'Iffah' Menjaga Kesucian Diri dan Jiwa
''Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian ('iffah diri)-nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.'' (QS An Nuur: 33).
Seorang salafusholih yang bergelar Al-Miski
karena tubuhnya yang wangi, Abu Bakar Al-Miski pernah ditanya, "Kami
selalu mencium aroma wangi ketika bertemu dengan anda, apa rahasianya?"
Al-Miski menjawab, “Demi Allah, aku tidak pernah memakai wewangian seumur hidupku. Adapun sebab tubuhku selalu wangi adalah; dulu ada seorang wanita yang menggodaku, hingga ia mampu mengajakku ke dalam rumahnya lalu mengunci pintunya, kemudian ia memaksaku agar aku mau melayani nafsunya, sehingga aku rasakan dunia terasa begitu sempit saat itu.
Maka aku berkata kepadanya; aku ingin
membersihkan diriku dulu, lalu ia menyuruh pembantunya mengantarkanku ke
kamar kecil. Ketika aku berada di sana, akupun langsung mengambil
kotoran yang berada di dalam kamar kecil itu dan melumurkannya ke
seluruh tubuhku, kemudian aku kembali menemui wanita tersebut dengan
tubuh yang berlumuran kotoran dan sangat bau. Ketika ia melihatku, iapun
terkejut dan menyuruh pembantunya untuk mengusirku dari rumahnya.
Aku segera pulang, kemudian mandi dan
membersihkan diriku. Ketika aku tidur di malam harinya, aku bermimpi ada
seseorang yang berkata kepadaku; Engkau telah melakukan sesuatu yang
belum pernah dilakukan oleh siapapun, sungguh kami akan mengharumkan
tubuhmu di dunia dan di akhirat. Ketika aku bangun maka aroma wangi
menyelimuti diriku dan hal itu berlangsung sampai saat ini.” (Kitab Al-Jaza’ min Jinsil ‘Amal, Al-‘Affani,)
Secara bahasa 'iffah adalah
menahan dan menjaga. Adapun secara istilah; menahan diri dari
perkara-perkara yang Allah haramkan. Dengan demikian seorang yang 'afif adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya menginginkannya.
Di dalam Al Qur’an, disebutkan lafazh
"Isti'faf" maksudnya adalah: “Permintaan untuk menjaga diri dari
sebab-sebab kerusakan, menjauhkan diri dari perbuatan zina dan fitnah
wanita.” Hal tersebut sebagaimana firman Allah Swt:
"Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah menjaga kesucian diri sampai Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya." (QS. An Nuur: 33)
Termasuk dalam makna 'iffah adalah menahan diri dari meminta-minta kepada manusia. Allah Swt berfirman:
"Orang yang tidak tahu menyangka mereka itu adalah orang-orang yang berkecukupan karena mereka ta’affuf ." (QS. AL Baqarah: 273)
Dalam hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu 'anhu
mengabarkan bahwa orang-orang dari kalangan Anshar pernah meminta-minta
kepada Rasullah Saw. Tidak ada seorang pun dari mereka yang minta
kepada Rasulullah Saw melainkan beliau berikan hingga habislah apa yang
ada pada beliau. Rasulullah Saw pun bersabda kepada mereka:
"Apa yang ada padaku dari kebaikan tidak ada yang aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-minta, maka Allah akan memelihara dan menjaganya dan siapa yang bersabar dari meminta-minta, maka Allah akan menjadikannya sabar. Dan siapa yang merasa cukup dengan Allah dari meminta kepada selain-Nya, maka Allah akan memberikan kecukupan padanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”(HR. Bukhori dan Muslim)
Itulah dua makna dari 'iffah,
yaitu menahan dan menjaga diri dari syahwat kemaluan, dan menahan diri
dari syahwat perut dengan cara meminta-meminta.
'Iffah merupakan akhlaq paling
tinggi dan dicintai Allah Swt. Oleh sebab itulah sifat ini perlu dilatih
sejak anak-anak masih kecil, sehingga memiliki kemampuan dan daya tahan
terhadap keinginan-keinginan yang tidak semua harus dituruti karena
akan membahayakan saat telah dewasa. Dari sifat 'iffah inilah akan lahir sifat-sifat mulia seperti: sabar, qana'ah, jujur, santun, dan akhlak terpuji lainnya.
Ketika sifat 'iffah ini sudah
hilang dari dalam diri seseorang, maka akan membawa pengaruh negative
dalam diri seseorang tersebut, dikhawatirkan akal sehatnya akan tertutup
oleh nafsu syahwatnya, ia sudah tidak mampu lagi membedakan mana yang
benar dan salah, mana baik dan buruk, yang halal dan haram.
Dengan memiliki sifat' iffah
seorang yang sudah dewasa akan mampu menahan dirinya daridorongan
syahwat, mengambil hak orang lain dan sebagainya. Namun ketika sifat itu
sudah tidak dimiliki lagi maka secara otomatis pula tidak ada lagi daya
tahan dalam dirinya. Sehingga pada saat sekarang ini sifat 'iffah
itu semakin mulai memudar dan menghilang dari masyarakat, kita sering
mendapati perilaku mengumbar syahwat dan perzinahan semakin sulit untuk
untuk dibendung.
Oleh sebab itulah,'iffah pada
diri manusia merupakan sifat potensial yang harus dididik, ditanamkan
serta dilatih secara sungguh-sungguh dalam diri manusia, sehingga bisa
menjadi benteng dalam menjaga kemuliaan eksistensi dirinya.
Pentingnya sifat'Iffah ini
ditanamkan dalam diri seorang muslim karena ia merupakan perintah agama
yang banyak memberikan kebaikan serta keutamaan bagi seseorang yang
memilikinya, diantara beberapa keutamaan itu adalah:
Pertama: Meraih pahala yang besar di akherat
Allah Swt berfirman:"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan dirinya, dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang." (QS. Al A'la: 14-15)
"Mereka itulah orang yang dibalasi
dengan martabat yang tinggi (dalam syurga) karena kesabaran mereka dan
mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya". (QS. Al Furqon: 75)
Dari Abu Musa Al-Asy'ari ra, Rasulullah Saw bersabda: "Siapa yang menjaga lisan dan antara kakinya akan masuk surga." (HR. Ahmad dan Baihaqi)
Kedua: Mendapatkan ketenangan hati dan kenikmatan besar di dunia
Dengan menahan diri dari mengikuti
syahwat perut dan syahwat kemaluan karena Allah, maka Allah akan
menggantinya dengan kenikmatan yang lebih lezat dan abadi dari pada
merasakan kenikmatan sesaat yang membahayakan dirinya sendiri, yaitu
berupa ketenangan hati, rasa bahagia dan keluasan rezeki. Salafushalih
berkata: "Demi Allah, lezatnya 'Iffah itu lebih besar dari lezatnya dosa."
Ketiga: Memberi jalan keluar dari kesukaran dan kesulitan
Allah Swt berfirman: "Siapa yang bertaqwa kepada Allah, Ia akan memberikan jalan keluar." (At Talaq: 2)
Suatu hari, di tengah para sahabatnya,
Rasulullah saw menceritakan kisah tiga yang tertutup batu besar dalam
sebuah gua dan tidak dapat keluar dari dalamnya, sampai akhirnya setiap
orang dari mereka bertawassul dengan amal sholehnya masing-masing.
Salah seorang dari mereka berdo’a seraya
menceritakan: "Ya Allah saya memiliki seorang sepupu wanita, dan saya
sangat mencintainya, sebagaimana layaknya seorang laki-laki mencintai
seorang wanita. Akupun merayunya agar ia mau menyerahkan dirinya
kepadaku, ia menolaknya kecuali bila aku mampu memberikan kepadanya uang
seratus dinar.
Maka akupun bekerja untuk mendapatkan
uang sebesar itu, setelah aku mendapatkannya aku langsung memberikan
uang tersebut kepadanya. Ketika aku telah barada diantara dua kakinya,
ia berkata; Wahai hamba Allah takutlah kamu kepada Allah! Jangan engkau
singkap penutup itu kecuali dengan jalan yang benarnya, akupun langsung
beranjak darinya dan meninggalkan uang seratus dinar tersebut untuknya.
Ya Allah, Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukannya karena-Mu, maka
bukakanlah pintu gua tersebut untuk kami. Maka bergeserlah sedikit pintu
gua tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bagaimana cara menanamkan dan mendididik sifat 'iffah dalam diri seorang muslim sehingga mampu membentengi dirinya dan kuat terhadap godaan yang dihadapi? Diantara caranya adalah:
Pertama: Membekali diri dengan ketaqwaan kepada Allah
Ini merupakan asas paling fundamental
dalam menanamkan 'iffah pada diri seseorang. Ketaqwaan adalah perisai
seseorang dari perbuatan-perbuatan tercela yang dilarang oleh ajaran
agama Islam.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutif
sebuah riwayat bahwa, Umar ra pernah bertanya kepada sahabatnya Ubai
bin Ka'ab tentang taqwa, lalu Umar ra balik ditanya: "Apakah engkau
pernah melalui jalan berduri?" Umar menjawab: "Ya, saya pernah
melaluinya." Kemudian Umar ditanya lagi, "Apa yang engkau lakukan?" Umar
menjawab, "Saya akan berjalan dengan sangat hati-hati sekali sehingga
tidak terkena duri itu." Kemudian dikatakan padanya: "Itulah taqwa".
Seorang yang membekali dirinya dengan
taqwa, akan berhati-hati dalam setiap langkahnya, sehingga dia aman dan
terhindar dari duri syahwat dan ranjau-ranjau maksiat.
Kedua: Membentengi diri dengan rasa malu
Malu adalah adalah sifat yang mulia dan
terpuji. Bahkan malu itu bagian dari iman yang merupakan pedoman muslim
dan penegak hidupnya. Dengan rasa malu, seseorang akan terhindar dari
berbagai perbuatan yang keji, tidak pantas, mengandung dosa dan
kemaksiatan. Sifat malu yang menghiasi diri seorang muslim akan
membuatnya menjadi bertambah indah dan menawan.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: "Tidaklah
sifat malu berada pada sesuatu kecuali ia akan menghiasinya, dan
tidaklah sifat fahsy (keji dan buas) berada pada sesuatu kecuali akan
memperburuknya." (KitabAdabul Mufrad, bab Malu, dishahihkan oleh Al bani)
Ketiga: Menundukkan pandangan atau ghadhul bashar
Dalam hadits disebutkan bahwa pandangan
merupakan panah-panah Iblis. Apabila seseorang tidak mewaspadainya, ia
akan membawa dan menyeretnya ke dalam kubangan syahwat. Ia akan menyusup
ke dalam hati lalu membuat gelap, kemudian akan melahirkan berbagai
angan-angan dan khayalan, hingga hati menjadi keruh dan kotor, lalu
bangkitlah keinginan untuk mewujudkannya, pada akhirnya jasad mengikuti
keinginan hatinya untuk bermaksiat.
Oleh karenanya Allah Swt menghubungkan antara ghadhul bashar dengan menjaga kemaluan. Sebagaimana firman-Nya: “Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".
Keempat: Menjauhi tempat-tempat yang menimbulkan fitnah
Salah satu manifestasi dari kesucian dan
kebersihan diri adalah dengan menghindari tempat-tempat yang akan
mendatangkan fitnah dan kerusakan baginya.
Dalam surat Yusuf digambarkan sebuah
sikap yang diambil oleh Nabi Yusuf as saat digoda, yaitu dengan berlari
keluar menuju pintu yang telah dikunci rapat oleh Zulaikhah, sebagaimana
firman Allah:
"Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu". (QS. Yusuf: 24-25)
Rasulullah bersabda: "Tidaklah seorang laki-laki dan perempuan berduaan, kecuali setan yang ketiganya." (HR. Bukhori)
Kelima: Memperbanyak membaca doa
Diantara doa yang diajarkan Rasulullah untuk memiliki sifat iffah adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ اْلهُدَى وَالتُّقَى، وَاْلعَفَافَ وَاْلغِنَى
"Ya Allah aku mohon kepadamu petunjuk, taqwa, Iffah dan kekayaan."
Wallahu a'lam bishowab.
SIFAT IFFAH (MENJAGA DIRI DARI MAKSIAT)
OLEH : ALFAQIER MUHAMMAD ALKAFF
Sifat ‘Iffah (menjaga diri) merupakan sifat yang wajib dimiliki bagi setiap muslim muslimah, KECUALI SEKALI LAGI kecuali ATAU SEANDAINYA yang bersangkutan tidak mau atau tidak ingin atau tidak suka dalam hal mengikuti syariát, maka orang seperti itu kita biarkan saja...ibarat kata "TERSERAH ANDA/ENTE/KAMU/ANTI/ MAU JUNGKIR BALIK KEK..MAU GAUL BEBAS KEK, MAU HAMIL LUAR NIKAH KEK, MAU GONTA GANTI PASANGAN KEK, TERSERAHHHH..HEHEHE (kan dah gak bisa di kasih masukan biarinnn ajjaa). Sekali lagi Menjaga diri itu dapat menghilangkan dari hal-hal yang bisa membawanya pada kesengsaraan dunia, siksa kubur dan akhirat, kecuali sekali lagi SEANDAINYA ANDA MERASA KEBAL DI INJEK2 OLEH MUNKAR DAN NAKIR ATAU DI CELUP2PIN DI NERAKA JAHANNAM DAN BERENANG DI NERAKA JAHANNAM MAKA SILAHKAN...(TOHHH SUDAH BYK KAUM CANTIK2 DAN GANTENG2 NUNGGU KALIAN DI SANA..)..Menjaga diri Kalau dalam kaidah fiqih biasa disebut dengan Hifdhu An-Nafsi.
Seperti yang sudah diterangkan oleh Al Imam Al Mawardi (AL Imam Abi Al Hasan Ali Bin Muhammad Bin Habib Al Bashari Al Wamawardi Asy-Syafi’i), menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan itu dibagi menjadi dua yaitu, menjaga FARJI (kelamin) dari hal-hal yang diharamkan dan menjaga LIDAH dari membual (kedustaan).
Rasulullah bersabda, “Orang yang menjaga (menghindari) kejelekan kelaminnya, lidah dan perutnya, maka dia telah terjaga”.
Faktor yang menyebabkan hilangnya sifat ‘Iffah
''Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian ('iffah diri)-nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.'' (QS An Nuur: 33).Ada dua faktor yang mendorong tejadinya perbuatan tersebut (tidak bisa menjaga diri dari yang diharamkan) yaitu, mengikuti pandangan mata, dan tunduk kepada syahwat (nafsu).
Telah diriwayatkan dari Rasulullah, seraya beliau bersabda yang ditujukan kepada Ali Bin Abi Thalib: “Wahai Ali, janganlah kamu mengiringi pandangan dengan pandangan, karena yang pertama diperbolehkan bagimu, dan yang kedua menjadi dosa bagimu”.
Berkenaan dengan lafadz “janganlah kamu mengiringi pandangan dengan pandangan” terdapat dua penafsiran. Pertama, janganlah kamu mengiringi pandangan matamu dengan pandangan hatimu. Kedua, janganlah kamu mengiringi pandangan yang pertama yang dapat menimbulkan syahwat dengan pandangan yang kedua yang dapat menimbulkan syahwat dengan cara sengaja atau tidak sengaja, bukankah segala sesuatu itu terjadi karena ketidak sengajaan,
misal : kita di tempat kerja berdekatan dengan selain muhrim, maka dari cara berdekatan tersebut tanpa sengaja timbul SIMPATI dari SIMPATI timbul EMPATI dari EMPATI timbul BISIKAN HATI dari BISIKAN HATI timbul SEHATI dari SEHATI timbul KITA NIKMATI HEHEHEHEHE...(GIMANA BENER GAKKKK !!!)
Nabi Isa A.S pernah berkata: “Hendaknya kamu takut dengan pandangan setelah pandangan, karena hal itu menumbuhkan syahwat dalam hatimu, dan cukup bagi pelakunya menimbulkan fitnah”.
Ali Bin Abi Thalib juga berkata: “Mata itu tempat berjalannya syaithan.” Sedang menurut ahli hikmah, “Orang yang membiarkan pandangan matanya maka dia telah mengundang kebinasaan bagi dirinya dan keluarganya”.
ehmmmmm kiranya cukup singkat aja yaa..yang penting ente semua pahamin dan laksanakan..
2014@abdkadiralhamid
0 Response to ""Iffah" Menjaga Kesucian Diri dan Jiwa "
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip