Kasus Idrus Al Depoki
(Mengaku keluarga Al Qadrie)
Susunan nasab yang dipakainya adalah
Idrus bn Hasan bn Ahmad
Shadieq bn Hasan
Mu’allim(miekliem) bn Muhamad bn
Abdullah (?) bn Usman bn
Abdurrahman bn Husin Al Qadri
Surat Penolakan Nasab Muhammad Bin Hasan dari Rabitho Pusat |
Ada
beberapa alasan yang menyebabkan nasab ini tertolak :
- Keluarga ini sama sekali tak ada hubungan dengan keluarga AlQadri Pontianak dan keberadaan mereka di Jakarta khususnya di Wilayah Keluarga Al Haddad Pasar minggu diketahui dengan Pasti. Mereka menyebut keluarga ini adalah keturunan Ami Muallim(Miek liem) dari Mekkah. Dimasa hidupnya Hasan Muallim ini dikenal baik oleh keluarga Al Umar Al Haddad Pasar Minggu. Beliau hidup pada Zaman anak anaknya Hb. Thoha bn Jakfar bn Thoha bn Abdullah bn Thoha bn Umar bn Alwi Al Haddad.Keluarga AlHaddad menaruh hormat pada beliau dengan memanggilnya Ammi Muallim (dalam lahja/dialek betawi mereka sebut Miek liem). Dimasa anaknya yaitu Ahmad dan juga Hasan cucunya Miek Liem mereka tak pernah mengaku Al Qadrie. Hasan bn Ahmad nikah dengan Syarifah Syekha bt Muhammad Al Jufrie asal Tegal. Saat itu Hasan mengaku sebagai seorang Syayid sehingga terjadilah pernikahan tersebut dan mendapat beberapa anak.Saat mau nikah dengan syarifah ini Hasan mengaku Hassan bn Ahmad Asshodieq. Dimana gelar Asshodieq bukan nama keluarga/fam dalam keluarga Alawiyin.
- Sebagai mana diketahui keluarga Al Haddad Pasar Minggu ini sangat rapi menjaga nasabnya. Jadi bila mereka ini syayid tentulah dimasa awal tersebut mereka akan diakui sebagai Al Qadri. Sudah menjadi satu kebiasaan dari koloni suatu keluarga Ba’Alawi akan memberi pengakuan seseorang itu syayid bilamana mereka dapat membuktikan akan kebenaran nasabnya. Namun dimasa hidupnya Miek Liem ini tidak pernah mengaku sebagai seorang syayid.
- Setelah dari Tegal, Hasan baru kembali ke Jakarta lagi. Anak anak hasan ini diantaranya Idrus dan Muhammad nikah dengan Syarifah dari keluarga Al Haddad asal Endeh NTT. Didalam pengakuan anak anaknya Hasan bn Ahmad ini yakni Muhammad /Idrus bahwa baik Ayahnya maupun kakeknya tak mengerti nasab sehingga merekalah baru mendapatkan bahwa sesungguhnya mereka itu Al Qadrie.Sangat aneh ayah dan kakek tidak tahu asal usulnya sementara anaknya lebih tahu dan paham.
- Mereka mengakui bahwa datuk mereka yakni Hasan Muallim datang langsung dari Mekkah. Jelas sekali hal ini salah nisbah karena tak ada AlQadri yang asli Mekkah dan dimasa itu yang ada mereka dari pontianak kemudian ke Mekkah dan kembali lagi ke pontianak. Dan tak ada keterangan adanya keluarga ini setelah dari Mekkah masuk Jakarta.
- Putra daripada Sultan Usman bn Abdurrahman ini yang bersambung hanya dari garis Muhammad dan Hamid sementara dari "Abdullah" tidak ada sama sekali keterangan yang ada. Jadi mereka memberi tambahan sendiri atas jalur nasab yang kosong.
- Nasab yang mereka buatpun adalah hasil dari rekayasa mereka sendiri dimana kami menemukan adanya tempelan tempelan yang terlihat sangat nyata sekali. Kemudian nasab ini mereka photo copi lalu mereka sebarkan seolah olah nasab ini benar benar ada. Lalu dg nasab ini mereka berbohong dan meminta dukungan kepada beberapa orang yg tak paham akan siapa mereka ini.
- Juga satu hal yang janggal nasab yang mereka buat itu katanya dari Hb.Abdurrahman bin Abubakar bin Abdullah AlMuthahar , sementara mereka sendiri tak pernah jumpa dengan si pembuat nasab ini. Jadi ini jelas nasab orang lain kemudian mereka rekayasa sendiri. Juga Al Habib Abdurrahman Al Muthahar ini hanyalah penulis nasab saja karena di Pontianak, nama beliau ini tidak dikenal sebagai pengurus nasab.
- Semasa Idrus sekolah di Pesantren pada Alm Ustadz Hasan Baharun, ia mengenal beberapa syayid dari Pontianak yang juga jadi santri di tempat yang sama. Dari sinilah ia mendapatkan naskah Al Qadri yang selanjutnya ia rekayasa sendiri.
- Adapun mereka membawa surat pembuktian dari Pontianak akan kebenaran nasab itu adalah salah. Mereka ke Pontianak setelah jumpa dengan kami di Maktab Naqobatul Asyrof Al Kubro dan kami katakan bahwa keluarga Al Qadri ini tak ada dari mekkah sementara jalur nasab yang dipakai ini asal Pontianak dan jalur yang dipakai ini adalah jalur yang terputus. Baru setelah itu mereka ke Pontianak. Sewaktu Muhammad bin Hasan(Saudara Idrus bin Hasan) ini ke pontianak mereka jumpa dengan beberapa orang pengurus Ar Rabitha yang tak mengerti nasab lalu mereka meminta tanda tangan akan nasab rekayasa mereka ini dan para pengurus ini menanda tangani pernyataan akan nasab mereka ini. Pengurus rabitha ini yakni Adnan bin Shahab (ketua Rabitah Pontianak),Saqaf(Umar) bin Ahmad Al Qadri (seksi bag Nasab Rabitah Pontianak), Abdulllah bin Alwi Alqadri(sesepuh Alawiyin) dan Slamet/Simon Al Qadri. Andan dan Saqaf secara tertulis telah menarik pernyataan kesaksiannya. Sementara beliau ini berdua secara lisan menarik kesaksiannya dihadapan Hb Alwi bin Hud dan Usman Bin Ali Asegaf juga telah menarik kesaksiannya. Setelah kami hubungi baru mereka sadar kalau nasab keluarga ini palsu dan mereka menyesal meminta kepada kami untuk menggaggap surat itu tak ada. Muhammad ini juga sempat menemui pemangku Sultan Pontianak saat ini yakni Sultan Abubakar Al Qadri untuk meminta pengakuan. Sultan ini menolaknya dengan mengatakan bahwa ke Sultanan Pontianak tidak berwenang untuk mengesahkan nasab seseorang apalagi mereka ini tak dikenal sama sekali di Pontianak. Sementara Sultan Pontianak ini sendiri membuat buku nasab di Naqobatul asyrof Al Kubro.
- Tidak puas dengan segala cara maka keluarga ini juga membuat surat palsu seolah olah nasab mereka dibenarkan oleh Alm Al Habib Abdurahman bin Ahmad bin Abdul Kadir Asseggaf (Bukit Duri) yang dibuat pada 2006. Padahal antara nasab mereka dg Al Habib Abdurahman Asseggaff tak ada hubungan sama sekali jadi buat apa mereka membuat surat palsu itu dan juga Hb Abdurrahman bukan lah seorang ahli nasab. Setelah kami konfirmasikan surat itu kepada Al Habib Muhammad bin Abdurahman Asseggaff di Ceger Jakarta Timur, beliau menolaknya karena surat itu dibuat denga tipu daya. Al Habib Muhammad bin Abdurrahman ikut menanda tangani bukan bertujuan membenarkan nasabnya melainkan hanya membenarkan bahwa tanda tangan tersebut adalah tanda tangan Hb Abdurahman bin Muhammad Asseggaf. Dan semua redaksionalnya dalam pernyataan itu bukanlah tulisan hb Abdurrahman bin Ahmad assegaff.
JANGAN BIARKAN HABIB PALSU TERUS BERKELIARAN......SEBARKAN !!!!
0 Response to "Kasus Idrus Al Depoki (Mengaku keluarga Al Qadrie)"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip