Cahaya
merupakan simbol dari pencerahan spiritual. Ilmu adalah cahaya. Iman
adalah cahaya. Bekas-bekas basuhan air wudhu di wajah adalah cahaya.
Alquran adalah cahaya. Setiap amal saleh yang kita lakukan hakikatnya
adalah cahaya. Sejatinya, cahaya spiritual akan membimbing serta
menerangi kehidupan manusia, tidak hanya di dunia saja tapi juga sampai
ke akhirat kelak.
Di
sana, cahaya terang akan memancar dari wajah setiap hamba-hamba beriman
yang senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya. Cahaya inilah yang akan
membedakannya dari orang-orang kafir nan ingkar. Allah SWT berfirman,
Pada hari ketika kamu melihat orang Mukmin laki-laki dan perempuan,
sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka,
(dikatakan kepada mereka): Pada hari ini ada berita gembira untukmu,
(yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di
dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak (QS Al Hadiid [57]: 12).
Pertanyaannya,
apa kaitan shalat Subuh dengan cahaya? Di awal telah diungkapkan bahwa
semua amal saleh hakikatnya adalah cahaya. Karena shalat Subuh adalah
sebentuk amal saleh yang sangat bernilai, otomatis ia pun termasuk
cahaya. Cahaya seperti apa? Dalam sebuah hadis dari Buraidah Al Aslami,
Rasulullah SAW mengungkapkan, Beritakanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang berjalan ke masjid di waktu gelap (di pagi hari),
dengan cahaya yang sempurna di akhirat kelak. (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sungguh
mengagumkan hadis ini. Al Mubarakfuri memberi komentar, �gBahwa tubuh
mereka akan diselimuti, dengan cahaya dari berbagai arah, saat mereka
mengalami kesulitan berjalan di atas titian shirath kelak. Simaklah kata-kata kunci di dalamnya, kegelapan
yang diikuti cahaya yang sempurna. Kegelapan yang diikuti cahaya
terang, bukan cahaya remang-remang, namun cahaya yang kualitas terangnya
begitu sempurna. Bagaimana terang benderangnya cahaya yang berada di
tengah kegelapan? Semakin pekat kegelapan, semakin benderang pula cahaya
yang melingkupinya. Pantas jika Rasulullah SAW mengungkapkan janji ini.
Bukankah waktu Subuh, waktu sepertiga malam terakhir, waktu menjalang
terbitnya fajar, adalah waktu yang paling gelap dari keseluruhan malam?
Saat itu adalah saat terjadinya pertukaran antara malam dan siang. Bulan
dan bintang sudah memasuki peraduannya sedangkan matahari belum
muncul ke permukaan. Saat itu adalah saat-saat di mana cahaya yang
menerangi bumi mencapai intensitasnya yang terendah, hingga Bumi
mencapai kegelapan yang sempurna.
Dengan
kasih sayang-Nya, Allah SWT memerintahkan kita untuk menunaikan shalat
Subuh berjamaah. Dalam kegelapan yang sempurna, Rasulullah SAW mengajak
kita berjalan ke masjid memenuhi panggilan Ilahi yang terungkap lewat
kumandang adzan. Ketika momen itu berlangsung, dalam setiap langkah
kaki, Allah SWT akan menggugurkan satu dosa serta mengangkat kita satu
derajat (HR Bukhari Muslim). Ketika itu pula, Allah SWT menaburkan
cahaya-cahaya terang yang akan menerangi jiwa orang-orang yang memenuhi
panggilannya. Tahukah Anda bahwa peristiwa itu terjadi setiap hari, di
pagi hari.
Karena tu, Rasulullah SAW mengajari kita sebuah doa, saat kita berjalan ke masjid di waktu malam dan pagi hari, Ya
Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya. Di dalam ucapanku cahaya.
Jadikanlah pada pendengaranku cahaya. Jadikanlah pada penglihatanku
cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku cahaya.
Jadikanlah dari atasku cahaya, dari bawahku cahaya. Ya Allah berikanlah
kepadaku cahaya dan jadikanlah aku cahaya (HR Muslim dan Abu Dawud).
Sepertiga
malam terakhir hingga terbitnya fajar, adalah momen-momen yang sangat
dahsyat. Seiring hadirnya cahaya-cahaya penerang jiwa, Allah SWT pun
menaburkan aneka keberkahan di dalamnya. Betapa tidak, saat itulah para
malaikat (yang juga makhluk cahaya) memberi laporan harian kepada Tuhannya, perihal amal-amal yang dilakukan manusia. Malaikat
siang dan malaikat malam datang dan pergi kepada kalian pada waktu
malam. Mereka berkumpul di waktu shalat Subuh dan shalat Ashar. Kemudian
malaikat yang hadir bersama kalian naik ke langit, dan Allah Azza wa
Jalla bertanya kepada mereka (walau Allah Maha Mengetahui segalanya),
'Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?'. Mereka menjawab, 'Kami
tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami pun mendatangi mereka
ketika dalam keadaan shalat'. (HR Bukhari Muslim).
Siapa pun yang mampu meraih keberkahan ini, maka di akhirat kelak kado istimewa sudah siap menunggunya. Apakah itu? Perjumpaan dengan Allah, Dzat Yang Mahatinggi.
Masuk surga itu adalah nikmat yang teramat besar. Namun, kenikmatan
surga tiada artinya jika dibandingkan dengan menatap wajah Allah secara
langsung. Itulah puncak dari segala puncak kenikmatan dan kebahagiaan.
Rasul sendiri yang menjanjikan hal ini. Dari Jair bin Abdillah,
diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Ketika kami tengah berada di sisi
Nabi SAW, beliau memandang ke arah bulan purnama, lalu bersabda,
'Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat
bulan ini untuk melihat-Nya. Jika kalian sanggup untuk tidak
meninggalkan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya,
maka lakukanlah'. Kemudian beliau membaca ayat ini: dan bertasbihlah
memuji Rabb-mu sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya (QS
Thaahaa [20]: 30). (HR Bukhari).
Alasan
dikhususkannya shalat Subuh dan Ashar, boleh jadi karena pada kedua
waktu itu seseorang nyaman beristirahat. Waktu Subuh meneruskan
istirahat malam, sedangkan Ashar adalah waktu beristirahat seusai
melakukan berbagai kesibukan pekerjaan. Selain itu, siapa pun yang
istikamah menjaga kedua shalat ini, biasanya mampu pula menjaga shalat
fardu pada waktu-waktu lainnya.
2014@AbdkadirAlhamid
Semoga kita menjadi golongan yang memelihara Sholat Subuh tepat waktu dan berjamaah
ReplyDelete