Wasiat / Nasehat : AL Imam Qutbul Irsyad Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad RA
Wasiat / Nasehat : AL Imam Qutbul Irsyad Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad RA
“Dalam segala hal aku selalu mencukupkan diri dengan kemurahan dan
karunia Allah SWT. Aku selalu menerima nafkah dari khazanah
kedermawanannya.”
“Aku tidak pernah melihat ada yang benar-benar
memberi, selain Allah SWT. Jika ada seseorang memberiku sesuatu,
kebaikannya itu tidak meninggikan kedudukannya di sisiku, karena aku
mrnganggap orang itu hanyalah perantara saja,”
“Andaikan aku
kuasa dan mampu, tentu akan kupenuhi kebutuhan semua kaum faqir miskin.
Sebab pada awalnya, agama ini ditegakkan oleh kaum Mukminin yang lemah.”
“Dengan sesuap makanan tertolaklah bencana.”
“Sesungguhnya aku
tidak ingin bercakap-cakap dengan masyarakat, aku juga tidak menyukai
pembicaraan mereka, dan tidak peduli kepada siapapun dari mereka. Sudah
menjadi tabiat dan watakku bahwa aku tidak menyukai kemegahan dan
kemasyhuran. Aku lebih suka berkelana di gurun sahara. Itulah
keinginanku; itulah yang kudambakan. Namun, aku menahan diri tidak
melaksanakan keinginanku agar masyarakat dapat mengambil manfaat
dariku.”
"Kebanyakan orang, jika tertimpa musibah penyakit atau
lainnya, mereka tabah dan sabar; mereka sadar bahwa itu adalah qodho
dan qodar Allah SWT. Tetapi jika diganggu orang, mereka sangat marah.
Mereka lupa bahwa gangguan-gangguan itu sebenarnya juga qodho dan qodar
Allah SWT, mereka lupa bahwa sesungguhnya Allah SWT hendak menguji dan
menyucikan jiwa mereka. Rasulullah saw bersabda :
“Besarnya pahala tergantung pada beratnya ujian. Jika Allah SWT
mencintai suatu kaum, ia akan menguji mereka. Barang siapa ridho, ia
akan memperoleh keridhoannya; barang siapa tidak ridho, Allah SWT akan
murka kepadanya. ” ( HR Thabrani dan Ibnu Majah ).
“Ajaklah orang awam kepada syariat dengan bahasa syariat; ajaklah ahli
syariat kepada tarekat ( thariqah ) dengan bahasa tarekat; ajaklah ahli
tarekat kepada hakikat ( haqiqah ) dengan bahasa hakikat, ajaklah ahli
hakikat kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq, dan ajaklah ahlul Haq kepada
Al-Haq dengan bahasa Al-Haq.” "Beramallah sebanyak mungkin dan
pilihlah amal yang dapat kamu kerjakan secara berkesinambungan (
mudawamah ). Jangan remehkan satu amal pun yang pernah kau kerjakan.
Sebab setelah Imam Ghazali wafat, seseorang bermimpi bertemu dengannya
dan bertanya, "Bagaimana Allah swt memperlakukanmu?" "Dia mengampuniku" jawab Imam Ghazali. "Amal apa yang menyebabkan Allah swt mengampunimu?" "Suatu hari, ketika aku sedang menulis, tiba-tiba seekor lalat hinggap di penaku. Kubiarkan ia minum tinta itu hingga puas."
Ketahuilah! Amal yang bernilai tinggi adalah amal yang dianggap kecil
dan dipandang remeh oleh nafsu. Adapun amal yang dipandang mulia dan
bernilai oleh nafsu, pahalanya dapat sirna, baik karena pelakunya,
amalnya itu sendiri ataupun karena orang lain yang berada sekitarnya."
"di zaman ini kita harus berhati-hati, sebab zaman ini adalah zaman
syubhat. Para Ulama menyatakan, tidak sepatutnya seorang yang berilmu
bingung membedakan yang baik dan buruk. Sebab, kebaikan dan keburukan
adalah dua hal yang sangat jelas, setiap orang dapat membedakannya.
Seorang berilmu ketika harus memilih satu diantara dua kebaikan atau dua
keburukan, maka dia akan memilih kebaikan yang terbaik dan meninggalkan
keburukan yang terburuk. Sebagai contoh, jika ada seseorang ingin
melukaimu dengan tongkat atau pisau, dan kau tidak dapat menghindarinya,
maka terluka oleh tongkat lebih ringan. Atau ada seseorang tidak mampu
berjalan, sedangkan kau mampu. Jika kau turun dari hewan tungganganmu
dan menyuruhnya naik, maka itu lebih baik daripada engkau boncengkan
dia, meskipun kedua-duanya baik. Begitulah keadaan kami di zaman
ini. Memilih yang terbaik dari dua kebaikan dan meninggalkan yang
terburuk dari dua keburukan merupakan salah satu kaidah agama yang
disampaikan oleh para salaf seperti Imam Malik bin Anas dan Ulama
lainnya. Semoga Allah swt meridhai mereka semua. Barangsiapa tidak
mengetahui akidah ini, maka dia adalah seorang yang bodoh. Jika dia
tidak mengetahui kaidah ini dan memandang dirinya sebagai seorang yang
berilmu, maka dia adalah seorang yang teramat bodoh. Dia seperti seorang
kikir yang merasa dirinya sebagai seorang dermawan. Orang seperti ini
adalah orang teramat kikir."
"Persahabatan, pertemanan dan
pergaulan memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk membuat seseorang
menjadi baik maupun buruk. Persahabatan dan pergaulan dengan orang-orang
shaleh dan berbudi membawa manfaat, sedangkan persahabatan dan
pertemanan dengan orang-orang fasik dan durhaka membawa bahaya. Hanya
saja manfaat persahabatan dengan orang shaleh atau bahaya pergaulan
dengan pendurhaka tersebut terkadang tidak tampak secara langsung, akan
tetapi secara bertahap dan setelah berlangsung lama. Rasulullah saw bersabda : المرء مع جليسه
Seseorang akan bersama teman duduknya.
المرء على دين خليله, فلينظر أحدكم من يخالل
Seseorang itu akan mengikuti agama sahabatnya, oleh karena itu setiap
orang dari kalian hendaknya memperhatikan siapa yang ia jadikan teman. ( HR. Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad )
الجليس الصّالح خير من الوحدة والوحدة خير من جليس السّوء
Teman duduk yang baik lebih utama daripada menyendiri; dan menyendiri lebih baik daripada bergaul dengan teman yang buruk.
"Jika engkau ingin mengetahui ilmu dan amal yang bermanfaat dan penting
atau yang paling bermanfaat dan paling penting bagimu, maka
bayangkanlah bahwa besok engkau akan mati, kembali kepada Allah swt dan
berdiri dihadapan-Nya. Allah swt kemudian menanyakan semua ilmu, amal
dan keadaanmu. Setelah itu engkau akan dimasukkan ke Surga atau Neraka.
Ilmu dam amal yang engkau anggap lebih utama pada saat membayangkan
kematian tersebut adalah ilmu dan amal yang penting dan bermanfaat
engkau miliki. Itulah yang seharusnya engkau tekuni dan cari.
Sedangkan semua yang engkau anggap tidak bermanfaat dan penting ketika
engkau membayangkan kematian tersebut, maka tinggalkanlah. Jangan
sibukkan dirimu untuk mencari dan mempelajarinya. Begitu pula dengan
semua kegiatan hidup, apa yang engkau anggap penting dan memang harus
kau penuhi ketika membayangkan kematian itu, maka jangan kau tinggalkan.
Dan apa yang tidak kau butuhkan pada saat itu, maka tinggalkan dan
jangan kau kerjakan.
"Secara umum, pada awalnya kebaikan itu
berat untuk dilakukan, tetapi akhirnya penuh dengan kenikmatan. Orang
yang berbuat baik ibarat seorang pendaki gunung terjal. Ia tidak akan
merasa tenang sebelum sampai ke puncaknya. Sedangkan, keburukan
awalnya manis dan akhirnya kelak berat. Orang yang melakukan perbuatan
buruk adalah ibarat seorang yang jatuh dari puncak gunung atau atap
sebuah rumah. Ia baru merasa akan merasa kesakitan setelah mendarat di
tanah."
* Tuntutlah ilmu dari orang-orang yang benar-benar
mewarisi ilmu dari Rosulullah SAW, yang sanad isnadnya (silsilah ilmunya
sampai Rosulullah) terpercaya karena menuntut ilmu agama itu wajib bagi
setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan. Barang siapa
meninggalkannya ia akan berdosa. Karena tanpa ilmu agama, amal ibadah
akan tertolak, tidak diterima oleh Allah SWT.
“Setiap orang
yang beramal tanpa dibarengi dengan ilmu pengetahuan (tentang amalnya
itu) maka amalan-amalannya tertolak dan tidak diterima.”
*
Tidak ada di zaman ini (abad 12 H) yang lebih mudah dan baik daripada
Thoriqoh Ba’Alawi yang telah diakui oleh ulama Yaman dan disepakati oleh
ulama Haromain (dua Tanah Harom – Mekkah Madinah). Thoriqoh Ba’Alawi
(Alawiyah) adalah Thoriqoh Nabawiyah.
* Thoriqoh Kepemimpinan
adalah thoriqoh kami Ba’Alawi, dan ini thoriqoh spesial, dan yang
dimaksud thoriqoh kepemimpinan adalah ikut dan tunduk serta pasrahnya
seorang murid terhadap jejak langkah guru yang membimbing dan
menuntunnya ke jalan Allah, dengan menanggalkan sementara peran akal
(rasio). Sesungguhnya akal tidak berperan di dalamnya, sebab segala hal
disini berdasarkan kasyf (penglihatan mata hati).
* Ikut
langkah-langkah ulama salaf (ulama terdahulu) akan membuahkan kebaikan
yang amat besar, walaupun si pengikut bukan tergolong ahlil bathin.
Tetapi jika ia serasikan langkahnya dengan ulama salaf, maka ia akan
mendapatkan seperti apa yang di dapat oleh mereka para salaf sholihin.
* Segala permasalahan yang ada itu berlandaskan kejujuran, ada pun
orang yang biasa berbohong jika diibaratkan bangunan tidaklah jauh
berbeda dengan bangunan di atas air (lemah dan mudah runtuh).
*
Jika satu zaman itu rusak, maka wajiblah bagi mereka yang hidup di
zaman itu, untuk mengikuti jejak langkah ulama salaf sholihin. Jika
tidak mampu menyamakan diri dengan mereka dalam setiap langkah, paling
tidak hampir menyamai mereka, sebab setiap orang dalam kehidupan itu
harus memiliki panutan (imam), sedang orang yang tidak memiliki panutan
(Imam) maka panutannya adalah setan.
* Telah sesat sekelompok
orang sebab buku yang dibacanya, seseorang tidak akan menjadi alim besar
kecuali dengan guru yang membimbing dan menuntunnya, bukan dengan buku
yang dibacanya.
* Penghuni kubur dari para Wali Allah berada di
sisi Allah. Barang siapa tawajuh kepada mereka, maka mereka spontan
datang membantunya.
* Jika kamu melihat seorang dari Ba’Alawy
berjalan di luar Thoriqoh Ba’Alawy maka sesungguhnya maka tiada yang
menghalangi dirinya selain kelemahannya sendiri, dan kelemahan itu
adakalanya dalam kondisi ekonomi atau hati.
* Thoriqoh Alawiyyah berdiri atas dasar kemuliaan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
* Barangsiapa yang menjalin hubungan (kontak batin) dengan kami, maka
kami berikan kepadanya segala perhatian kami, kami tidak pernah melepas
dan meninggalkannya walaupun dia tinggal jauh dari tempat kami.
* Tidak ada hak yang lebih besar kecuali haknya seorang guru. Ini wajib
di pelihara oleh setiap orang Islam yang ingin selamat dunia akhirat.
Sungguh pantas bila seorang guru yang mengajar, walau hanya satu huruf,
diberi hadiah seribu dirham sebagai tanda hormat padanya. Sebab guru
yang mengajarmu satu huruf yang kamu butuhkan dalam agama, dia ibarat
bapakmu dalam agama.
* Barang siapa ingin anaknya menjadi orang
alim, maka dia harus menghormati para ahli fiqih. Dan memberi sedekah
pada mereka. Jika ternyata anaknya tidak menjadi alim, maka pasti
diantara cucu keturunannya yang akan menjadi orang alim.
*
Seorang murid (pencari jalan menuju Allah) tidak boleh menyakiti hati
gurunya karena belajar dan ilmunya tidak akan diberi berkah.
*
Adakalanya seseorang murid (pencari jalan menuju Allah) diuji dengan
kemiskinan, kepapaan dan kesempitan dalam kehidupan. Maka hendaknya ia
bersyukur kepada Allah SWT, disebabkan dengan hal tersebut di atas dan
harus beranggapan berprasangka bahwa takdir / kehendak Allah menjadikan
anda miskin, papa dan susah serta sempit sebagai sebesar-besarnya
kenikmatan karena dunia adalah musuh Allah. Anda harus bersyukur, maka
Allah akan mengangkat derajatnya sama dengan para nabi-Nya, para
Auliya-Nya dan hamba-hamba yang sholeh.
* Ketahuilah bahwa
rizki itu telah ditentukan dan telah dibagikan oleh Allah SWT. Diantara
hamba-hamba-Nya ada yang diluaskan rezekinya dan dilapangkan
kehidupannya, dan dikurangkankan rizkinya menurut kebijaksanaan-Nya.
Bersifatlah qona’ah (cukup) atas apa yang ditentukan Allah bagimu.
* Awas dan waspadalah dengan panjang angan-angan dan harapan tentang
kehidupan di dunia, karena dunia akan menariknya untuk mencintai dunia,
dan anda akan terikat dengannya sehingga sukar untuk beribadat dan
mengasingkan diri untuk menuju jalan akhirat.
* Ada setengah
manusia yang tabiatnya suka menganiaya orang, memandang rendah
terhadapnya, atau suka mencela dan sebagainya. Jika anda tergolong orang
terkena penganiayaan orang maka hendaklah anda bersabar jangan
sekali-kali anda membalasnya. Disamping itu, hati anda harus benar-benar
bersih dari dengki dan dendam terhadapnya, dan lebih utama lagi jika
anda memaafkan orang yang menganiayamu, dan anda doakan supaya Allah
memberi petunjuk kepadanya, dan itulah tanda-tanda akhlak serta tingkah
laku para Shiddiqin (Orang yang Benar).
* Berusahalah sekuat
kemampuanmu dalam menghindari diri dari rasa takut dan butuh serta
berharap hak terhadap manusia, karena hal tersebut anda akan dipandang
oleh manusia tetapi dipandang hina dalam pandangan Allah SWT, karena
orang mukmin itu mulia di sisi Allah SWT, tiada takut pada siapapun
selain Allah dan apa yang dicintai-Nya, dan tak pernah mengharapkan
sesuatu selain Allah.
* Awas! Jangan sekali-kali anda mentaati
syaikh (guru) itu hanya lahiriah semata, karena ketahuilah bahwa syaikh
itu dapat melihat ketaatanmu padanya, di belakangnya anda membantah dan
mendurhakai kerena sangkaanmu, anda sangka Allah tidak tahu kelakuanmu,
sedangkan syaikhmu itu dekat dengan-Nya. Kalau anda begitu akan
mendapatkan kecelakaan, kesempitan dan kebinasaan. Bukankah Allah
berjanji kepada barang siapa Aku cintai maka penglihatannya adalah
penglihatan-KU, pendengarannya adalah pendengaran-KU, mulutnya adalah
mulut-KU, tangannya adalah tangan-KU dan kakinya adalah kaki-KU,
barangsiapa memusuhinya atau menyakitinya, maka AKU dan para malaikatKU
mengumandangkan perang terhadap dirinya. Jangan sekali-kali datang pada
syaikh yang lain melainkan dengan izin syaikhmu.
* Ketahuilah
bahwa sesungguhnya syaikhmu sangat berat hati tentang apa-apa yang baik
untukmu, dengan itu janganlah engkau menuduh dan menyangka bahwa dia
menyimpan perasaan dengki dan cemburu terhadap dirimu, dan semoga
dijauhkan oleh Allah. Karena kamu hanya memandang sesuatu hal dengan
pandangan lahiriah belaka bukan pandangan bashiroh (mata hati dengan
Allah). Awas ! Jangan coba-coba menuntut agar syaikhmu mengeluarkan
kelebihannya. Karena jika syaikhmu seorang Ahlillaah (orang yang
meyakinkan dirinya untuk mengabdi kepada Allah) kekasih Allah, maka ia
adalah orang-orang yang teramat merahasiakan kebaikannya, menutupi
rahasia-rahasia tentang dirinya, dan sangat jauh untuk menonjolkan
dirinya dengan karomah-karomah atau perkara-perkara luar biasa kepada
orang banyak meskipun ia amat kuasa dan mampu untuk melakukannya serta
diizinkan oleh Allah untuk melahirkannya (memperlihatkan karomahnya).
* Syaikh yang kamil (sempurna) ialah seorang syaikh yang selalu memberi
faedah pada muridnya, dengan kesungguhan dalam perbuatan dan
perkataanya, dia memelihara muridnya sewaktu di hadapannya maupun ketika
berada jauh dari padanya. Sang Syaikh memelihara muridnya dengan
getaran-getaran kalbunya dalam segala hal yang dikerjakan oleh muridnya.
Maka paling sangat berbahaya jika Syaikhnya sudah berpaling dari si
murid. Dalam hal ini jika seluruh syaikh dan wali-NYA yang lain dari
timur sampai ke barat dikumpulkan seluruhnya, untuk mengubah hati
syaikhnya, niscaya sia-sia dan tidak akan berhasil, kecuali sang murid
sendiri harus berusaha untuk mengubah hati syaikhnya dan minta maaf
serta mendapat keridhoannya.
* Jika anda menyimpan penuh
ta’zhim (kepatuhan) dan penghormatan setinggi-tingginya terhadap
syaikhmu, senantiasa menghargainya, percaya lahir dan batin bersedia
mematuhi segala perintahnya, mencontoh akhlaknya, maka itulah tandanya
anda sedang mewarisi rahasia-rahasia dari syaikhmu dari syaikhnya dari
syaikhnya terus bersambung sampai dari Baginda Nabi Rosulullah SAW, atau
sebagian dari rahasia-rahasia tersebut, dan ia terus akan hidup di
sisimu sesudah wafatnya syaikhmu, inilah anugrah yang terbesar dari
Allah SWT yang dapat menghantarkan kita selamat & bahagia di dalam
agama, dunia dan akhirat kelak.
* Para orang sholeh itu setelah
wafat hanya hilang jasadnya saja, pada hakikatnya masih hidup seperti
sedia kala malah tambah tajam pandangan bashirohnya dan makin kuat
tawajuhnya (menghadap) kepada Allah.
0 Response to "Wasiat / Nasehat : AL Imam Qutbul Irsyad Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad RA"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip