslah seorang Hamba Allah, yang dilahirkan padahari Senin, tgl. 12 Rabi’ul Awwal Th.I Fiel atau 20 April 571 di Kota Mekah yaitu Muhammad bin Abdullah. Pada usianya yang ke-40 tahun (17 Ramdlan 41 Fiel/6 Agustus 610 M) bertempat di Gua Hira, Muhammad bin Abdullah diangkat sebagai Rasulullah dan Nabiyullah yang terakhir sampai akhir jaman (QQ. 33 :  40 ). Al Qur’an sebagai wahyu Allah sebagai syari’at (Diennul islam) untuk seluruh umat manusia sepanjang  masa pun diturunkan Allah kepada Nabi Muhammmad secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari. Setelah Allah menurunkan QS. Al- Maidah ayat 3 sebagai sebagai wahyu yang terakhir tentang hukum/syari’at, maka sempurnalah agama dan nikmat Allah bagi seluruh alam. Tugas kerasulan yang diemban Rasulullah SAW sekitar 23 tahun, telah berakhir manakala Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggil Rasulullah yang tercinta untuk pulang ke rahmatullah pada hari senin, 12 Rabi’ul awwal 11H/8 Juni 632 M, dipangkuan isterinya tercinta. Siti Aisyah r.a. dalam usia 63 tahun.

II.   FASE KHILAFAH A’LA MINHAJI NUBUWAH

(Kekhilafahan Yang Mengikuti Jejak Kenabian)

 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
كَانَتْ بَنُوْاِسْرَائِيْلَ تَسُوْسُهُمُ الأَْنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَنَبِيَّ بَعْدِيْ وَسَيَكُوْنُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُوْنَ قَالُوْا فَمَاتَأْمُرُنَا قَالَ فُوْابِبَيْعَةِ الأَْوَّلِ فَالأَْوَّلِ أَعْطُوْهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللهَ سَائِلُهُمْ عَمَّااسْتَرْ عَاهُمْ (رواه البخارى)
Dahulu bani Israil senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap mati seorang nabi diganti oleh Nabi lainnya, dan sesudahku ini tiad ada lagi seorang Nabi dan akan terangkat beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak. Sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami ? Beliau bersabda “Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berilah kepada mereka haknya, maka sesungguhnya Allah akan menanyakan apa yang digembalakannya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitab Bad’ul Khalqi : IV/206)
Walaupun masa kerasulan dan kenabian telah berakhir dengan wafatnya Rasulullah SAW sebagai khotaman Nabiyiin, namun kepeminpinan Muslimin sebagai pengembala umat tidak boleh terputus, Muslimin harus ada yang memimpin, muslimin harus mempunyai ulil amri/khalifah/amirul mukminin. Apabila Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk ta’at kepada Allah ( Al-Qur’an), taat kepada Rasul ( As Sunnah) dan kepada Ulil Amri/amirul Mukminin (QS. 4 : 59), maka adanya ulil amri sebagai khalifah fiel ‘Ardy adalah suatu kewajiban. Apalagi Rasul mengamanatkan kepada kita sekalian dengan sabdanya:
ولايحل لرجل أن يبيع على بيع صاحبه حتى يذره ولايحل لثلاثة نفر يكونون بأرض فلاة إلا أمروا عليهم أحدهم …. (رواه احمد)
“…. Tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu daerah kecuali mereka mengangkat salah seorang dari mereka menjadi amir (pemimpin)…” (HR. Ahmad dari Abdullah bin Amr)
Ketika Rasulullah wafat, jenazah beliau tidak segera diurus (dibiarkan berbaring) oleh para sahabat Rasulullah SAW. Para sahabat Rasulullah bukan tidak tahu bahwa jenazah itu harus segera diurus (dimandikan, dikafani, disholatkan dan dikubur), tetapi ada syari’at yang sangat penting daan prinsif yang harus didahulukan yaitu pengangkatan khalifah/ulil amri sebagai pemimpin yang meneruskan jejak kepemimpinan Rasul, sebagaimana amanat Allah dan Rasul-Nya (keharusan adanya ulil amri/khalifah)

1.  Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a  (11 – 13 H/632 –634 M)

Ketika para sahabat termasuk Umar bin Khatab merasa yakin bahwa Rasulullah SAW sudah wafat, tiba-tiba sampai berita kepada Abu Bakar dan Umar, bahwa kaum Anshor akan mengadakan musyawarah pembai’atan Sa’ad bin Ubadah sebagai khalifah digolongan Anshor, bertempat di Saqifah Bani Sa’idah,maka Umar dan Abu Bakar yang kemudian disusul olehAbu ubaedah menemui Kaum Anshor. Pada saat musyawarah, kaum sebagian Anshor bersi keras bahwa khalifah harus dari Kaum Anshor karena kelompok mereka lebih banyak, tetapi setelah Abu Bakar menyampaikan Ayat 100 Surat At-Taubah, bahwa Asaabukunal awalin, dan yang dahulu disebut Allah adalah Kaum Muhajirin, maka Kaum Anshor mulai sadar dan meminta calonnya dari muhajirin, Abu Bakar menyarankan agar Umar bin Khathoblah yang dibai’at, tetapi beliau menolak. Akhornya dengan berbagai pertimbangan syari’at yang diisyaratkan Rasulullah ketika masih hidup, maka jatuhlah pilihan kepada Abu Bakar, maka Umar langsung membai’at Abu Bakar dan diikuti oleh semua sahabat yang hadir baik dari kaum Muhajirin maupun Anshor. Selanjutnya Umar pergi ke Masjid dan mengmumkam kepads sseluruh muslimin untuk segera membai’at Abu Bakar.Setelah tegaknya khalifah baru segala urusan muslimin diselesaikan diantaranya pengurusan jenazah Rasulullah (Memandikan, mengkafanin, menyolatkan dan menguburkannya) jenazah Rasulullah dikuburkan pada Malam Rabu di tempat beliau meninggal (sekitar 2 hari jenazah Rasul dibaringkan karena belum diangkatnya Khalifah).
Selama kekhilafahan Abu Bakar, banyak masalah yang harus diselesaikan, diantaranya memberantas kaum pemberontak, orang-orang murtad, nabi palsu dan orang-rang yang tidak membayar zakat.Dan dimasa inilah Al-Qur’an disusun dalam satu mushaf. Kekhilafahan Abu Bakar berlangsung hanya 2 tahun, karena beliau dipanggil Allah (wafat) pada th. 13 H/634 M.

2. Khalifah Umar bin Khathab r.a ( 13 – 23 H/634 – 644 M)

Sebelum Abu Bakar wafat, beliau bermusyawarah dengan para sahabatnya tentang pengganti beliau sesudah wafat. Dalam musyawarah dicapai kesepakatan bahwa Umar bin Khathablah yang akan menggantikannya, maka Abu Bakar menulis surat wasiat Umarlah yang diangkat sebagai khalifah pengganti beliau. Maka ketika Abu Bakar wafat dibai’atlah Umar bin Khathab sebagai khalifah oleh para sahabat dan muslimin lainnya. Perkembangan dakwah muslimin pada masa khalifah Umar sangat pesat, sehingga adi daya Romawi dan Persia jatuh kepangkuan muslimin. Namun disisi lain kebencian kaum munafikin semakin besar manakala melihat pertumbuhan muslimin kian menguat dan membesar, yang akhirnya Abu Lu-Lu berhasil membunuh Khalifah Umar yang didasari kebencian dan kecemburuan yang mendalam.
Allah jualah yang membatasi kekhilafahan Umar yang hanya 10 tahun itu.

3. Khalifah Ustman Bin Affan r.a. (23 –35 H/644 – 656M)

Ketika Umar bin Khathab masih hidup, beliau menunjuk thaifah Syura (Majelis Musyawarah) yang berjumlah 6 orang yaitu Aburrahman bin Auf (Amir Majelis),Sa’ad bin Abi Waqosh, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam. Maka ketika Umar bin Khathab wafat (syahid), Thaifah Syura tersebut mengadakan musyawarah, dalam musyawarah tersebut para sahabat para prinsifnya tidak mau dicalonkan sebagai khalifah, tetapi setelah melalui proses panjang akhirnya disepakatilah Ustman bin Affan sebagai khalifah, maka terjadilah pembai’atan terhadap ustman sebagai khalifah.
Pada 6 tahun pertama, kekhilafahan Usman bin Affan berjalan cukup baik, keadaan muslimin sudah subur makmur bahkan banyak yang hidup bermegah-megah, walaupun kondisi inilah yang sangat dikhawatirkan oleh Ustman bin Affan sehingga beliau hidup sangat sederhana. Namun ketika tokoh Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’ pura-pura masuk Islam, mulailah bintik-bintik keresahan dan kekacuan timbul. Lantaran didapatkannya beberapa keluarga Ustman (Bani Umayah) diangkat menjadi para pembantu khalifah, dimanfaatkan oleh Abdullah bin Saba’ untuk mengharus Bani Hasyim dan kaum muslimin lainnya agar khalifah memecat seluruh keluarganya yang menduduki keimarahan (jabatan dalam kekhilatahan). Kampanye anti khalifah dilancarkan terus oleh Abdullah bin Saba’ dan para munafikin (kampanye mosi tidak percaya) sampai- sampai  sekitar 500 orang dari wilayah Mesir  datang kepada Khalifah menuntut agar Abdullah Ibnu Abi Sarah sebagai Wali Mesir dipecat dan diganti oleh Muhammad bin Abi Bakar. Dalam suasana tegang tersebut, Marwah bin Hakam mengirim surat palsu  atas nama Ustman yang isinya memerintahkan agar Abdullah Ibnu Abi Sarah membunuh Abdullah bin Abi Bakar.Setelah diyakini oleh orang Mesir bahwa itu adalah surat bukan dari Khalifah, maka kelompok Abdullah bin Saba’ menuntuk agar khalifah mengqishosh Marwah bin Hakam atau khalifah mundur. Karena khalifah tidak bisa melaksanakan qishosh terhadap Marwah mengingat itu baru rencana pembunuhan, akhirnya kaum pemberontak menuntuk agar khalifah Ustman mundur. Hebatnya provokasi dan kampanye Abdullah bin Saba’ itulah akhirnya rumah khalifah dikepung sekitar 40 hari, dan dalam kondisi syaum, setelah sholat Ashar menjelang Maghrib rumah khalifah Ustman diserbu yang akhirnya Khalifah syahid terhunuh pedang ketika sedang membaca Al-Qur’an. Darah syahidnya pun membahasi mushaf Al-Qur’an yang beliau susun sendiri. Dimasa khalifah ustmanlah Al-Qur’an disusun beberapa mushaf untuk disebarkan ke beberapa wilayah.

4. Khalifah Ali Bin Abi Thalib r.a. (35 – 41 H/656 –661)

Pada waktu terbunuhnya Khalifah Ustman oleh kaum pemberontak (bughot), para sahabat berkumpul baik kaum Muhajirin maupun Anshor,Thallhah dan Zubair pun hadir ditengah-tengah mereka. Thallhah dan Zubair menghadap Ali bin Abi Thalib seranya berkata :”Sesunggunya bagi manusia harus memiliki Imaam.” Maka Ali menjawab,”Saya tidak berhajat dalam urusan ini, maka siapakah yang akan kamu pilih dan kamu ridloi untuk menjadi Imaam ? keduanya menjawab, “kami tidak mempunyai pilihan kecuali Engkau.” Ali menjawab, “Jangan kamu berdua melakukannya, saya menjadi wazir (pembantu) saja dan itu lebih baik bagi saya dari pada menjadi Imaam.” Dan keduanya menjawab : “ Demi Allah, kami tidak akan mengerfjakannya hingga kami membai’at engkau.” Ali menjawab lagi : “kalau begitu di Masjid saja, karena bai’at kepadaku jangan sembunyi-sembunyi, dan tidak akan ada bai’at melainkan di majid.” Lalu mereka pun membai’at Ali sebagai khalifah, disusul oleh para sahabat lain.
Ketika Ali baru saja menduduki sebagai khalifah, Marwah bin Hakam dan Muawiyah bin Abi sofyan menuntut kepada khalifah menuntut bela atas kematian Ustman, agar Ali segera mengqishosh pembunuh ustman. Abdullah bin Saba’ memprovokasi Bani Umayah agar mengadakan pemberontakan kepada khalifah dengan mengadudombakan Bani Umayah dengan bani Hasyim, sampai-sampai Aisyah binti Abu Bakar (janda Rasulullah) terprovokasi sama-sama menuntuk Ali bahkan mengerahkan pasukan untuk menyerang khalifah Ali, maka terjadilah pertempuran parukan Ali dan pasukan Aisyah yang dimenangkan oleh Pasukan Ali, tidak kurang dari 10.000 muslimin korban, yang kahirnya Aisyah menyadari dan bertaubat serta mengakui kekhilafahan Ali. Perang tersebut dinamakan perang Jamal.
Pada th. 37 H Muawiyah bin Abi Syofian di bai’at oleh Bani Umayah sebagai khlifah tandingan, serta mengadakan penyerangan kepada Khalifah Ali,pertempuranpun tidak bisa dielakkan dan akhirnya dapat dikalahkan oleh pasukan Ali.Perang tersebut dinamakan Perang Shiffin. Setelah kalah, pihak Muawiyah meminta perundingan damai, dan khalifah Ali memunuhinya, sehingga diadakanlah perundikan yang isinya demi persatuan dan kesatuan muslimin kekhilafahan sementara diturunkan baik dari pihak Ali maupun pihak Muawiyah. Dalam pidato peletakan jabatan, Ali bin abi Thalib diwakili oleh Abu Musa Al Asy’ari dan Muawiyah diwakili oleh”Amar bin “Ash. Namun ketika  Abu Musa mengumumkan peletakan jabatan khalifah Ali,  “Amar bin “Ash naik podium dan mengumumkan pengukuhan kekhilafaan Muawiyah. Itulah kudeta Muawiyah terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib.Dalam kondisi tersebut ada pihak yang sangat tidak setuju terhadap sikap Ali yang rela meletakkan jabatan khalifah, yaitu kaum Khawwarij sehingga mengadakan pemberontakan kepada Ali, yang akhirnya dalam usia 63 th.ketika Khalifah Ali sedang mengimami Shalat Syubuh di Masjid Kufah, Ibnu Muljam menikam Khalifah Ali. Setelah Ali syahid tgl.20 Ramadlon 40 H, sebagian msulimin Arabia, Irak dan Persia membai’at Hasan bin Ali  sebagai khalifah kelima. Namun karena prihatin dengan konfliks yang terjadi ditengah-tengan muslimin, tiga bulan kemudian menyerahkan kekhilafahan itu dan membai’at Mu’awiyah.

III. FASE MULKAN ‘ADLDLON (kerajaan Yang Menggigit)

Sistem Khliafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah yang diwujudkan oleh Khulafaur rasyidin al mahdiyyin (Abu Bakar,Umar, Usman dan Ali) hanya 30 tahun, hal ini sesuai dengan prediksi Rasulullah SAW dalam sabdanya : “kekhilafahan pada umatku itu 30 tahun, kemudian kerajaan setelah itu.” (HR. Tirmidzi 4/503 dan Abu Dawud 4/211). Sejak Muawiyah bin Abi Sofyan memegang tampu kekuasaan dan dipengaruhi oleh sistem pemerintahan Konstantinepal dan Persia, sistem kekhilafahan bergeser menjadi sistem kerajaan (Mulkan) dimana pengangkatan khalifah (raja) secara turun temurun (sistem keturunn) dan sebutan khalifah hanya istilah saja.
Mulkan ‘Adldlon terbagi menjadi dua periodi yaitu :
Dinasti Bany Ummayah dengan 14 dinasti (raja/keturunan) mulai dari Mua’wiyah bin Abi Sofyan tahun 40 H/660 M  sampai dengan Marwah bin Muhammad 132 H/750 M atau selama 90 tahun
Dinasti Bany Ab-basiyyah dengan 37 dinasti (raja/keturunan) dimulai dari Abul Ab-bas As Safah 132 H/749 M sampai dengan Al Mu’tasim  1258 M atau selama 509 tahun
Pada masa mulkan Adldlon ini dalam kehidupan muslimin banyak tumbuh firqoh-firqoh, ada yang diakibatkan perbedaan aqidah, syar’ah, wilayah, figur pemimpin dll, sehingga perpecahan, pertikaian dan saling halalkan darah menghiasi perjalanan muslimin pada fase ini (kerajaan menggigit), sampai 2 cucu Rasulullah tewas mengenaskan oleh sesama muslim ( Hasan bin Ali wafat diracun oleh kaki tangan Mu’awiyah, Husein bin Ali dipenggal kepalanya oleh Yazid bin Muawiyah)

IV.MULKAN JABBARIYAH (Kerajaan yang Sombong)

Setelah mulkan Adldlon tumbang, kepemimpinan muslimin bergeser kepada mulkan Jabbariyah (kerajaan yang sombong) walaupun meraka itu masih menamakan diri sebagai khalifah dan gelar rajanya disebut sulthan . Pada fase ini muslimin kejayaan dan kemajuan muslimin diukur dengan keberhasilah duniawi; kemakmuran, kemewahan dan kemegahan hidup, telah menghiasi kehidupan muslimin.
Fase Mulkan Jabbariyah atau disebut juga Dinasti Turki Ustmani dimulai dari Ustman bin Er Thaghrhol (th. 1290-1326 M) sampai dengan Sulthan Muhammad VI (th.1919-1923 M) dengan 36 dinasti (raja/keturunan) atau selama 633 tahun. Pada tgl. 3 Maret 1924, Mustofa Kemal Fasha Attaturk sebagai anggota Free Masonry Gerakan Yahudi Internasional) melancarkan revolusi di Turki, yang akhirnya  Dinasti Turki Ustmani tumbang, dan jadilah Turki sebagai Negara Republik.  Sejak runtuhnya Sulthan Muhammad Vi, maka tidak ada lagi kepemimpinan sentral di dunia, baik dalam bentuk khalifah maupun mulkan, yang ada adalah kepemimpinan Nasionalis dalam bentuk Negara Islam.

 V. FASE KHILAFAH A’LA MINHAJI NUBUWAH

(kekhilafahan yang mengikuti jejak kenabian)

Selama lebih dari 13 abad muslimin meninggalkan sistem Khilafah, alhamdulillah, hanya  dengan idzin dan kehendak Allah semata, muslimin dapat menetapi kembali Khilafah ‘ala minhajin Nubuwwah, sebagai fase terakhir dalam sistem kepemimpinan Muslimin berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah, yaitu dengan dibai’atnya Imaam Syeikh Wali Al-Fattaah sebagai Imaamul Muslimin/Khalifah fiel Ardy, pada tg. 10 Dzulhijjah 1372 H/20 Agustus 1953. Dan ketika beliau wafat (1976 M), muslimin telah membai’at Imaam Muhyiddin Hamidy sebagai pengantinya sampai sekarang, sebelum jenazah Imaam Syeikh Wali Al-Fattah dikebumikan.
Kekhilafahan adalah satu-satunya sistem kepemimpinan muslimin yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, bukan produk politik/ro’yu.

 


Dalam sejarah kaum muslimin hingga hari ini, pemerintah Islam di bawah institusi Khilafah Islamiah pernah dipimpin oleh 104 khalifah.



Dinasti Islam



Dinasti Islam muncul setelah masa al-Khulafa ar_Rasyidun berakhir. Tradisi pemerintah Islam tetap dipertahankan bersamaan dengan upaya perluasan wilayah Islam ke seluruh dunia.

Berikut adalah beberapa dinasti Islam yang pernah berkuasa di dunia :


» Dinasti UMAYAH ----- 40 H/661 M - 132 H/750 M
» Dinasti ABBASIYAH ----- 132/750 M - 656 H/1258 M
» Dinasti IDRISIYAH ----- 172 H/789 M - 314 H/926 M
» Dinasti AGHLABIYAH ----- 184 H/800 M - 296 H/909 M
» Dinasti SAMANIYAH ----- 203 H/819 M - 395 H/1005 M
» Dinasti SAFARIYAH ----- 253 H/867 M - 900/1495 M
» Dinasti TULUN ----- 254 H/868 M - 292 H/905 M
» Dinasti HAMDANIYAH ----- 292 H/905 M - 394 H/1004 M
» Dinasti FATIMIYAH ----- 296 H/909 M - 566 H/1171 M
» Dinasti BUWAIHI ----- 33 H/945M - 447 H/1055M
» Dinasti SELJUK ----- 469 H/1077 M - 706 H/1307 M
» Dinasti AYUBIYAH ----- 569 H/1174 M - 650 H/1252 M
» Dinasti DELHI ----- 602 H/1206 M - 962 H/1555 M
» Dinasti MAMLUK MESIR ----- 648 H/1250 M - 923 H/1517 M
» Dinasti MUGHAL ----- 931 H/1525 M - 1275 H/1858 M
» Dinasti USMANI/OTTOMAN ----- 699 H/1300 M - 1341 H/1922 M


UMAYAH (40 H/661 M - 132 H/750 M)

Wilayah kekuasaan dinasti ini meliputi daerah Timur Tengah, Afrika Utara dan Spanyol. Dinasti Umayah berasal dari keturunan Umayah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf, pemimpin sukua Quraisy terpandang. Dinasti Umayah muncul setelah Ali bin Abi Thalib (40 H/661 M) meninggal. Mu'awiyah, keturunan Bani Umayah dari keluarga Harb, meneruskan kekuasaan dengan mendirikan Dinasti Umayah. Dinasti Umayah terbagi menjadi dua periode kekuasaan yaitu Umayah Damascus (Suriah) dan Umayah Cordoba (Spanyol). Kejayaan Dinasti Umayah Damascus terdapai pada masa Khalifah al-Walid. Berakhirnya Dinasti Umayah Damascus terjadi ketika Marwan II dibunuh tentara Abbasiyah pada 132 H/750 M. Selanjutnya Abdurrahman (cucu Hisyam) meloloskan diri ke Spanyol dan mendirikan Dinasti Umayah Cordoba. Dinasti Umayah Cordoba mengalami kejayaan pada masa Abdurrahman III dan al-Hakam II. Peninggalan Dinasti Umayah Damascus berupa Katedral St. John di Damascus yang diubah menjadi masjid, Katedral di Hims yang digunakan sebagai masjid dan gereja dan tempat istirahat di padang pasir seperti Qusair Amrah dan al-Musatta, adapun peninggalan Dinasti Umayah Cordoba adalah Masjid Cordoba di Spanyol.



ABBASIYAH (132/750 M - 656 H/1258 M)

Dinasti ini mempunyai wilayah kekuasan yang meliputi Irak, Suriah, Semenanjung Arabia, Uzbekistan dan Mesir bagian timur. Pendiri dinasti sekaligus khalifah pertama adalah Abu Abbas as-Saffah. Kekuasaan Dinasti Abbaisyah dibagi menjadi empat periode, yaitu periode awal 132 H/750 M-232 H/847 M), periode lanjutan (232 H/847 M-333 H/945 M), periode Buwaihi (333 H/945 M- 447 H/1055 M), dan periode Seljuk (447 H/1055 M- 656 H/1258 M). Masa panjang dinasti ini dilalui dengan pola pemerintahan yang berubah-ubah seusuai perubahan politik, sosial, budaya dan penguasa. Dinasti Abbasiyah mengalami jaman keemasan ketika dipimpin oleh as-Saffah, al-Mansur, al-Mahdi, Harun ar-Rasyid, al-Amin, al-Ma'mum, Ibragim, al-Mu'tasim dan al-Wasiq. kekuasaan Abbasiyah melemah dengan adanya pertentangan dan pemberontakan dari dalam negeri serta ancaman dari pihak luar, seperti Bizantum (Romawi Timur) dan orang Mongol. Dinasti Abbasiyah runtuh setelah orang Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan, cucu Jengiz Khan, menghancurkan Baghdad. Peninggalan Dinasti Abbasiyah meliputi antaran lain Baitulhikmah, yaitu suatu lembaga pusat kajian keilmuan yang didirikan oleh Khalifah Harun ar-Rasyid, dan Masjid al-Mutawakkil yang mempunyai menara spiral di Samarra (Irak).



IDRISIYAH (172 H/789 M - 314 H/926 M)

Wilayah kekuasaannya adalah Magribi (Maroko). Dinasti ini didirikan oleh Idris I bin Abdullah, cucu Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan merupakan dinasti pertama yang beraliran Syiah, terutama di Maroko dan Afrika Utara. Sultan Idrisiyah terbesar adalah Yahya IV (292 H/905 M-309 H/922 M) yang berhasil merestorasi Volubilis, kota Romawi, menjadi kota Fez. Dinasti Idrisiyah berperan dalam menyebarkan budaya dan agama Islam ke bangsa Berber dan penduduk asli. Dinasti ini runtuh setelah ditaklukkan oleh Dinasti Fatimiyah pada 374 H/985 M. Dinasti Idrisiyah antara lain meninggalkan Masjid Karawiyyin dan Masjid Andalusia yang didirikan pada 244 H/859 M.



AGHLABIYAH (184 H/800 M - 296 H/909 M)

Pusat pemerintahannya terletak di Qairawan, Tunisia. Wilayah kekuasaan Aghlabiyah meliputi Tunisia dan Afrika Utara. Pemimpin pertama dinasti ini adalah Ibrahim I bin al-Aglab, seorang panglima dari Khurasan Aghlabiyah berperan dalam mengganti bahasa latin dengan bahasa Arab serta menjadikan Islam agama mayoritas. Dinasti ini berhasil menduduki Sicilia dan sebagian besar Italia Selatan, Sardinia, Corsica, bahkan pesisir Alpen pada abad ke-9. Dinasti Aghlabiyah berkahir setelah ditaklukan oleh Dinasti Fatimiyah. Peninggalan dinasti ini antara lain adalah Masjid Raya Qairawan dan Masjid Raya di Tunis.



SAMANIYAH (203 H/819 M - 395 H/1005 M)

Wilayah kekuasaan Dinasti Samaniyah meliputi daerah Khurasan (Irak) dab Transoksania (Uzbekistan) yang terletak di sebelah timur Baghdad. Ibukotanya adalah Bukhara. Dinasti Samaniyah didirikan oleh Ahmad bin Asad bin Samankhudat, keturunan seorang bangsawan Balkh (Afghanistan Utara). Puncak kejayaan tercapai pada masa pemerintaha Isma'il II al-Muntasir, khalifah terakhir Samaniyah, tidak dapat mempertahankan wilayahnya dari serangan Dinasti Qarakhan dan Dinasti Ghaznawi. Dinasti Samaniyah berakhir setelah Isma'il II terbunuh pada 395 H/1005 M. Peninggalan Dinasti Samaniyah berupaa Mausoleum Muhammad bin Ismail al-Bukhari, seorang ilmuwan muslim.



SAFARIYAH (253 H/867 M - 900/1495 M)

Dinasti Safariyah merupakan sebuah dinasti Islam yang paling lama berkuasa di dunia. Wilayah kekuasaan Dinasti Safariyah meliputi kawasan Sijistan, Iran. Pendiri dinasti ini adalah Ya'qub bin Lais as-Saffar, seorang pemimpin kelompok Khawarij di Porpinsi Sistan (Iran). Dinasti Safariyah di bawah kepemimpinan Amr bin Lais berhasil melebarkan wilayah kekuasaanya sampai Afghanistan Timur. Pada masa itulah kekuasaan Dinasti Safariyah mencapi puncaknya. Dinasti ini semakin melemah karena pemberontakan dan kekacauan dalam pemerintahan. Akhirnya Dinasti Ghaznawi mengambil alih kekuasaan Dinasti Safariyah. Setelah penguasa terakhir Dinasti Safariyah, Khalaf, meninggal dunia, berakhir pula kekuasaan Dinasti Safariyah di Sijistan.



TULUN (254 H/868 M - 292 H/905 M)

Dinasti Tulun adalah sebuah dinasti Islam yang masa pemerintahannya paling cepat berakhir. Wilayah kekuasaan dinasti Tulun meliputi Mesir dan Suriah. Pendirianya adalah Ahmad bin Tulun, putra seorang Turki yang diutus oleh gubernur Transoksania (Uzbekistan) emmbawa upeti ke Abbasiyah. Dinasti Tulun yang memerintah sampai 38 tahun berakhir ketika dikalahkan oleh pasukan Abbasiyah dan setelah Khalifah Syaiban bin Tulun terbunuh.



HAMDANIYAH (292 H/905 M - 394 H/1004 M)

Wilayah kekuasaanya meliputi Aleppo (Suriah) dan Mosul (Irak). Nama dinasti ini dinisbahkan kepada pendirinya, Hamdan bin Hamdun yang bergelar Abul Haija'. Dinasti Hamdaniyah di Mosul dipimpin oleh Hasan yang menggantikan ayahnya, Abu al-Haija;. Kepemimpinan Hasan mendapat pengakuan dari pemerintah Baghdad. Dinasti Hamdaniyah di Aleppo didirikan oleh Ali Saifuddawlah, suadara dari penguasa Hamdaniyah Mosul. Ali Saifuddawlah merebut Aleppo dari Dinasti Ikhsyidiyah. Dinasti Hamdaniyah di Mosul maupun di Aleppo berakhir ketika para pemimpin meninggal.



FATIMIYAH (296 H/909 M - 566 H/1171 M)

Wilayah kekuasaannya meliputi Afrika Utara, Mesir dan Suriah. Berdirinya Dinasti Fatimiyah dilatarbelakangi oleh melemahnya Dinasti Abbasiyah. Ubaidillah al-Mahdi mendirikan dinasti Fatimiyah yang lepas dari kekuasaan Abbasiyah. Dinasti ini mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan al-Aziz. Kebudayaan Islam berkembang pesat pada masa Dinasti Fatimiyah, yang ditandai dengan berdirinya Masjid al-Azhar. Masjid ini berfungsi sebagai pusat pengkajian Islam dan ilmu pengetahuan. Dinasti Fatimiyah berakhis setelah al-Adid, khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah, jatuh sakit. Salahudin Yusub al-Ayyubi, wazir Dinasti Fatimiyah menggunakan kesempatan tersebut dengan mengakui kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mustadi. Peninggalan dinasti ini meliputi antara lain Masjid al-Azhar yang sekarang terkenal dengan Universitas al-Azhar-nya, Bab al-Futuh (Benteng Futuh) dan Masjid al-Akmar di Cairo, Mesir.



BUWAIHI (33 H/945M - 447 H/1055M)

Wilayah kekuasaan Dinasti Buwaihi meliputi Irak dan Iran. Dinasti ini dibangun oleh tiga bersaudara yaitu Ali bin Buwaihi, Hasan bin Buwaihi dan Ahmad bin Buwaihi. Perjalanan Dinasti Buwaihi dapat dibagi dua periode. Periode pertama merupakan periode pertumbuhan dan konsolidasi sedangkan periode kedua daalh periode defensi, khususnya di wilayah Irak dan Iran Tengah. Dinasti Buwaihi mengalami perkembangan pesat ketika Dinasti Abbasiyah di Baghdad mulai melemah. Dinasti Buwaihi mengalami kemunduran dengan adanya pengaruh Tugril Beg dari Dinasti Seljuk. Peninggalan dinasti ini antara lain berupa observatorium di Baghdad dan sejumlah perpustakaan di Syiraz, ar-Rayy dan Isfahan (Iran).



SELJUK (469 H/1077 M - 706 H/1307 M

Wilayah kekuasaannya meliputi Irak, Iran, Kirman dan Suriah. Dinasti Seljuk dibagi menjadi lima cabang yaitu Seljuk Iran, Seljuk Irak, Seljuk Kirman, Seljuk Asia Kecil dan Seljuk Suriah. Dinasti Seljuk didirikan oleh Seljuk bin Duqaq dari suku bangsa Guzz dari Turkestan. Akan tetapi tokoh yang dipandang sebagai pendiri dinasti seljuk yang sebenarnya adalah Tugril Beq. Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan Dinasti Seljuk dan mendapat pengakuan dari Dinasti Abbasiyah. Dinasti Seljuk melemah setelah para pemimpinnya meninggal atau ditaklukkan oleh bangsa lain. Peninggalan dinasti ini adalah Kizil Kule (Menara Merah) di Alanya, Turki Selatan, yang merupakan pangkalan pertahanan Bani Seljuk dan Masjid Jumat di Isfahan, Iran.



AYUBIYAH (569 H/1174 M - 650 H/1252 M)

Pusat pemerintahan Dinasti Ayubiyah adalah Cairo, Mesir. Wilayah kekuasaannya meliputi kawasan Mesir, Suriah dan Yaman. Dinasti Ayubiyah didirikan Salahudin Yusuf al-Ayyubi, setelah menaklukan khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah, al-Adid. Salahudin berhasil menaklukan daerah Islam lainnya dan pasukan salib. Selain dikenal sebagai panglima perang, Salahudin juga mendorong kemajuan di bidang agama dan pendidikan. Berakhirnya masa pemerintahan Ayubiyah ditandai dengan meninggalnya Malik al-Asyraf Muzaffaruddin, sultan terakhir dan berkuasanya Dinasti Mamluk. Peninggalan Ayubiyah adalah Benteng Qal'ah al-Jabal di Cairo, Mesir.



DELHI (602 H/1206 M - 962 H/1555 M)

Wilayah kekuasaan Dinasti Delhi terletak di India Utara. Dinasti Delhi mengalami lima kali pergantian kepemimpinan yaitu Dinasti Mamluk, Dinasti Khalji, Dinasti Tuglug, Dinasti Sayid dan Dinasti Loyd. Pada periode pertama, Delhi dipimpin Dinasti Mamluk selama 84 tahun. Mamluk merupakan keturunan Qutbuddin Aybak, seorang budak dari Turki. Dinasti Khalji dari Afghanistan memerintah selama 30 tahu. Dinasti Tuglug memerintah selama 93 tahun, sedangkan Dinasti Sayid selama 37 tahun. Penguasa terakhir Delhi adalah Dinasti Lody yang memerintah selama 75 tahun. Peninggalan Dinasti Delhi antara lain adalah Masjid Kuwat al-Islam dan Qutub Minar yang berupa menara di Lalkot, Delhi (India)



MAMLUK MESIR (648 H/1250 M - 923 H/1517 M)

Wilayah kekuasaan Dinasti Mamluk Mesir dan Suriah. Dinasti Mamluk berasal dari golongan hamba yang dimiliki oleh para sultan dan amir, yang dididik secara militer oleh tuan mereka. Dinasti Mamluk yang memerintah di Mesir dibagi dua yaitu Mamluk Bahri dan Mamluk Burji. Sultan pertama Dinasti Mamluk Bahri adalah Izzudin Aibak, Sultan Dinasti Mamluk Bahri yang terkenal antara lain adalah Qutuz, Baybars, Qalawun dan Nasir Muhammad bin Qalawun. Baybars adalah sultan Dinasti Mamluk Bahri yang berhasil membangun pemerintahan yang kuat dan berkuasa selama 17 tahun. Dinasti Mamluk Burji kemudian mengambil alih pemerintahan dengan menggulingkan sultan Mamluk Bahri terakhir, as-Salih Hajii bin Sya'ban. Sultan pertama penguasa Dinasti Mamluk Burji adalah Barquq (784 H/1382 M-801 H/1399 M). Dinasti Mamluk Mesir memberikan sumbangan besar bagi sejarah Islam dengan mengalahkan kelompok Nasrani Eropa yang menyerang Syam (Suriah). Selain itu, Dinasti Mamluk Mesir berhasil mengalahkan bangsa Mongol, merebut dan mengIslamkan Kerajaan Nubia (Ethiopia), serta menguasai Pulau Cyprus dan Rhodos. Dinasti Mamluk Mesir berakhir setelah al-Asyras Tuman Bai, sultan terakhir, dihukum gantung oleh pasukan Usmani Turki. Peninggalan Dinasti Mamluk antara lain berupa Masjid Rifai, Mausoleum Qalawun dan Masjid Sultan Hassan di Cairo.



MUGHAL (931 H/1525 M - 1275 H/1858 M)

Wilayah kekuasaan dinasti ini terletak di India. Dinasti Mughal didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, putra pertama Umar Syeikh Mirza, seorang penguasa Fargana di Turkistan (Transoksania). Dinasti Mughal dimulai ketika Babur menguasai Punjab dan meruntuhkan Dinasti Lody di Delhi. Dinasti Mughal menyebabkan terpusatnya daerah di India yang semula oleh gubernur, serta meluasnya politik Islam di wilayah India. Dinasti Mughal sangat memperhatikan pengembangan Islam, terutama di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Dinasti Mughal mendirikan khanqah (pesantren), yang merupakan pusat studi Islam dan ilmu pengetahuan. Dinasti Mughal juga memperhatikan pengembangan peradaban, terutama di bidang seni lukis, seni musik dan seni bangunan. Hal ini antara lain terlihat dari peninggalannya berupa Istana Hawa Mahal di Jaipur, red Fort (Benteng Merah), Delhi, Taj Mahal di Agra dan Masjid Badsyahi di Lahore. Dinasti ini runtuh setelah Inggris mulai menancapkan kekuasaanya di India. Bahadur II, sultan terakhir, diusir dari istananya oleh penguasa Inggris.



USMANI/OTTOMAN (699 H/1300 M - 1341 H/1922 M)

Dinasti yang pusat pemerintahannya di Istanbul, Turki, ini mempunyai wilayah kekuasaan paling luas. Wilayahnya meliputi sebagian Asia, Afrika dan Eropoa. Dinasti Usmani merupakan satu di antara tiga dinasti Islam yang besar pada abad Pertengahan, selain Dinasti Safawi di Persia (Iran) dan Dinasti Mughal di India. Dalam sejarah Islam, periode itu disebut juga Masa Tiga Kerajaan Besar. Dinasti Usmani menjadi negara besar setelah berhasil menaklukan Bizantium (856 H/1453 M) dan berkuasa lebih dari 6 abad. Dinasti ini didirikan oleh Usman, putra seorang pemimpin suku Kayi yang bernama Artogrol. Dinasti Usmani berhasil menyebarkan Islam sampai ke daratan Eropa. Puncak kejayaan dinasti ini tercapai pada masa pemerintahan Sulaiman I (The Great, The Magnificent, al-Qanuni). Dinasti Usmani kemudian semakin melemah akibat pemberontakan internal dan kalah perang melawan bangsa Eropa. Pada perkembangan selanjutnya, Dinasti Usmani mengalami masa modernisasi (1839-1924), yang ditandai dengan pembaruan di bidang politik, administrasi dan kebudayaan. Dinasti Usmani berakhir dan berganti menjadi negara modern yang berbentuk republik yang sekuler pada 1924. Pendirian republik Turki dipelopori oleh Mustafa Kemal Pasya Ataturk. Ia menanamkan paham nasionalisme dan menghapuskan kekuasaan sultan. ada banyak peninggalan Dinasti Usmani, antara lain Masjid Sulaiman, Masjid al-Muhammadi, Masjid Abu Ayub al-Ansari dan Masjid Aya Sofia di Istanbul yang berasal dari renovasi sebuah gereja.



Urutan Lengkap Khalifah dalam Sejarah Islam



Kaum muslimin mengetahui bahawa khalifah pertama dalam sejarah Islam adalah Abu Bakar ra, akan tetapi majoriti kaum muslimin saat ini, tidak mengetahui bahwa Sultan ‘Abdul Majid II adalah khalifah terakhir yang dimiliki oleh umat Islam, pada masa lenyapnya Daulah Khilafah Islamiyyah akibat pemerintahan  Musthafa Kamal yang menghancurkan sistem kilafah dan meruntuhnya Dinasti ‘Utsmaniyyah. Fenomena initerjadi pada tanggal 27 Rajab 1342 H.



Dalam sejarah kaum muslimin hingga hari ini, pemerintah Islam di bawah institusi Khilafah Islamiah pernah dipimpin oleh 104 khalifah. Mereka (para khalifah) terdiri dari 5 orang khalifah dari khulafaur raasyidin, 14 khalifah dari dinasti Umayyah, 18 khalifah dari dinasti ‘Abbasiyyah, diikuti dari Bani Buwaih 8 orang khalifah, dan dari Bani Saljuk 11 orang khalifah. Dari sini pusat pemerintahan dipindahkan ke Kaherah, yang dilanjutkan oleh 18 orang khalifah. Setelah itu khalifah berpindah kepada Bani ‘Utsman. Dari Bani ini terdapat 30 orang khalifah. Umat Islam masih mengetahui nama-nama para khulafaur rasyidin jika dibandingkan dengan yang lain. Walaupun begitu, mereka juga tidak lupa dengan Khalifah ‘Umar bin ‘Abd al-’Aziz, Harun al-rasyid, Sultan ‘Abdul Majid, serta khalifah-khalifah yang masyur dikenal dalam sejarah.



khulafaur Rasyidin

Adapun nama-nama para khalifah pada masa khulafaur Rasyidin sebagai berikut:

1.Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
2.’Umar bin khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
3.’Utsman bin ‘Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
4.Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M)
5.Al-Hasan bin Ali ra (tahun 40 H/661 M)



Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah selama  lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu’awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut :



Dari Bani Umayyah

01.Mu’awiyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
02.Yazid bin Mu’awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
03.Mu’awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H/683-684 M)
04.Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
05.’Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H/685-705 M)
06.Walid bin ‘Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
07.Sulaiman bin ‘Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
08.’Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)

09.Yazid bin ‘Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724 M)
10.Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
11.Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
12.Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
13.Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
14.Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)



Setelah itu sistem khalifah beralih ke tangan Bani Abas, Bani Buwaih dan Bani Saljuk, diantaranya :



a. Dari Bani ‘Abbas

01.Abul ‘Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
02.Abu Ja’far al-Mansyur (tahun 137-159 H/754-775 M)
03.Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
04.Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
05.Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
06.Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
07.Al-Ma’mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
08.Al-Mu’tashim Billah (tahun 218-228 H/833-842 M)
09.Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
10.Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
11.Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
12.Al-Musta’in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
13.Al-Mu’taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
14.Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
15.Al-Mu’tamad ‘Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
16.Al-Mu’tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
17.Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
18.Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)



b. Dari Bani Buwaih

19.Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
20.Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
21.Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
22.Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
23.Al-Muthi’ Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
24.Al-Thai’i Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
25.Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
26.Al-Qa’im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)



c. Dari Bani Saljuk

27. Al Mu’tadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
28. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
29. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
30. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
31. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160M)
32. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
33. Al Mustadhi’u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
34. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
35. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
36. al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
37. Al Mu’tashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M)



Peristiwa tragis di dunia Islam pada abad ke 13 M atau tahun 1258 M ini yang pernah diramalkan oleh Rasulullah ketika beliau bermimpi melihat dinding Yakjuj dan Makjuj sudah terbuka. Mimpi nabi akan akhir jaman ini menjadi kenyataan antara enam hingga tujuh abad kemudian yaitu keluarnya bangsa Tartar Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan. Setelah itu kekuasaan bangsa ini diteruskan oleh cucunya yang bernama Hulaghu Khan pada abad ke-7 Hijriah.



Dalam inskripsi hadis yang lain, Nabi Muhammad juga menggambarkan mengenai ciri-ciri fisik Yakjuj dan Makjuj. Mereka adalah bangsa yang lebar dahinya, bermata sipit, rambuntnya merah menyala, berasal dari dataran tinggi, dan wajahnya rata seperti dipukuli. Rasulullah pernah berkhotbah ketika jari beliau dibalut karena disengat kalajengking, beliau berkata : “Kamu mengatakan tidak ada permusuhan, padahal sesungguhnya kamu senantiasa memerangi musuh hingga datanglah Yakjuj dan Makjuj, yang lebar dahinya, sipit matanya, menyala (merah) rambutnya, mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi , wajahnya seperti dipalu.”



Demikianlah, siapa yang teringat serbuan besar-besaran bangsa Mongol Tartar atas negeri-negeri kaum Muslimin dan Nasrani. Mereka merupakan keturunan Yakjuj dan Makjuj pada abad ke-7 H. Mereka membawa kutukan mereka dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka membunuh banyak orang, melakukan perampasan dan pencurian. Mungkin, peristiwa itu akan terjadi lagi menjelang datangnya hari kiamat.



Setelah itu kaum muslimin hidup selama 3,5 tahun tanpa seorang khalifah pun. Ini terjadi kerana serangan orang-orang Tartar ke negeri-negeri Islam dan pusat kekhalifahan di Baghdad. Namun demikian, kaum muslimin di Mesir, pada masa dinasti Mamaluk tidak berdiam diri, dan berusaha mengembalikan kembali kekhilafahan. kemudian mereka membai’ah Al Muntashir dari Bani Abbas. Ia adalah putra Khalifah al-Abbas al-Dhahir Biamrillah dan saudara lelaki khalifah Al Mustanshir Billah, pakcik  dari khalifah Al Mu’tashim Billah. Pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke Mesir.



Khalifah yang diangkat dari mereka ada 18 orang yaitu :

01. Al Mustanshir billah II (taun 660-661 H/1261-1262 M)
02. Al Haakim Biamrillah I ( tahun 661-701 H/1262-1302 M)
03. Al Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)
04. Al Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1354 M)
05. Al Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)
06. al Mu’tadlid Billah I (tahun 753-763 H/1354-1364 M)
07. Al Mutawakkil ‘Alallah I (tahun 763-785 H/1363-1386 M)
08. Al Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)
09. Al Mu’tashim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)
10. Al Mutawakkil ‘Alallah II (tahun 791-808 H/1392-14-9 M)
11. Al Musta’in Billah (tahun 808-815 H/ 1409-1426 M)
12. Al Mu’tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416-1446 M)
13. Al Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)
14. Al Qa’im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)
15. Al Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)
16. Al Mutawakkil ‘Alallah (tahun 884-893 H/1485-1494 M)
17. al Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)
18. Al Mutawakkil ‘Alallah OV (tahun 914-918 H/1515-1517 M)



Ketika daulah Islamiyah Bani Saljuk berakhir di Anatolia, Kemudian muncul kekuasaan yang berasal dari Bani Utsman dengan pemimpinnya “Utsman bin Arthagherl sebagai khalifah pertama Bani Utsman, dan berakhir pada masa khalifah Bayazid II (918 H/1500 M) yang diganti oleh putranya Sultan Salim I. Kemuadian khalifah dinasti Abbasiyyah, yakni Al Mutawakkil “alallah diganti oleh Sultan Salim. Ia berhasil menyelamatkan kunci-kunci al-Haramain al-Syarifah. Dari dinasti Utsmaniyah ini telah berkuasa sebanyah 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad keenam belas Masehi. nama-nama mereka adalah sebagai berikut:



Dari Bani Uthmaniah

01. Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)
02. Sulaiman al-Qanuni (tahun 916-974 H/1520-1566 M)
03. salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)
04. Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)
05. Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)
06. Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)
07. Musthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)
08. ‘Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)
09. Musthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)
10. Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)
11. Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)
12. Mohammad IV (1058-1099 H/1648-1687 M)
13. Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691M)
14. Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)
15. Musthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)
16. Ahmad II (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)
17. Mahmud I (tahun 1143-1168/1730-1754 M)
18. “Utsman IlI (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)
19. Musthafa II (tahun 1171-1187H/1757-1774 M)
20. ‘Abdul Hamid (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)
21. Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)
22. Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)
23. Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)
24. ‘Abdul Majid I (tahun 1255-1277 H/1839-1861 M)
25. “Abdul ‘Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)
26. Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)
27. ‘Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)
28. Muhammad Risyad V (tahun 1328-1339 H/1909-1918 M)
29. Muhammad Wahiddin II (tahun 1338-1340 H/1918-1922 M)
30. ‘Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M)



Sekali lagi terjadi dalam sejarah kaum muslimin, hilangnya kekhalifahan. Sayangnya, kaum muslimin saat ini tidak terpengaruh, bahkan tidak peduli dengan runtuhnya kekhilafahan. Padahal menjaga kekhilafahan tergolong kewajiban yang sangat penting. Dengan lenyapnya institusi kekhilafahan, mengakibatkan goncangnya dunia Islam, dan merosakan kestabilan  di seluruh negeri Islam. Namun sangat disayangkan, tidak ada (pengaruh) apapun dalam diri umat, kecuali sebahagian kecil saja.



Jika kaum muslimin pada saat terjadinya serangan pasukan Tartar ke negeri mereka, mereka sempat hidup selama 3,5 tahun tanpa ada khalifah, maka umat Islam saat ini, telah hidup selama lebih dari 75 tahun tanpa ada seorang khalifah. Seandainya negara-negara Barat tidak menjajah dunia Islam, dan seandainya tidak ada penguasa-penguasa muslim berpaling tadah, seandainya tidak ada pengaruh tsaqofah, peradaban, dan berbagai persepsi kehidupan yang dipaksakan oleh Barat terhadap kaum muslimin, sungguh kembalinya kekhilafahan itu akan jauh lebih mudah. Akan tetapi kehendak Allah berlaku bagi ciptaanNya dan menetapkan umat ini hidup pada masa yang cukup lama.



Umat Islam saat ini hendaknya mulai rindu dengan kehidupan mulia di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Dan Insya Allah Daulah Khilafah itu akan berdiri. Sebagaimana sabda Rasulullah “…kemudian akan tegak Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan manhaj Nabi”. Kami dalam hal ini tidak hanya yakin bahwa kekhilafahan akan tegak, lebih dari itu, kota Roma (sebagai pusat agama Nashrani) dapat ditaklukkan oleh kaum muslimin setelah dikalahkannya Konstantinopel yang sekarang menjadi Istambul. Begitu pula daratan Eropa, Amerika, dan Rusia akan dikalahkan. Kemudian Daulah Khilafah Islamiyah akan menguasai seluruh dunia setelah berdirinya pusat Daulah Khilafah. Sungguh hal ini dapat terwujud dengan Izin Allah. INSYA ALLAH.

abdkadiralhamid@2014

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "URUTAN LENGKAP KHALIFAH DALAM LINTASAN SEJARAH ISLAM"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip