Segelintir dari
mereka ternyata membenci Ahlul Bait
Mereka
mengingatkan dan menyampaikan pendapat mereka dengan firman Allah dalam Surah
Al-Hujurat ayat ke-13 :
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا
وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”.[QS. Al-Hujurat (49) : 13]
"kemudian mereka mengikutinya dengan pendapat
mereka bahwa “bukan
dari keturunan yang mulia” maksud mereka adalah bukan dari kalangan ahlul
bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam".
Apa maksud mereka
?
Apakah ulama yang
sholeh dari kalangan Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam mustahil termasuk orang yang paling mulia di sisi Allah ?
Apakah ulama yang
sholeh dari kalangan Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam mustahil termasuk orang paling bertaqwa ?
Innalillahi wa
inna ilaihi rojiun....!!!!
Semakin jelas ada dikalangan mereka yang memusuhi atau membenci Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dengan sendirinya mereka berdusta ketika bersholawat mengatakan “wa ala ali Muhammad”
Imam Syafi’i
~rahimahullah bersyair,
“Wahai Ahlul-Bait Rasulallah, mencintai kalian adalah kewajiban dari
Allah diturunkan dalam al-Quran cukuplah bukti betapa tinggi martabat kalian
tiada sholat tanpa shalawat bagi kalian.”
Nabi
s.a.w.bersabda,
"Yang terbaik diantara kamu sekalian ialah yang terbaik perlakuaannya terhadap ahlulbaiytku, setelah aku kembali kehazirat Allah." (Hadis Sahih dari Abu Hurairah r.a. diriwayatkan oleh al-Hakim, Abu Ya'la, Abu Nu'aim dan Addailamiy)
Ulama yang sholeh
dari kalangan Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
mendapatkan pengajaran agama dari orang tua-orang tua mereka terdahulu yang
tersambung kepada Imam Sayyidina Ali ra yang mendapatkan pengajaran agama
langsung dari lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sehingga terjaga
kemutawatiran sanad, kemurnian agama dan akidahnya. Tidak bercampur
dengan akal pikiran manusia yang di dalamnya berunsurkan hawa nafsu atau
kepentingan atau tidak bercampur dengan hasutan atau ghazwul fikri (perang
pemahaman) yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi.
Jadi dengan
terjaga kemutawatiran sanad, kemurnian agama dan akidahnya maka ulama yang
sholeh dari kalangan Ahlul Bait,
keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih besar kemungkinannya untuk termasuk orang yang paling mulia di sisi Allah atau termasuk orang yang paling bertaqwa.
Dalam
Alquran disebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah yang
paling bertaqwa.
Sebagai contoh para sahabat nabi, mereka adalah orang-orang yang
mulia walaupun mereka bukan dari kalangan ahlul bait. Memang benar, bahwa mereka
semuanya sama-sama bertaqwa, taat dan setia kepada Allah dan Rasul-Nya. Persamaan keutamaan itu
disebabkan oleh amal kebajikannya masing-masing.
Akan tetapi ada keutamaan yang tidak mungkin dimiliki oleh para sahabat nabi yang bukan ahlul bait. Sebab para anggota ahlulbait secara kodrati dan menurut fitrahnya telah mempunyai keutamaan karena hubungan darah dan keturunan dengan manusia pilihan Allah yaitu nabi Muhammad saw.
Hubungan biologis itu merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal dan tidak
mungkin dapat diimbangi oleh orang lain.
Sebagaimana
ayat yang terdapat dalam alquran surat al-An’am ayat 87, berbunyi:
ومن أبآئهم وذرّيّتهم وإخوانهم …
“(dan
kami lebihkan pula derajat) sebahagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka
dan saudara-saudara mereka…”
Ayat di atas jelas memberitahukan bahwa antara keturunan para nabi, (khususnya keturunan nabi Muhammad saw), dengan keturunan lainnya terdapat perbedaan derajat keutamaan dan kemuliaan, hal ini didasari oleh sabda Rasulullah saw yang ditulis dalam kitab Yanabbi’ al-Mawwadah:
نحن اهل البيت لا يقاس بنا
“Kami Ahlul Bait tidaklah bisa dibandingkan dengan siapapun”.
Imam Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahj al-Balaghoh berkata,
‘Tiada seorang pun dari umat ini dapat dibandingkan dengan keluarga Muhammad saw’.
Imam
Ali mengatakan bahwa
“tiada orang di dunia ini yang setaraf (sekufu’) dengan mereka, tiada pula orang yang dapat dianggap sama dengan mereka dalam hal kemuliaan”.
Turmudzi meriwayatkan :
sebuah
hadits berasal dari Abbas bin Abdul Mutthalib, ketika Rasulullah ditanya
tentang kemuliaan silsilah mereka, beliau menjawab:
ان
الله خلق الخلق
فجعلني في خيرهم من خيرهم قرنا ثم تخير القبائل فجعلني من
خير قبيلة ثم
تخير البيوت فجعلني من خيربيوتهم فأنا خيرهم نفسا و خيرهم
بيتا
“Allah menciptakan manusia dan telah menciptakan diriku yang berasal dari jenis kelompok manusia terbaik pada waktu yang terbaik. Kemudian Allah menciptakan kabilah-kabilah terbaik, dan menjadikan diriku dari kabilah yang terbaik. Lalu Allah menciptakan keluarga-keluarga terbaik dan menjadikan diriku dari keluarga yang paling baik. Akulah orang yang terbaik di kalangan mereka, baik dari segi pribadi maupun dari segi silsilah“.
Lebih-lebih
lagi setelah turunnya firman Allah swt dalam surah Al-Ahzab ayat 33 yang
berbunyi:
إنّما يريد الله ليذهب عنكم الرّجس اهل البيت ويطهّركم تطهيرا
“Sesungguhnya Allah swt bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlu al-bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.
Sehingga
Rasulullah saw memberikan peringatan yang ditegaskan dalam sabdanya:
ياأيهاالناس إن الفضل والشرف والمنزلة والولاية لرسول الله وذريته فلا تذ هبن الأباطيل
“Hai manusia bahwasanya keutamaan, kemuliaan, kedudukan dan kepemimpinan ada pada Rasulullah dan keturunannya. Janganlah kalian diseret oleh kebatilan”.
Walaupun para ahlil bait
Rasulullah menurut dzatnya telah mempunyai keutamaan, namun Rasulullah tetap memberi dorongan
kepada mereka supaya memperbesar ketaqwaan kepada Allah swt, jangan sampai
mereka mengandalkan begitu saja hubungannya dengan beliau. Karena hubungan suci
dan mulia itu saja tanpa disertai amal saleh tidak akan membawa mereka kepada
martabat yang setinggi-tingginya di sisi Allah.
Dengan keutamaan dzatiyah dan keutamaan amaliyah, para ahlul bait dan keturunan rasul memiliki keutamaan ganda, keutamaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Keutamaan ganda itulah (khususnya keutamaan dzatiyah) yang mendasari pelaksanaan kafa’ah di kalangan keturunan Rasullulah.
Habib
Abdullah bin Alwi al-Haddad dalam syairnya menulis:
"Ahlul Bait Musthofa, mereka adalah orang-orang suci
Mereka pemberi keamanan di muka bumiMereka ibarat bintang-bintang yang bercahayaDemikianlah sunnatullah yang telah ditentukanMereka ibarat bahtera penyelamat dari segala topan (bahaya) yang menyusahkan Maka menyelamatkan dirilah kepadanya Dan berpegang teguhlah kepada Allah swt serta memohon pertolongan-NyaWahai Tuhanku, jadikanlah kami orang yang berguna atas berkah mereka. Tunjukkanlah kepada kami kebaikan dengan kehormatan mereka Cabutlah nyawa kami di atas jalan mereka Dan selamatkanlah kami dari berbagai macam fitnah."
Al habib Abdullah bin Muhsin Al atthos :
2013@abdkadiralhamid"Sesungguhnya tidak tampaknya khususiyah ahlu bait Rasulullah saw beserta kesempurnaan mereka dihadapan manusia seluruhnya adalah rahmat, karena andaikata khususiyah dan kesempurnaan ini ditampakkan, maka wajib (artinya pasti) bagi siapapun yg mengetahuinya untuk menghormati dan mengagungkan keistimewaan dan kesempurnaan mereka dengan pengagungan yg pantas atas mereka. Dan pengagungan ini adalah hal yang membuat manusia terhebat sekalipun tidak mampu menanggung bebannya. Maka apa yang tampak dari sifat basyariyah ahlu bait adalah hijab atas khususiyah mereka. MAHABBAH adalah cara awal dalam membuka lapis lapis hijab yg amat rapat ini. Dan dgn mencintai mereka, kian tampak cayaha yg akan menerangi kita dan akan menuntun kita kepada kebenaran yg nyata. Sedangkan kebencian terhadap mereka akan menampakkan kebalikannya".
(Bahjatut tholibin. Hb Zain bin Ibrahim bin Sumaith. Hal. 30).
0 Response to "Keutamaan Dzatiyah dan Keutamaan Amaliyah"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip