CINTA AHLUL BAIT, CINTA SAHABAT
Pujian Imam Ahlul Bait Terhadap Sahabat Nabi sawUpaya Menjaga Kemuliaan Dzat Ahlul Bait Nabi saw
Sahabat adalah sebutan bagi siapa
saja yang pernah bertemu atau melihat Nabi Muhammad saw dan memeluk Islam. Para
ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan makna sahabat. Ada yang berpendapat
bahwa orang yang hanya sekali melihat Rasulullah saw adalah sahabat rasulullah
saw. Maka kaum muslimin yang berada di Madinah dan Mekkah setelah penaklukan
adalah sahabat, atau baru lahir pada haji wada' akhir Zulkaidah sebelum Nabi
saw sampai ke Mekkah pada tahun 10 Hijriyah dan tiga bulan sebelum wafat Nabi
saw, atau orang yang hidup pada masa Nabi saw dan beriman tetapi tidak berjumpa
dengannya, atau menjumpainya setelah wafat Nabi saw dengan hanya melihat
jenazahnya, bisa juga dikatakan sebagai sahabat Nabi saw. Batasan yang ketat
berpendapat bahwa seseorang bisa dikatakan sebagai sahabat Nabi saw bila ia
lama bergaul dengannya.
Al-Bukhari dalam kitab shahih-nya memberikan
pengertian bahwa yang dinamakan sahabat nabi adalah orang muslim yang hidup
bersama nabi atau pernah melihatnya. Menurut Zain al-Iraqi mengatakan bahwa
sahabat adalah yang bertemu Rasulullah dalam keadaan muslim dan meninggal dalam
Islam. Said bin Musayyab berpendapat bahwa sahabat adalah orang yang pernah
tinggal dan hidup bersama nabi saw selama satu tahun penuh atau
setidak-tidaknya pernah ikut perang bersama nabi saw. Ibnu Hajar al-Haitsami
mengatakan bahwa sahabat adalah orang yang bertemu dengan Nabi saw dalam
keadaan beriman kepada beliau saw dan (sampai) meninggal (ia berada) dalam
Islam, baik orang itu meriwayatkan hadits atau tidak dari Nabi saw, atau orang
yang tidak pernah melihat beliau saw karena buta. Ahmad bin Hanbal mengatakan
sahabat rasul adalah orang yang pernah hidup bersama beliau, sebulan atau
sehari atau sesaat atau hanya dengan melihatnya.
Menurut mayoritas ulama hadits,
seseorang dapat dikatakan sahabat apabila ia tetap dalam keadaan beriman sampai
ia wafat bahkan sekalipun seseorang yang telah mendapat gelar murtad, tetapi ia
kembali beriman, ia masih tetap dikatakan sahabat. Ulama lain berpendapat bahwa
seseorang dikatakan sahabat jika ia bergaul lama dengan Nabi saw.
Abu al-Husain Muslim bin Hajjaj
al-Qusyairi al-Naisaburi atau Imam Muslim, seorang ahli hadits terkenal,
mengelompokkan sahabat-sahabat Rasulullah saw ke dalam dua belas peringkat
berdasarkan peristiwa yang mereka alami atau saksikan.
Peringkat pertama adalah
al-Sabiqun al-Awwalun (mereka yang pertama sekali masuk Islam), dimulai
dari Abubakar, Umar, Usman, Ali bin Abi Thalib dan seterusnya. Peringkat kedua,
mereka yang tergabung dalam Dar al-Nadwah (gedung pertemuan bagi
orang-orang Quraisy pada masa sebelum dan awal Islam), yang ketika Umar
menyatakan keislamannya mereka membawanya menghadap Rasulullah saw, lalu
memba'iatnya.
Peringkat ketiga, mereka yang ikut hijrah ke Habasyah. Peringkat
keempat, mereka yang memba'iat Nabi saw di Aqabah pertama.
Peringkat kelima,
mereka yang memba'iat Nabi saw di Aqabah kedua.
Peringkat keenam, orang-orang
Muhajirin yang pertama menemui Nabi saw ketika beliau tiba di Quba sebelum
memasuki kota Madinah pada waktu hijrah.
Peringkat ketujuh, mereka yang ikut
serta dalam perang Badar.
Peringkat kedelapan, mereka yang berhijrah ke suatu
tempat antara Badar dan Hudaibiyah.
Peringkat kesembilan, mereka yang tergabung
dalam kelompok ba'iat al-Ridwan (ba'iat yang dilakukan kaum muslimin
ketika terjadi gazwah/perjanjian Hudaibiyah).
Peringkat kesepuluh,
mereka yang ikut hijrah antara al-Hudaibiyah dan al-Fatah (penaklukkan Mekkah).
Peringkat kesebelas, berdasarkan urutan masuk Islam. Peringkat kedua belas,
para remaja dan anak-anak yang sempat melihat Rasulullah saw pada waktu
penaklukkan kota Mekkah dan haji Wada' serta di tempat-tempat lain. Jumlah
orang yang mendapat predikat sahabat pada waktu Nabi saw wafat sekitar 144.000
orang, yakni para pengikut Nabi saw dan secara nyata melihatnya lalu memeluk
Islam.
Tentang penilaian terhadap para
sahabat, juga terdapat beberapa pendapat. Pendapat jumhur mengatakan bahwa para
sahabat Nabi saw adalah manusia-manusia arif, mujtahid, yang integritas
kepribadiannya dijamin oleh alquran dan sunnah. Mereka menurut al-Razi, adalah
sahabat-sahabat Rasulullah saw yang menyaksikan wahyu, mengetahui ta'wil dan
tafsir, memahami semua ajaran yang disampaikan Allah swt kepada Rasul-Nya dan
yang disunnahkan dan disyariatkan Nabi saw. Allah swt telah menjadikan mereka
teladan bagi umat. Pendapat ini didukung oleh Ibnu Hajar al-Haitsami, Ibnu
Hazm, al-Ghazali dan lainnya. Menurut pendapat Muktazilah, semua sahabat 'udul
(adil) kecuali mereka yang terlibat dalam perang Siffin (perang antara Ali
dan Muawiyah). Menurut pendapat sebagian kecil ulama, semua sahabat, seperti
semua periwayatan yang lain, harus diuji 'adalah-nya. Para sahabat itu
tidak berbeda dari manusia lainnya dalam hal ketidakmustahilannya berbuat salah
dan alpa. Ke-'adalah-an mereka bukan secara umum seperti kaidah pendapat
jumhur yang mengatakan: al-Sahabat kulluhum 'udul (sahabat semuanya
adil), tetapi secara perorangan, karena tingkat pengetahuan, penguasaan
terhadap agama, dan kemampuan mereka tidak sama. Jadi, bila ada sahabat yang
meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw, maka 'adalah-nya harus diteliti
untuk menerima atau tidak hadits tersebut. Sebab, bila pendapat jumhur
diterima, maka semua hadis sahih.
Al-Allamah al-Habib Ahmad bin Hasan
al-Attas dalam kitabnya yang berjudul Tanwir al-Aglas berkata: 'Para
sahabat adalah manusia utama setelah para nabi, dan sahabat yang paling utama
adalah khalifah yang empat, yaitu Abubakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib.
Semua mereka 'udul dan bersih dari kesalahan. Mereka dibagi menjadi
tiga, Muhajirin, Anshor dan sahabat yang beriman kepada Rasul saw dan
sahabatnya.
Walaupun definisi tentang sahabat dan
penilaian terhadap mereka diperdebatkan oleh para ulama, namun mereka menduduki
posisi penting dalam pewarisan ajaran Islam dan penyebaran Islam. Sebab, mereka
adalah generasi pertama umat Islam yang memelihara hadits sebagai sumber kedua
ajaran Islam setelah Nabi saw wafat. Mereka sampaikan kepada generasi kedua
(tabi'in), dan tabi'in kepada tabi'at al-tabi'in (generasi ketiga), hingga
sampai kepada kita. Para Imam ahlul bait menerima semua yang disebutkan dalam
kitab alquran dan sunnah nabi tentang keutamaan-keutamaan mereka, dan meyakini
bahwa mereka adalah generasi terbaik, seperti yang disabdakan Rasulullah saw:
"Sebaik-baiknya kalian adalah generasiku, kemudian yang datang setelah itu, kemudian yang datang setelah itu, kemudian yang datang setelah itu."
Selain itu, mereka berpencar ke
seluruh penjuru negri, mereka memasuki kota-kota besar yang sudah takluk di
bawah pemerintahan Islam. Di antara mereka ada yang menjadi khalifah, gubernur,
hakim atau jabatn-jabatan penting lainnya. Di situlah mereka semua menyebarkan
ajaran Rasulullah saw. Mereka mengeluarkan fatwa-fatwa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan penuh keikhlasan dan kebersihan hati
untuk mendekatkan diri kepada Allah saw. Itulah kedudukan para sahabat Nabi saw
yang pasti dan dan tak dapat dipungkiri.
Ketahuilah, bahwa kecintaan terhadap
Ahlul Bait tidak mempunyai arti, jika tidak terdapat kecintaan terhadap para
sahabat Nabi saw. Sesungguhnya para sahabat Nabi saw, mereka telah menemani
Nabi saw dalam segala keadaan, baik dalam keadaan sukacita maupun dalam keadaan
duka cita. Mereka rela untuk menyerahkan nyawa dan semua hartanya untuk
mendukung perjuangan Rasulullah saw. Mereka lebih menyintai Rasulullah saw dan
keluarga dibandingkan kecintaan mereka terhadap keluarganya sendiri.
Berkata Fakhrurozi, Allah swt
berfirman:
إلاّ المودّة فى القربى , ayat tersebut tidak saja pujian Allah swt kepada keluarga
Rasulullah saw, tetapi juga pujian kepada para sahabatnya, disebabkan Allah swt
berfirman dalam ayat yang lain: السّابقون
السّابقون أولئك المقرّبون , sesungguhnya
orang-orang yang taat kepada Allah swt (para sahabat) mempunyai tempat yang
dekat di sisi Allah swt. Sebagaimana telah diketahui bahwa keluarga Rasulullah
saw mempunyai tempat yang dekat di sisi Allah swt, begitu pula para sahabat
beliau juga mempunyai tempat yang dekat di sisi Allah swt.
Walhasil, para imam ahlul bait telah
bersepakat bahwa kewajiban mencintai keluarga Rasul saw harus bersamaan dengan
sikap mencintai para sahabatnya, sebagaimana Rasulullah saw telah bersabda:
مثل أهل
بيتى كمثل سفينة نوح من ركب فيها نجا
"Perumpamaan
ahlul baitku bagi kalian seperti bahtera Nuh as, barangsiapa yang menaikinya
(mengikutinya) akan selamat."
أصحابى
كالنجوم بأيّهم اقتديتم اهتديتم
"Sahabatku
ibarat bintang (yang memberi petunjuk), barang siapa di antara kalian yang
mengikuti mereka, niscaya kalian akan mendapatkan petunjuk."
Jika seorang mengarungi lautan, ia
memerlukan petunjuk untuk sampai dengan selamat di tempat tujuan. Begitu pula
saat ini, semua manusia sedang mengarungi lautan dunia yang memerlukan petunjuk
agar selamat ke negeri akhirat. Dalam mengarungi lautan, seorang pelaut
memerlukan dua petunjuk yaitu perahu dan bintang. Begitu pula manusia, jika
ingin selamat dalam mengarungi lautan dunia agar selamat ke negeri akhirat
harus memerlukan dua petunjuk yaitu perahu Nuh as (ahlul bait) dan bintang
(para sahabat).
Secara umum keutamaan sahabat
terdapat dalam alquran dan hadist Rasulullah saw. Rasulullah saw bersabda:
- Peliharalah kecintaan terhadapku
dengan kecintaan kepada sahabat dan sihr-ku. Barang siapa yang memelihara
kecintaan terhadapku, maka Allah swt akan memeliharanya dalam dunia dan
akhirat. Dan bagi orang-orang yang tidak memelihara kecintaan kepada mereka,
maka Allah swt akan mencampakkannya.
- Muliakan sahabatku sesungguhnya
mereka orang-orang yang terbaik di antara kamu.
- Janganlah kalian mencela
seorangpun dari sahabatku. Demi Allah yang jiwaku berada dalam kekuasaannya,
Jika saja seorang di antara kalian menginfaqkan emasnya sebesar gunung Uhud,
niscaya tidak akan sama walau sedikitpun atau setengahnya.
- Sesungguhnya Allah swt telah
memilihku dan memilihkan untukku sahabat, dan menjadikan untukku di antara
mereka seorang wazir, penolong dan sihr. Barang siapa yang mencela mereka, maka
Laknat Allah swt, para malaikat dan semua manusia kepadanya, dan Allah swt
tidak akan menerima amalnya baik yang wajib dan yang sunnah.
- Allah, Allah selalu menaungi
sahabatku. Janganlah kalian berbuat sesuatu yang buruk kepada mereka setelah
aku tiada. Barang siapa yang mencintai mereka berarti mencintaiku, barang siapa
yang membenci mereka berarti membenciku. Siapa yang menyakiti mereka berarti
menyakiti aku, siapa yang menyakiti aku berarti menyakiti Allah swt.
- Sesungguhnya manusia itu banyak,
tetapi sahabatku sedikit. Janganlah kalian mencela mereka. Allah swt telah
melaknat orang-orang yang mencela mereka.
- Sesungguhnya seberat-beratnya
siksa Allah swt terhadap hambanya di hari kiamat, bagi mereka yang suka mencaci
maki para nabi kemudian sahabatku dan kaum muslimin.
- Jika Allah swt menghendaki
kebaikan kepada umatnya, niscaya akan diberikan rasa cinta kepada sahabatku di
dalam hatinya.
- Jika kalian melihat suatu kaum
mencela sahabatku, maka katakanlah: Laknat Allah swt atas kejahatan kalian!
- Seburuk-buruknya umatku adalah
mereka yang mencaci maki sahabatku.
- Aku memohon kepada Allah swt
terhadap sahabatku setelah aku tiada. Maka Allah swt memberitakan kepadaku: Ya
Muhammad, sesungguhnya sahabatmu mempunyai kedudukan seperti bintang di langit,
yang satu menjadi bagian yang lainnya.
- Syafa'atku akan aku berikan secara
umum, kecuali kepada mereka yang mencaci maki sahabatku.
- Tidak seorangpun dari sahabatku
yang wafat di bumi, niscaya akan dibangkitkan sebagai pemimpin dan cahaya di
hari kiamat nanti.
- Jika dibicarakan di antara kamu
(tentang masalah yang diperselisihkan) sahabatku, maka diamlah kamu.
- Akan datang suatu kaum yang
mencela dan mencaci maki sahabat. Jika kalian bertemu, janganlah kalian duduk,
minum, makan dan menikah dengan mereka.
- Siapa yang mencela para nabi maka
perangilah, dan siapa yang mencela sahabatku maka cambuklah.
- Kedudukan mereka (sahabat) sesaat
lebih baik dibandingkan amal perbuatan kalian sepanjang hidup.
- Siapa yang menjaga (perkataan dan
sikap dari mencaci maki) sahabatku, maka akan berkumpul bersamaku di telaga
Haudh. Dan siapa yang tidak menjaga (perkataan dan sikap dari mencaci maki)
sahabatku, tidak akan berkumpul denganku di telaha Haudh, bahkan sama sekali
tidak akan melihatku.
- Perumpamaan sahabatku seperti
garam terhadap makanan, tidak akan terasa lezat makanan kecuali dengan garam.
- Bintang merupakan penyelamat bagi
langit, jika bintang lenyap maka akan datang apa yang dijanjikan kepada langit
(gelap gulita). Sahabatku adalah penyelamat bagi umatku, jika sahabatku lenyap
maka akan datang apa yang dijanjikan kepada umatku (kesesatan).
- Siapa yang berkata dengan
perkataan yang baik mengenai sahabatku sesungguhnya dia telah terbebas dari
sifat munafik, dan siapa yang berkata dengan perkataan yang jelek mengenai
sahabatku sesungguhnya dia telah menyalahi sunnahku, dan akan dimasukkan ke
dalam neraka yang merupakan seburuk-buruk tempat.
- Siapa yang mencintai
sahabat-sahabatku, bermaula kepada mereka dan memintakan ampun untuk mereka,
maka Allah swt akan memasukkannya bersama para sahabat ke dalam surga.
Berkata Ibnu Hajar al-Haitsami dalam
kitab Asna al-Matholib Fi Shilat al-Aqorib, bahwa wajib bagi setiap
muslim untuk bersikap baik dan ridho terhadap para sahabat dan ahlul baitnya,
mengenal keutamaan dan hak-hak mereka, menahan dari mengeluarkan pendapat
negatif terhadap peristiwa yang terjadi di antara mereka.
Al-Hafidz al-Suyuthi dalam
risalahnya Ilqomu al-Hajar Liman Zaka Saba Abubakar Wa Umar, bahwa jika
seorang menganggap halal mencela sahabat maka ia kafir karenanya. Jika ia tidak
menganggap halal maka ia fasik karenanya.
Qadhi Iyadh dalam kitab al-Syifa
berkata: Haram hukumnya bagi orang yang mencela dan mencaci maki sahabat dan
pelakunya dilaknat.
Ibnu Hanbal berkata: 'Apabila kamu
melihat seseorang menyebut-nyebut sahabat Rasulullah saw dengan kejelekan, maka
curigailah dia menumbangkan Islam.'
Imam Malik bin Anas, berkata:
'Barang siapa mencela Nabi saw maka perangilah mereka, dan siapa yang mencaci
maki sahabat beliau saw maka berilah hukuman yang membuat jera.'
Ibnu Taimiyah berkata: 'Barang siapa
menganggap murtad sahabat sepeninggalan Nabi saw kecuali beberapa orang saja
atau dikira mereka semuanya fasik, maka tidak ada keraguan mengenai kekafiran
orang itu.'
Abu Zur'ah al-Razi berkata: 'Apabila
kamu melihat seseorang mencela sahabat Nabi saw, maka ketahuilah bahwa dia itu
zindik.'
Ibnu Abidin berkata: 'Barang siapa
mencaci maki Abubakar dan Umar atau memfitnah keduanya, maka kafirlah ia dan
taubatnya tak diterima.'
Berkenaan dengan para sahabat nabi,
Ahlu Sunnah mempunyai hati yang lurus dan bersih dengan mengatakan bahwa
persahabatan dengan Nabi saw adalah suatu kemuliaan yang tidak ada
bandingannya. Mereka menjaga baik-baik wasiat Nabi saw tentang para sahabat: 'Janganlah
kalian mencaci-maki para sahabatku', oleh karena itu mereka tidak pernah
mencaci-maki seorang pun dari kaum Muhajirin dan Anshor. Begitu pula dengan
sikap para imam ahlul bait terhadap sahabat-sahabat Rasulullah saw. Mereka
tidak pernah mencaci maki para sahabat, bahkan mereka banyak memuji dan
mengakui keutamaan para sahabat Rasulullah saw.
Imam Ali bin Abi Thalib
berkata:
"Aku telah melihat para sahabat
Muhammad saw, tak satupun ada orang yang kulihat yang menyamai mereka. Siang
hari mereka sujud dan berdiri menghadap Allah swt. Mereka pergunakan malam
untuk shalat dan tidur secara bergantian. Mereka bagaikan di atas bara api
karena mengingat hari akhir, seolah-olah pada mata mereka ada bulu kambing karena
banyak sujud. Apabila disebut nama Allah, bercucuran air matanya, sehingga
membasahi dadanya. Hati mereka selamanya goncang, seperti goncangnya pohon
diterpa angin kencang karena takut pada siksa Allah dan mengharap
pahala-Nya".
Imam Ja'far al-Shiddiq meriwayatkan
bahwa seorang pria dari suku Quraisy datang kepada Ali bin Abi Thalib di masa
ia menjadi khalifah. Orang itu berkata kepada Imam Ali bin Abi Thalib:
"Wahai amirul mukminin! Aku
pernah mendengar engkau berkata dalam suatu pidato: Wahai Tuhan kami,
jadikanlah kami hamba-Mu yang saleh sebagaimana Engkau telah jadikan khulafaur
rasyidin hamba-hamba-Mu yang saleh. Siapakah gerangan mereka itu? sambil air
matanya berlinang, ia biarkan air matanya menetes. Lalu Imam Ali menjawab:
Mereka adalah orang-orang yang kucintai. Mereka paman-pamanmu. Abubakar dan
Umar adalah sebagai imam hidayah, syekh Islam dan para penuntun setelah
Rasulullah saw. Barangsiapa yang mengambil tauladan dari mereka akan
terpelihara. Barangsiapa mencontoh prilaku mereka mendapat prtunjuk jalan yang
lurus. Barangsiapa berpegang teguh pada jalan mereka akan masuk golongan (hizb)
Allah swt. Dan golongan Allah itu adalah orang-orang yang selamat".
Riwayat lain menceritakan bahwa
seorang lelaki datang menghadap Imam Ali seraya berkata: Wahai amirul mukminin!
pada saat aku melewati segolongan manusia terdapat di antara mereka yang
membicarakan hal-hal yang tidak pantas mengenai Abubakar dan Umar. Sejenak
kemudian, Ali pun naik mimbar mengucapkan khutbah dan ia berkata:
"Demi dzat yang menciptakan
biji-bijian dan membebaskan jiwa! sebenarnya mereka itu (Abubakar dan Umar)
sungguh mukmin yang luhur. Tidaklah ada siapapun manusia yang benci kepada
mereka dan melawan mereka, melainkan orang itu jahat dan durhaka. Mencintai
mereka berarti dekat kepada Allah swt. Dan membenci mereka berarti durhaka
kepada Allah swt. Mengapakah mereka mengunjing saudara-saudara Rasulullah,
pembantu dan para sahabat beliau? Mereka adalah kepala-kepala Quraisy dan
tokoh-tokoh Islam. Aku tidak akan melepaskan diri dari orang yang mengunjingkan
Abubakar dan Umar, bahkan mereka akan mendapat ganjaran balasan yang setimpal.
Imam Ali bin Abi Thalib pernah
berkata: "Maukah kalian kuberitahukan siapa orang yang terbaik bagi umat
ini setelah Nabi Muhammad saw? Lalu beliaupun berkata: Abubakar setelah itu
Umar".
Imam Ali bin Abi Thalib pernah
berkata tentang Usman: "Sesungguhnya orang-orang mencercanya, sedang aku
dari golongan muhajirin, banyak memohon keridhoannya".
Ketika Imam Hasan bin Ali ditanya,
apakah mencintai Abubakar dan Umar sunnah hukumnya? beliau menjawab:
"Bukanlah semata-mata sunnah, tetapi wajib hukumnya".
Telah datang seorang laki-laki
kepada Imam Ali Zainal Abidin dan bertanya: Bagaimanakah kedudukan Abubakar dan
Umar di sisi Rasulullah saw? Beliau menjawab: "Kedudukan mereka sekarang
ini sebagai pedamping Rasulullah saw di pembaringannya".
Dalam kitab Hilyah al-Aulia,
telah diriwayatkan oleh Abu Nuaim, Imam Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib
berkata: Telah datang kepadaku beberapa orang dari Iraq dan mereka bercerita
tentang Abubakar, Umar dan Usman. Setelah mereka selesai bercerita berkata Imam
Ali bin Husein kepada mereka:
Ali bin Husein: Maukah kalian
memberitahu aku, apakah kalian termasuk kaum Muhajirin yang terdahulu, yang
hijrah dari tempat mereka dan membelanjakan hartanya demi untuk mendapatkan
keutamaan dan keridhoan Allah swt, dimana mereka membantu Allah dan Rasul-Nya,
dan mereka termasuk orang-orang yang benar? (Al-Hasyr:8)
Ahlul Iraq: Tidak.
Ali bin Husein: Apakah kalian
termasuk orang-orang yang telah menempati kota Madinah (Anshor) dan telah
beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang
yang berhijrah kepada mereka, dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati
mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin) atas diri
mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)?
(Al-Hasyr: 9)
Ahlul Iraq: Tidak.
Ali bin Husein: Jika kalian tidak
termasuk ke dalam dua golongan tersebut, Maka saksikanlah bahwa kalian tidaklah
termasuk dalam firman Allah: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka
(Muhajirin dan Anshor) dan berdoa: "Wahai Tuhan kami, beri ampun kami dan
saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman … (Al-Hasyr: 10).
Keluarlah kalian!
Diriwayatkan dari Ali bin Husein bin
Ali bin Abi Thalib, beliau berkata: "Wahai ahlul Iraq, cintailah kami
sebagaimana kalian mencintai Islam. Demi Allah, tidak akan bergeser kecintaan
kalian kepada kami hingga kalian mencampuradukan kecintaan kalian kepada kami
dan membenci Abubakar dan Umar serta mencaci maki mereka berdua".
Imam Ali Zainal Abidin berdoa untuk
para sahabat Rasulullah saw yang telah membantu beliau saw dalam perjuangan
menegakkan agama Islam sebagai berikut:
"Ya Allah, untuk
sahabat-sahabat Muhammad saw, khususnya mereka yang terjalin persahabatan
dengan baik bersama beliau saw dan mereka yang telah berjasa mendukungnya,
mereka yang bahu-membahu bersama Rasulullah saw dan telah berusaha secepatnya
dalam mendukung dan segera dalam menerima ajakan Rasul saw kepada mereka, dari
hujjah risalah-Nya, mereka yang sudi dan tahan berpisah dari anak-anak dan
istrinya demi menegakkan dan menyebarkan kalimat haq, mereka yang juga tidak
segan-segan memerangi anak-anak dan ayah mereka sendiri untuk mengukuhkan
nubuwahnya, mereka adalah orang-orang yang dikucilkan oleh suku dan famili
mereka hanya karena bergantung pada tali beliau, Muhammad saw, dan terputuslah
hubungan kerabat yang sebelumnya terjalin erat sesama mereka dan mengajaknya
menjadi anggota kerabat beliau.
Ya Allah, betapa banyak yang telah
mereka tinggalkan serta mereka berikan kepada-Mu, dengan segala kerelaan,
balaslah hijrah mereka dari rumah tangganya menuju rumah-Mu. Mereka tinggalkan
kehidupan yang makmur dan sentosa, lalu memilih kehidupan yang sederhana dan
penuh tantangan."
Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin,
berkata: "Memutuskan hubungan dengan Abubakar dan Umar tidak lain arti
melainkan memutuskan hubungan dengan Ali bin Abi Thalib". Beliau berkata
pula: 'Barangsiapa yang mencela Abubakar dan Umar, maka Allah swt, para
malaikat dan semua manusia akan melaknatnya'.
Begitu juga sikap Ja'far al-Shadiq
terhadap para sahabat, seperti yang diriwayatkan dari Salim Ibnu Abi Hafsah
berkata: Ketika aku mengunjungi Imam Ja'far al-Shadiq Ibnu Muhammad yang sedang
sakit, maka beliau berkata: "Ya Allah sesungguhnya aku mencintai Abu Bakar
dan Umar, dan akupun bermaula kepada keduanya. Ya Allah, jika perasaan yang ada
dalam diriku berbeda dengan apa yang aku ucapkan, semoga aku tidak mendapatkan
syafa'at dari Muhammad saw".
Kemudian beliau berkata: "Wahai
Salim, pantaskah jika ada seseorang yang mencaci maki kakeknya, sesungguhnya
Abu Bakar ra adalah kakekku, sesungguhnya aku tidak mengharap syafa'at dari
seorangpun , kecuali aku mengharap syafa'at yang sepertinya dari Abu
Bakar." Bahkan ia pernah berkata: "Aku berlepas tangan dari
orang-orang yang mengatakan sesuatu sesudah Nabi saw tentang Abu Bakar dan Umar
kecuali yang baik."
Imam Ja'far al-Shadiq ditanya
tentang Abubakar dan Umar, beliau menjawab: 'Aku berlepas diri terhadap
orang-orang yang berlepas diri dari keduanya'. Kemudian beliau ditanya lagi,
apakah anda bersikap taqiyyah? Imam Ja'far al-Shadiq menjawab: 'Jika aku
bersikap seperti itu, maka aku akan berlepas diri dari Islam dan aku tidak akan
mengharap syafaat kakekku Muhammad saw'. Selanjutnya beliau berkata: 'Allah swt
berlepas diri terhadap orang-orang yang berlepas dari Abubakar dan Umar'.
Begitu pula sikap ayah al-Shaddiq,
Imam Muhammad al-Baqir. Beliau sangat cinta kepada Khalifah Abu Bakar
al-Shiddiq, beliau sangat memujinya dan berkata: "Siapapun yang tidak
mengucapkan al-Shiddiq di belakang nama Abu Bakar, maka Allah tidak akan
membenarkan ucapannya". Selanjutnya beliau berkata:
"Sesungguhnya aku berlepas diri
dari orang yang membenci Abu Bakar dan Umar, andaikata aku berkuasa, pasti aku
akan mendekatkan diri kepada Allah swt dengan menumpahkan darah orang yang
membenci Abu Bakar dan Umar. Demi Allah, sesungguhnya aku mencintai keduanya
dan akupun senantiasa memohonkan ampun bagi keduanya, tidak seorangpun dari
ahlil baitku kecuali ia akan mencintai keduanya."
Ibnu Fudhail meriwayatkan dari Salim
Ibnu Hafsah, berkata: Aku pernah bertanya kepada Abu Ja'far dan puteranya
tentang Abu Bakar dan Umar, maka keduanya menjawab: "Wahai Salim, keduanya
adalah pemimpin yang adil, cintailah keduanya dan berlepas diri dari siapa saja
yang memusuhi keduanya, sesungguhnya keduanya di hadapanku adalah petunjuk yang
harus diikuti."
Seorang wanita menemui Imam Ja'far
al-Shaddiq, lalu bertanya kepadanya tentang Abubakar dan Umar, beliau menjawab:
"Jadikanlah keduanya sebagai pemimpinmu". Wanita itu berkata: Bila
berjumpa dengan Tuhanku, aku akan mengatakan kepadanya, engkau yang
memerintahkanku menjadikannya sebagai pemimpin. Imam Ja'far menjawab:
"Ya".
Muhammad al-Bagir bin Ali bin Husein
bin Ali bin Abi Thalib, berkata: Barang siapa yang tidak mengenal keutamaan
Abubakar dan Umar, maka ia tidak mengenal sunnah. Ketika beliau ditanya tentang
suatu kaum yang mencaci maki Abubakar dan Umar, beliau menjawab:
"Sesunguhnya kaum itu telah keluar dari ajaran Islam, maka barangsiapa
yang ragu terhadap keduanya, maka ia ragu terhadap sunnah nabinya, barangsiapa
yang membencinya maka ia termasuk dari kaum munafik".
Diriwayatkan oleh Mufadhal bin Umar
dari ayahnya dari kakeknya, berkata: Imam Ja'far al-Shadiq ditanya tentang
sahabat, beliau menjawab: 'Sesungguhnya Abubakar al-Shiddiq hatinya dipenuhi
oleh musyahadah al-rububiyah, beliau menyaksikan tidakada tuhan selain
Allah, sehingga ia banyak berdzikir لا
إله إلا الله, sedangkan Umar selalu menganggap
kecil sesuatu selain Allah swt dan tidak tunduk kecuali kepada Allah swt,
sehingga ia banyak berdzikir الله اكبر , sedangkan Usman melihat segala sesuatu selain Allah swt
mempunyai sebab akibat dan beliau selalu mensucikan Allah swt, sehingga ia
banyak berdzikir سبحانالله , sedangkan Ali bin Abi Thalib selalu melihat keberadaan
alam semesta adalah ciptaan Allah swt dan semuanya akan kembali kepada Allah
swt, sehingga ia banyak berdzikir الحمدلله.
Dari sangat cintanya Imam Ali kepada
ketiga khulafaur rasyidin, beliau menamakan anak-anaknya dengan nama mereka,
yaitu: Abubakar bin Ali bin Abi Thalib, Umar bin Ali bin Abi Thalib dan Usman
bin Ali bin Abi Thalib, dan beliau juga mengawinkan puterinya Ummu Kulsum
dengan Umar bin Khottob. Al-Hasan dan al-Husain juga menamakan anak-anak mereka
dengan Abubakar dan Umar, semua itu untuk dilakukan demi rasa cintanya kepada
kedua sahabat Rasulullah saw.
Imam Musa bin Ja'far meriwayatkan
dari ayahnya , ketika beliau ditanya tentang Abubakar dan Umar: "Abubakar
adalah kakekku dan Umar adalah suami nenekku (suami Ummu Kulsum bin Ali bin Abi
Thalib), apakah ada orang yang membenci kakek dan suami neneknya?
Imam Musa bin Ja'far, juga
memberikan nama salah satu anak lelakinya dengan Abubakar, anak perempuannya
juga dinamakan Aisyah, seperti juga kakeknya Ali bin Husein bin Ali bin Abi
Thalib menamakan putrinya dengan Aisyah. Begitu pula dengan Imam Ali bin Muhammad
al-Hadi mempunyai anak perempuan yang dinamakan dengan Aisyah.
Al-Daruqutni meriwayatkan dari
Muhammad bin Abdullah bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib yang bergelar al-Nafsu
al-Zakiyah, ketika ditanya tentang Abubakar dan Umar, beliau menjawab:
"Mereka berdua lebih utama dari Ali bin Abi Thalib".
Imam Abdullah al-Mahdi bin Hasan bin
Hasan bin Ali bin Abi Thalib, berkata: "Allah swt tidak akan menerima
taubat seseorang hamba yang berlepas diri dari Abubakar dan Umar".
Hasan bin Ali bin Abdullah bin Hasan
bin Ali bin Abi Thalib pernah ditanya tentang Abubakar dan Umar, beliau
menjawab: 'Keduanya adalah orang-orang yang utama dan aku selalu memintakan
ampun untuk keduanya'. Kemudian beliau ditanya, apakah ini taqiyyah?
Beliau menjawab: Aku tidak akan mendapat syafaat Muhammad saw, jika apa yang
aku katakan berlainan dengan hatiku'.
Ibnu Syihab dalam kitabnya Raspah
al-Shodi mengatakan: 'Wajib atas semua manusia dan ahlul bait al-syarif
khususnya, menghormati dan mengagungkan para sahabat Rasulullah saw dan
mencintai semuanya, disebabkan mereka adalah nujum al-hidayah dan rijal
al-riwayah wa al-dirayah, mereka manusia yang paling utama setelah para
nabi, dan Allah telah memuji atas mereka di dalam kitab-Nya dan telah
diceritakan dalam hadits-hadits shahih.'
Dari segi bahasa Rafidhah mempunyai
beberapa makna diantaranya menolak, yang murtad keluar dari agamanya atau
golongan yang meninggalkan pimpinannya dalam pertempuran (deserter). Di sebut
kaum Rafidhah karena kaum tersebut menolak keutamaan Abubakar dan Umar. Mereka
berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama dari Abubakar dan Umar.
Bermula sebutan Rafidhah adalah
sikap memihak sebagian kelompok kepada Ali bin Abi Thalib dan lebih
mengutamakannya dari pada Usman. Dalam kitab Taqwiyah al-Iman, Sayid
Muhammad bin Aqil bin Yahya menulis bahwa syaikh Abdul Qadir Jailani berkata:
'Rafidhah adalah suatu kelompok yang berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib lebih
utama dari Usman.' Syaikh Ibnu Taimiyah menjelaskan, telah mutawatir sebuah
riwayat dari Ali bin Abi Thalib bahwa ia berkata: 'Sebaik-baiknya umat sesudah
nabinya adalah Abubakar kemudian Umar. Dan ini pun disepakati oleh kalangan
Syiah generasi terdahulu, semua menganggap utama Abubakar dan Umar. Hanya saja
perselisihan terjadi pada Ali bin Abi Thalib dan Usman.
Dalam kitabnya Minhaj al-Sunnah
Ibnu Taimiyah menceritakan seorang tokoh syi'ah Syarik bin Abdullah ditanya
oleh salah seorang: "Siapakah yang lebih utama, Abu Bakar atau Ali? Syarik
menjawab: Abu Bakar. Ia bertanya lagi: Bagaimana anda dapat mengatakan yang
demikian itu, padahal anda seorang Syi'ah? Syarik menjawab: Ya, barangsiapa
tidak mengatakan yang demikian itu, maka ia bukanlah seorang Syi'ah. Demi
Allah, hal tersebut telah dikumandangkan oleh Ali ra, ia berkata: 'Ketahuilah,
bahwasanya sebaik-baiknya orang dalam ummat ini, sesudah Nabinya, adalah Abu
Bakar kemudian Umar.' Syarik berkata: Bagaimana kami (kaum syi'ah) dapat
menolak perkataan itu? Bagaimanakah pula kami dapat mendustakannya, sedang ia
(Ali bin Abi Thalib), demi Allah bukanlah seorang pendusta."
Abu Abdullah al-Mazari pernah
menerangkan bahwa pada suatu hari Imam Malik ditanya, manakah orang-orang yang
utama setelah Nabi saw? Beliau menjawab: 'Abubakar sesudah itu Umar, kemudian
ia terdiam. Lalu yang bertanya mengatakan bahwa Imam Malik ragu, dan penanya
meminta kepastian antara Ali dan Usman. Imam malik menjawab: Saya belum pernah
mendapati seorang sahabat yang membeda-bedakan keutamaan antara Usman dan Ali.'
Pada zaman Zaid bin Ali Zainal
Abidin, kaum Rafidhah lebih dikenal dengan penolakan mereka terhadap keutamaan
Abubakar dan Umar. Mereka berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama dari
Abubakar dan Umar. Sebutan Rafidhah dikarenakan terjadinya dialog antara Zaid
bin Ali dengan beberapa orang Kufah. Mereka bermaksud mendukung perjuangan Zaid
bin Ali melawan penguasa zholim saat itu, tetapi mereka memberikan syarat
kepada Zaid bin Ali agar beliau mengakui bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama
dari Abubakar dan Umar. Zaid bin Ali menolak syarat yang diajukan oleh
orang-orang Kufah tersebut. Maka sejak itulah orang-orang tersebut dikenal
dengan sebutan Rafidhah.
Menurut Sayid Husain al-Musawi, Imam
Ja'far al-Shaddiq berkata bahwa Rafidhah adalah suatu nama yang langsung
diberikan oleh Allah swt, sebagaimana perkataan beliau dalam kitab Raudhah
al-Kafi 5/34: 'Tidak Demi Allah, bukan mereka yang menamainya dengan nama
tersebut (Rafidhah) tetapi Allah-lah yang menamai mereka dengan nama
itu.'
Rasulullah saw telah memperingatkan
dan mengkhabarkan akan kelahiran mereka (Rafidhah) di masa yang akan datang,
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dalam musnadnya, Daruquthni, al-Dzahabi, Uqaili, Qadhi Iyadh yang diriwayatkan
dari banyak sahabat diantaranya Ali bin Abi Thalib, Siti Fathimah, Ummi
Salamah, al-Hasan, Jabir al-Anshari, Ibnu Abbas, Iyadh al-Anshari, dimana
mereka semua mendengar dan meriwayatkan dari Rasulullah saw, beliau bersabda:
سيأتي من
بعدى قوم لهم نبز يقال الرّافضة. فان ادركتهم فاقتلهم فانّهم مشركون
"Akan datang sesudah
kepergianku, suatu kaum yang mempunyai julukan Rafidhah. Maka jika kalian
menemukan mereka maka perangilah, karena sesungguhnya mereka adalah golongan
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan".
Begitu pula hadits yang diriwayatkan
oleh al-Hasan, Rasulullah saw bersabda:
يكون فىاخر
الزّمان قوم يسمّون الرّافضة يرفضون الاسلام فاقتلوهم فانّهم مشركون
Kelak di akhir zaman terdapat suatu
kaum yang disebut Rafidhah, di mana mereka meninggalkan Islam. Maka perangilah
mereka karena mereka adalah golongan orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Diriwayatkan dari Daruquthni, Ali
bin Abi Thalib berkata:
فسألت عن
علامتهم فقال: يتتحلون حبّ اهل البيت وليسوا كذالك وعلامة ذالك أنّهم يسبّون
ابابكر وعمر
"Maka aku bertanya tentang
ciri-ciri mereka (kaum Rafidhah). Maka Rasulullah saw menjawab: 'Mereka
seakan-akan mencintai keluarga Nabi, sementara mereka tidaklah begitu. Dan
tanda-tanda dari itu adalah mereka gemar mencaci maki Abubakar dan Umar."
Dalam riwayat lain dari Ali bin Abi
Thalib, Rasulullah saw bersabda:
يا على انت
فى الجنّة , يا على انت فى الجنّة , يا على انت فى الجنّة , وسيكون قوم يقال لهم
الّرافضة فإذا ادركتهم فقاتلهم. فقال يا نبي الله ما علامتهم ؟ قال: لايرون جماعة
ولاجمعة ويشتمون ابابكر و عمر
"Wahai Ali, kamu akan masuk
surga, Wahai Ali, kamu akan masuk surga, Wahai Ali, kamu akan masuk surga. Dan
kelak ada suatu kaum yang disebut Rafidhah, jika kamu menemukan, perangi
mereka. Ali bin Abi Thalib bertanya, wahai nabi Allah, apa tanda-tanda mereka.
Nabi saw menjawab: 'Mereka tidak pernah terlihat berjamaah, tidak melakukan
shalat Jum'at dan mereka mengumpat Abubakar dan Umar."
Diantara salah satu Pemuka Madzhab
Fiqih dalam Ahlu Sunnah yang kita kenal adalah Imam Syafii. Sebagaimana kita
ketahui bahwa Imam Syafii adalah seorang mujtahid yang mempunyai kecintaan
kepada ahlul bait nabi saw yang dapat dilihat dari syair-syairnya. Di samping
itu beliau juga cinta kepada sahabat-sahabat nabi saw. Imam Syafii berkata:
"Allah Tabaraka wa Ta'ala telah
menyampaikan pujian kepada sahabat-sahabat Rasulullah saw di dalam Alquran,
taurat dan Injil. Dan telah lebih dahulu disampaikan tentang keutamaan mereka
melalui lisan Rasulullah saw, sesuatu yang tidak dimiliki oleh seorangpun
setelah mereka. Maka, Allah pun menyangi mereka dan menempatkan mereka pada
setinggi-tinggi derajat dan kedudukan yaitu kedudukan orang-orang yang jujur,
para syuhada dan orang-orang saleh. Merekalah yang telah menyampaikan kepada
kita sunnah-sunnah Rasulullah saw dan merekalah yang menyaksikannya. Ketika
wahyu diturunkan kepada Rasulullah saw, mereka mengerti apa yang dikehendaki
oleh Rasul dalam keadaan umum maupun khusus, dan mereka mengerti apa yang
dikehendaki oleh Rasul dalam keadaan umum maupun khusus, dan mereka mengetahui
dari sunnahnya apa yang kita ketahui dan apa yang tidak kita ketahui. Dan
mereka berada di atas kita dalam bidang ilmu pengetahuan, ijtihad, sikap wara',
serta perkara yang dapat difahami oleh ilmu dan disimpulkannya.
Pemikiran-pemikiran mereka untuk kita lebih terpuji dan lebih utama daripada
pemikiran-pemikiran yang datang dari kita untuk kita. Jika seseorang di antara
mereka menyatakan pendapatnya, kemudian tidak seorangpun yang menyalahkannya,
maka kita pun akan mengambil pendapatnya."
Berkata Imam Syafii: "Saya
tidak melihat orang yang dicoba dengan tindakan mencela para sahabat Rasulullah
saw, melainkan dengan celaan itu Allah swt menambahkan kepada mereka (sahabat)
pahala di saat sudah terputusnya amal perbuatan mereka (setelah meninggal
dunia)."
Imam Syafii berkata tentang
keutamaan para khalifah yang empat dan derajat mereka di kalangan para sahabat:
"Manusia paling utama sesudah Rasulullah saw, yaitu Abubakar, Umar, Usman
dan Ali bin Abi Thalib." Setelah itu beliau bersyair:
Aku telah bersaksi bahwa Allah,
tiada sesuatu selain-Nya
Dan aku bersaksi bahwa kebangkitan itu haq dan aku ikhlas
Bahwa pakaian iman itu adalah ucapan yang baik
Perbuatan yang bersih yang terkadang bertambah dan berkurang
Bahwa Abubakar itu adalah khalifah Ahmad
Sedang Abu Hafsh terhadap kebaikan, berusaha sungguh-sungguh
Aku mempersaksikan Tuhanku bahwa Usman itu utama
Bahwa Ali mempunyai keutamaan yang khusus
Imam-imam kaum, yang diikuti tuntunan mereka
Semoga Allah swt memberikan keselamatan kepada orang yang didiskreditkan
Mengapa orang-orang sesat itu mencaci maki dalam kebodohan
Dan apa yang datang dari orang bodoh itu tidak dijawab tapi harus diludahi.
Dan aku bersaksi bahwa kebangkitan itu haq dan aku ikhlas
Bahwa pakaian iman itu adalah ucapan yang baik
Perbuatan yang bersih yang terkadang bertambah dan berkurang
Bahwa Abubakar itu adalah khalifah Ahmad
Sedang Abu Hafsh terhadap kebaikan, berusaha sungguh-sungguh
Aku mempersaksikan Tuhanku bahwa Usman itu utama
Bahwa Ali mempunyai keutamaan yang khusus
Imam-imam kaum, yang diikuti tuntunan mereka
Semoga Allah swt memberikan keselamatan kepada orang yang didiskreditkan
Mengapa orang-orang sesat itu mencaci maki dalam kebodohan
Dan apa yang datang dari orang bodoh itu tidak dijawab tapi harus diludahi.
Imam Syafii mengambil rujukan
tentang keutamaan Abubakar dengan beberapa perkara, antara lain melalui
sejumlah hadits dari Nabi saw yang mengisyaratkan keutamaannya, diantarannya
dari hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah al-Yamani, bahwa Nabi saw
bersabda:
"Ikutlah kalian kepada dua
orang sesudahku, Abubakar dan Umar"
Selanjutnya Imam Syafii berkata
bahwa tidak berselisih pendapat seorangpun dari kalangan sahabat dan tabi'in
tentang pengutamaan Abubakar dan Umar dan mendahulukan mereka atas semua
sahabat. Dalam hal ini bukan berarti Imam Syafii merendahkan Ali bin Abi
Thalib, beliau menyebutkan bahwa seorang laki-laki dari suatu kaum berkata:
'Tidaklah pergi orang-orang dari Ali kecuali karena ia tidak memperdulikan
seseorang'.
Secara perlahan Imam Syafii berkata:
'karena pada dirinya terdapat empat macam budi pekerti, tidak satu pekerti pun
darinya ada pada seseorang kecuali merupakan hak baginya untuk tidak
memperdulikan terhadap orang lain.
Ali bin Abi Thalib adalah seorang zahid
Orang zahid itu tidak memperdulikan dunia dan penghuninya
Dia adalah orang berilmu dan orang berilmu tidak memperdulikan terhadap seorang
Dia adalah pemberani dan orang pemberani tidak akan memperdulikan siapa pun
Dia adalah orang mulia dan orang mulia tidak memperdulikan terhadap seorang
Terhadap kaum Rafidhah Imam Syafii
berpendapat: 'Belum pernah saya saksikan di kalangan manapun orang-orang yang
begitu berani menjadi pembual dan memberikan kesaksian palsu seperti golongan
Rafidhah.'
Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad
berkata: Kita harus meyakini keutamaan para sahabat Nabi saw dan urutan
keutamaan mereka. Mereka adalah orang-orang yang adil, baik dan pantang
berdusta. Mereka tidak boleh dicerca dan dicela. Khalifah yang benar
sepeninggalan Rasulullah saw ialah Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali bin Abi
Thalib.
Mengenai urutan keutamaan sahabat,
Imam al-Haddad pernah ditanya oleh kaum syi'ah: Untuk apa anda mendahulukan
orang lain daripada sesepuh anda sendiri, Ali bin Abi Thalib? Imam al-Haddad
menjawab: Dia (Ali bin Abi Thalib) sendirilah yang mendahulukan orang lain (Abu
Bakar ra) dan memandangnya lebih utama ketimbang dirinya. Karena itulah kami
juga mendahulukannya (Abu Bakar) dan memandangnya lebih utama. Dalam hal itu
kami mengikuti jejak sesepuh kami (Ali bin Abi Thalib).
Imam al-Haddad kemudian berbicara
tentang ahlu-rafdh (kaum Rafidhah). Beliau berkata: Mereka itu
orang-orang bathil, tidak ada orang-orang yang menyebut-nyebut mereka dan tidak
ada pula yang menagisi mereka. Meskipun pada mereka terdapat sekelumit
kebenaran, tetapi mereka mencampurnya dengan kebatilan.
Imam al-Haddad di dalam suratnya
kepada saudaranya Al-Hamid di India, antara lain menyatakan: Tidak ada yang
lebih buruk, lebih keji, dan lebih memalukan daripada munculnya orang-orang
yang berunjuk rasa menyatakan kebencian terhadap dua orang syaikh, al-Shiddiq
dan al-Faruq. Mereka yang membenarkan sikap menolak (dua khalifah tersebut)
sungguh sangat tercela, baik menurut syariat maupun menurut akal, Inna lillahi
wa inna ilaihi raji'un…
Diriwayatkan oleh Ali ibnu Soleh,
telah datang seorang lelaki dari kaum Rafidhoh kepada Imam Ja'far bin Muhammad
al-Shaddiq, kemudian ia berkata:
Rafidhi: Assalamu'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Imam Ja'far: Wa'alaikum salam
warahmatullahi wabarakatuh.
Rafidhi: Wahai anak Rasulullah,
siapakah manusia yang terbaik sesudah Rasulullah saw?
Imam Ja'far: Abu Bakar al-Shiddiq
radhiyallahu anhu.
Rafidhi: Apa hujjah atas yang
demikian itu.
Imam Ja'far: Allah swt berfirman:
لاَ
تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا. فَأَنْزَلَ اللهُ سَكِيْنَتَهُ , عَليْهِ وَ
أَيَّدَهُ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا
السُفْلَى ,إِلاَّ تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ
كَفَرُوا ثَانِىَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى الغَارِ إِذْيَقُولُ لِصَاحِبِهِ ,
وَكَلِمَةُ اللهِ هِىَ العُلْيَا. واللهُ عَزِيْزٌ حَكِيمٌ
'Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah bersama kita'. Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada
(Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah
menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah
itulah yang tinggi. Allah maha Perkasa lagi maha Bijaksana.
Imam Ja'far: Selain mereka berdua
yang utama, apakah ada diantara manusia yang lebih utama dari Abu Bakar selain
Nabi saw?
Rafidhi: Ali bin Abi Thalib, karena
beliau tidur di pembaringan Rasullulah untuk menggantikannya tanpa sedikitpun
merasa gelisah, cemas, khawatir dan takut.
Imam Ja'far: Begitu pula Abu Bakar,
sesungguhnya ia bersama Nabi saw tanpa sedikitpun merasa gelisah, cemas,
khawatir dan takut.
Rafidhi: Sesungguhnya Allah swt
telah berfirman berlainan dengan apa yang engkau katakan!
Imam Ja'far: Apa bunyinya?
Rafidhi: Allah berfirman:إِذْيَقُولُلِصَاحِبِهِ,لاَتَحْزَنْإِنَّاللهَمَعَنَا
yang berarti Abu Bakar mempunyai perasaan gelisah, cemas khawatir dan takut?
yang berarti Abu Bakar mempunyai perasaan gelisah, cemas khawatir dan takut?
Imam Ja'far: Tidak! karena kata
sedih (حزن
) bukanlah gelisah, cemas, khawatir atau takut. Abu Bakar merasa sedih karena
Nabi saw akan dibunuh, sehingga beliau tidak akan dapat lagi membela dan
melayani agama Allah swt. Abubakar tidak bersedih karena memikirkan dirinya
sendiri, ketika ia disengat lebih dari seratus sengatan ular, ia bertahan merasakan
sengatan itu, tidak gelisah, tidak bangun dari tempatnya bahkan tidak bergerak
sedikitpun.
Rafidhi: Allah swt berfirman:
إِنَّمَا
وَلِّيُكُمْ اللهُ وَرَسُوْلُهُ وَالَّذِيْنَ آ مَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيمُوْنَ
الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah
Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
Ayat tersebut turun berkenaan dengan
Ali bin Abi Thalib ketika ia sedang ruku', ia memberikan cincinnya sebagai
sedekah. Dan Rasulullah saw bersabda: الحمد
لله الذي جعلها فيَّ و في أهل بيتي
(segala puji bagi Allah yang telah menjadikan pahala sedekah itu untuknya dan
untuk keluarganya).
Imam Ja'far: Ayat yang turun
sebelumnya pada surah tersebut mempunyai keutamaan yang lebih besar lagi. Allah
swt berfirman:
يَاأَيُّهَّا
الَّذِيْنَ آ مَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي
اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
Hai orang-orang yang beriman, barang
siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya.
Yang dimaksud di atas adalah murtad
setelah Rasulullah saw wafat. Sebagian orang Arab murtad dan tidak mau
menyerahkan zakat setelah Rasulullah wafat. Kaum kafir tersebut berkumpul di
Nahawan dan berkata: Orang yang yang telah menyebarkan agama Allah telah
meninggal. Sehingga Umar bin Khottob berkata kepada Abubakar: 'Terimalah sholat
mereka, tinggalkanlah zakat mereka'. Abubakar berkata: 'Jika saja mereka
menolakku untuk mengambil zakat mereka walaupun sekedar tali leher onta
sebagaimana pernah diperintahkan oleh Rasulullah saw, maka akan aku perangi
mereka, sekalipun mereka semua berkumpul melawanku, tetap akan aku perangi
sendirian'. Ayat tersebut menunjukkan bahwa Abubakar lebih utama.
Rafidhi: Sesungguhnya Allah saw
telah berfirman:
يُنْفِقُونَ
أمْوَالَهُمْ بِالَّلَيلِ وَ النَّهَارِ سِرًّا وَ عَلاَنِيَةً
Orang-orang
yang menginfaqkan hartanya pada waktu malam dan siang Dalam keadaan rahasia
maupun terang-terangan.
Ayat tersebut turun berkenaan dengan
Ali bin Abi Thalib yang menginfaqkan hartanya sebesar empat dinar. Beliau
menginfaqkan satu dinar pada malam hari, satu dinar pada siang hari, satu dinar
dengan cara rahasia dan satu dinar lagi beliau infaqkan dengan terang-terangan.
Imam Ja'far: Abu Bakar Shiddiq lebih
utama lagi dari peristiwa tersebut.
Alquran menggambarkan beberapa ayat
yang turun berkenaan dengan Abu Bakar Shiddiq. Allah swt berfirman:
وَاللّيلِ
إِذَا يَغْشى , وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلّى , وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالأنْثى ,
إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى , فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقى , وَصَدَّقَ
بِالْحُسْنى (Abubakar), فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرى (Abubakar),وَ سَيُجَنَّبُهَا الأَتْقى , الَّذِي يُؤْتِي مَالُهُ
يَتَزَكَّى(Abubakar) وَمَا لأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزى , إِلاَّ
ابْتِغَاءَ وَجْهُ رَبِّهِ الأَعْلى, وَلَسَوْفَ يَرْضى (Abubakar)
Abubakar Shiddiq telah menginfaqkan
hartanya kepada Rasulullah saw sebesar empar puluh ribu dinar hingga ia menjadi
orang yang fakir. Maka Malaikat Jibril pun diutus Allah swt untuk bertemu Nabi
saw, dan berkata: 'Sesungguhnya Allah swt menyampaikan salam kepadamu'.
Kemudian Jibril berkata: 'Sampaikan salamku kepada Abu Bakar. Dan tanyakan
kepadanya, apakah engkau (wahai Abubakar) ridho atas kefakiranmu ini ataukah
tidak? Abu bakar menjawab: Apakah aku pantas tidak ridho kepada Allah swt?
Sesungguhnya saya sangat ridho! (diucapkan tiga kali). Dan Allah akan memenuhi
janji kepada orang yang diridhoi-Nya.
Rafidhi: Akan tetapi Allah swt
berfirman berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib:
أَجَعَلْتُمْ
سِقَايَةَ الحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ لاَ يَسْتَوُوْنَ عِنْدَاللهِ
Apakah (orang-orang) yang memberi
minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus masjidil haram,
kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian
serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah.
Imam Ja'far: Begitu pula dengan ayat
alquran yang turun berkenaan dengan Abubakar. Allah swt berfirman:
لاَ
يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَّنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُوْلَئِكَ
أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلاً
وَعَدَاللهُ الْحُسْنى وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Tidak sama di antara kamu orang yang
menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih
tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan
berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan)
yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Haddid: 10)
Sesungguhnya Abubakar adalah orang
pertama yang menginfaqkan hartanya kepada Rasulullah saw, pertama kali yang
berjihad bersama Rasulullah saw. Ketika orang-orang musyrik datang menganiaya
Nabi saw hingga berdarah di Makkah, berita tersebut terdengar oleh Abubakar,
segera beliau mendatangi Nabi saw dan seraya berkata kepada kaum musyrikin:
'Celakalah kamu, apakah kamu sekalian ingin membunuh seorang yang berkata Allah
swt adalah Tuhannya di mana kebenaran itu telah datang kepadamu melalui
Tuhanmu?' Maka kaum musyrikin tersebut meninggalkan Nabi saw dan membawa
Abubakar serta memukulnya hingga tidak terlihat jelas hidung di wajahnya ( karena
tertutup oleh darah akibat pukulan kaum musyrikin).
Abubakar adalah orang yang pertama
berjihad di jalan Allah swt. Orang yang pertama berperang bersama Rasulullah
saw, orang yang pertama menginfaqkan hartanya, sehingga Rasulullah saw
bersabda: 'Tidaklah bermanfaat bagiku suatu harta sebagaimana harta Abubakar'.
Rafidhi: Akan tetapi Ali bin Abi
Thalib tidak pernah menyekutukan Allah swt sekejap matapun.
Imam Ja'far: Sesungguhnya Allah swt
telah memuji kepada Abubakar dengan berbagai macam pujian. Allah swt berfirman
pada surat al-Zumar 33:
وَالَّذِي
جَاءَ بِالصِدْقٍ (Rasulullah saw) , وَصَدَّقَ بِهِ
(Abubakar)
Ketika kaum musyrikin saat itu
berkata kepada Nabi saw:
'engkau adalah seorang pendusta' ,
tetapi Abubakar berkata kepada Nabi saw: 'engkau adalah seorang yang benar'.
Maka turunlah ayat ini yang merupakan ayat tashdiq (pembenaran) yang khusus
ditujukan kepada seorang yang taqwa, suci, ridho dan diridhoi, dan menunaikan
segala amanah.
Rafidhi: Akan tetapi cinta kepada
Ali bin Abi Thalib diwajibkan dan hal itu terdapat dalam kitabullah. Allah swt
berfirman dalam surat al-Syura ayat 23:
قُلْ لاَّ
أسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إَلاَّ الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبى
Tidaklah
aku minta kepada kalian, kecuali kecintaan kalian kepada keluargaku.
Imam Ja'far: Begitu pula dengan
Abubakar. Allah swt berfirman dalam surat al-Hasyr 10:
وَالَّذِينَ
جَاءُ وا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلإِخْوَانِنَا
الَّذِينَ سَبَقُوْنَا بِالإِيمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ
لّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshor),mereka berdoa: 'Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami
dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman, Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau maha penyantun lagi maha
penyayang.
Abubakar termasuk orang-orang
terdahulu dalam beriman, maka istighfar baginya adalah wajib, cinta kepadanya
adalah wajib, dan benci kepadanya adalah suatu perbuatan kufur.
Rafidhi: Nabi saw bersabda:
الحَسَنُ
وَالحُسَينُ سَيِّدًا شَبَابِ أَهْلِ الجَنَّةِ وَاَبُوهُمَا خَيْرٌ مِنْهُمَا
Hasan dan
Husein adalah penghulu pemuda ahli surga, dan ayahnya lebih baik dari keduanya.
Imam Ja'far: Abubakar mempunyai
kedudukan yang lebih utama dari yang demikian itu, sebagaimana ayahku
meriwayatkan kepadaku dari kakekku dari Ali bin Abi Thalib: "Ketika aku
bersama Nabi saw dan tidak ada orang selain diriku, datanglah Abubakar dan
Umar, maka Nabi saw berkata:
يَا عَلي!
هَذَانِ سَيِّدًا كُهُوْلِ أَهْلِ الجَنَّةِ وَشَبَابُهُمَا , … لاَ تَخْبرهُمَا
يَا عَلي , مَا دَامَا حَيَّين
'Wahai Ali kedua orang ini adalah
penghulu orang dewasa dan pemuda penghuni surga, … janganlah engkau beritahukan
kabar ini selama keduanya masih hidup'. Maka tidak aku beritahukan hal itu
kepada salah seorang pun hingga mereka berdua meninggal dunia.
Rafidhi: Mana yang lebih utama,
Fathimah binti Rasulullah saw atau Aisyah binti Abubakar Shiddiq?
Imam Ja'far:
(بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم)ِ. ( يس , وَالْقُرْآنِ الْحَكِيْمِ ) , ( حم ,
وَالْكِتَابِ الْمُبِيْنِ )
Saya bertanya kepada anda mana yang
lebih utama Yasin atau Haa miim? Berdasarkan hal itu mana yang lebih utama
Fathimah binti Nabi saw atau Aisyah binti Abubakar Shiddiq, bacalah alquran?!
Aisyah binti Abubakar Shiddiq
bersama Rasulullah saw di surga, dan Fathimah binti Nabi saw adalah penghulu
kaum wanita penghuni surga. Allah swt melaknat hambanya yang mencemarkan
kehormatan isteri Rasulullah saw serta membinasakan hambanya yang membenci
Fathimah binti Rasulullah saw.
Rafidhi: Aisyah telah membunuh Ali
bin Abi Thalib, padahal ia adalah isteri Rasulullah saw.
Imam Ja'far: Sungguh celaka engkau!
Allah swt berfirman (Al-Ahzab 53):
وَمَا
كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلُ اللهِ
Dan tidak
boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah.
Rafidhi: Abubakar, Umar, Usman dan
Ali, apakah kekhalifahan mereka terdapat dalam alquran?
Imam Ja'far: Ya, bahkan dalam kitab
Taurat dan Injil. Allah swt berfirman:
وَهُوَ
الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلاَئِفَ الأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ
دَرَجَاتٍ
Dan Dialah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah di muka bumi dan Dia yang meninggikan sebagian kamu atas
sebagian (yang lain) beberapa derajat.
اَمَّن
يُجِيبُ المُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ
الأرْضِ
Atau siapakah yang memperkenankan
(do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan yang
menghilangkan kesusahan dan menjadikanmu (manusia) sebagai khalifah di muka
bumi?
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ
فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكَّنَنَّ
لَهُمْ دِينُهُمْ الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ
Dan Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka khalifah (berkuasa) di muka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka khalifah (berkuasa), dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka.
Rafidhi: Wahai anak Rasulullah, di
mana dalam kitab Taurat dan Injil yang menceritakan kekhalifahan mereka?
Imam Ja'far: Allah swt berfirman:
مُحَمَّدٌ
رَّسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ (Abubakar) , أَشِدَّاءُ عَلَى الكُفَّارِ (Umar) , رُحَمَاءُ بِيْنَهُمْ(Usman) ,
تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدَا يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانًا (Ali) , سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مَِنْ
أَثَرِ السُجُودِ (para sahabat Nabi saw) , ذَالِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي
الإِنْجِيلِ
Apa makna yang terdapat dalam Taurat
dan Injil tersebut? Yaitu: Muhammad adalah seorang Rasul dan khalifahnya
sesudahnya Abubakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib. Tampak wajah Rafidhi
itu belum dapat menerima penjelasan Imam Ja'far, maka beliau berkata:
'Celakalah engkau! Allah swt berfirman:
كَزَرْعٍ
أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ (Abubakar), فَاسْتَغْلَظَ (Umar), فَاسْتَوى عَلَى سُوْقِهِ (Usman) يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمْ الكُفَّارَ (Ali bin Abi Thalib)
وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُواالصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً
وَاَجْرًا عَظِيْمًا (para sahabat Rasulullah saw)
Rafidhi: Wahai anak Rasulullah,
apakah hal ini terdapat dalam alquran?
Imam Ja'far: Ya. Allah swt
berfirman:
وَجِيءَ
بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ (Abubakar,
Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib),وَقُضِيَ
بَيْنَهُمْ بِالحَقِّ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُوْنَ
Rafidhi: Wahai anak Rasulullah,
Apakah Allah swt akan menerima taubatku yang telah membedakan keutamaan antara
Abubakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib?
Imam Ja'far: Ya, pintu taubat selalu
terbuka, maka perbanyaklah istighfar bagi mereka. Jika engkau selalu
membeda-bedakan di antara mereka, maka engkau akan meninggal bukan dalam
kesucian Islam, dan kebaikan engkau seperti amalan para orang-orang kafir yang
tidak bermanfaat.
Setelah peristiwa dialog itu,
Rafidhi tersebut bertaubat.
Sumber :
diambil dari Bab Bunga Rampai Keutamaan Ahlul Bait - 2003: Al-Habib Sayyid Aidarus Alwee Almasyhur
Sumber :
diambil dari Bab Bunga Rampai Keutamaan Ahlul Bait - 2003: Al-Habib Sayyid Aidarus Alwee Almasyhur
2014@abdkadilhamid
0 Response to "Pujian Imam Ahlul Bait Terhadap Sahabat Nabi saw"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip