Wahabi: Stop, jangan dibaca terlalu panjang, bacaan mad thabi'i itu cukup dibaca dua ketukan atau satu harakat.
Aswaja: (Subhanallah... dia juga hafal dalil ketukan mad thabi'i?) Bismil...
Wahabi: Kenapa berhenti? Ayo teruskan!
Aswaja: Hmmm... anu ustadz saya ragu-ragu baca La-nya itu dibaca panjang atau pendek? Boleh saya tau dalilnya mad thabi'i biar saya lebih yakin dan mantap.
Wahabi: Ya tidak ada dalilnya.
Aswaja: Dalam al-Quran tidak ada dalilnya?
Wahabi: Tidak ada.
Aswaja: Dari hadits mungkin?
Wahabi: Sama sekali tidak ada.
Aswaja: Masa tidak ada dalilnya ustadz, kalau dari para sahabat gitu? (maksudnya adalah atsar).
Wahabi: Kan aku sudah bilang kalau tidak ada ya tidak ada. Yang buat mad thabi'i itu para ulama.
Aswaja: Terus kenapa ustadz mengajarkan mad thabi'i kepada saya yang jelas-jelas tidak ada dalilnya sama sekali. Bukankah ustadz kemarin berkata bahwa ajaran yang tidak ada dalilnya baik dari al-Quran maupun hadits adalah bid'ah dan segala bid'ah itu sesat.
Wahabi: (Waduh... mau jawab apa aku ini?) a... i... u... e... o... anu... itu... ini... #sambil menahan rasa malu kepada murid-muridnya yang lain.
Aswaja: Ah sudahlah ustadz, aku tak mau berguru pada orang yang munafik #berdiri dan beranjak keluar.
Wahabi: Maksudmu aku seorang munafik?
Aswaja: Ya, kemarin kau melarang aku untuk merayakan maulid nabi yang katamu bid'ah karena tak ada dalilnya tapi hari ini kau malah mengajarkan aku sesuatu yang juga tidak ada dalilnya. Apa itu bukan munafik namanya?
Lalu si Aswaja bergegas meninggalkan si Wahabi yang termangu dan tak sanggup berkata apa-apa bak disambar petir.
Dengan serta merta dihadapan seluruh muridnya si Wahabi bersimpuh lalu bersujud sembari menyesali kesalahan keyakinannya selama ini. Dalam sujudnya si
Wahabi berdoa,
"Ya Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Kuasa, telah berapa banyak alim ulama ahlu sunnah wal jamaah yang telah kuhadapi selama ini, yang meski kesemuanya mampu mematahkan argumen-argumenku mengenai masalah bid'ah, tak satupun dari mereka yang mampu meruntuhkan keyakinanku bahwa semua bid'ah itu sesat.
Hari ini melalui seorang hambamu yang bodoh lagi lugu Kau malah menghancurkan benteng-benteng kesesatan dalam hatiku ini. Ya Allah benarlah ayat-Mu yang berbunyi "innal hudaa hudallah". Tiadalah yang mampu memberi hidayah kecuali Dirimu. Ya Allah ampunilah segala dosaku dan terimalah taubatku hari ini."
Demikian sekiranya kisah ini mampu memberi gambaran kepada kita bahwa manusia tak akan bisa lepas dari bid'ah (dalam hal ini yang dimaksud adalah bid'ah hasanah).
Dan alhamdulillah melaui bid'ah-bid'ah itulah kita umat muslim diseluruh dunia mampu membaca al-Quran, menghafal al-Quran, menghidupkan kembali kegembiraan atas lahirnya Rasulullah ke bumi dengan adanya maulid nabi, mampu menjaga ukhuwah islamiyah dengan saling mendoakan tetangga-tetangga kita yang telah wafat dengan tahlilan secara berjamaah, dan lain sebagainya.
Wallahu a'lam bisshawab
(Musyaffa' bin Ali bin Astawi bin Kafrawi al-Maduri)
Kiriman dari seorang Hamba Allah
“Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad nuuri-kas saari wa madaadikal jaari wajma’nii bihi fi kulli athwaari wa ‘ala alihi wa shahbihi yannuur”
Aswaja: (Subhanallah... dia juga hafal dalil ketukan mad thabi'i?) Bismil...
Wahabi: Kenapa berhenti? Ayo teruskan!
Aswaja: Hmmm... anu ustadz saya ragu-ragu baca La-nya itu dibaca panjang atau pendek? Boleh saya tau dalilnya mad thabi'i biar saya lebih yakin dan mantap.
Wahabi: Ya tidak ada dalilnya.
Aswaja: Dalam al-Quran tidak ada dalilnya?
Wahabi: Tidak ada.
Aswaja: Dari hadits mungkin?
Wahabi: Sama sekali tidak ada.
Aswaja: Masa tidak ada dalilnya ustadz, kalau dari para sahabat gitu? (maksudnya adalah atsar).
Wahabi: Kan aku sudah bilang kalau tidak ada ya tidak ada. Yang buat mad thabi'i itu para ulama.
Aswaja: Terus kenapa ustadz mengajarkan mad thabi'i kepada saya yang jelas-jelas tidak ada dalilnya sama sekali. Bukankah ustadz kemarin berkata bahwa ajaran yang tidak ada dalilnya baik dari al-Quran maupun hadits adalah bid'ah dan segala bid'ah itu sesat.
Wahabi: (Waduh... mau jawab apa aku ini?) a... i... u... e... o... anu... itu... ini... #sambil menahan rasa malu kepada murid-muridnya yang lain.
Aswaja: Ah sudahlah ustadz, aku tak mau berguru pada orang yang munafik #berdiri dan beranjak keluar.
Wahabi: Maksudmu aku seorang munafik?
Aswaja: Ya, kemarin kau melarang aku untuk merayakan maulid nabi yang katamu bid'ah karena tak ada dalilnya tapi hari ini kau malah mengajarkan aku sesuatu yang juga tidak ada dalilnya. Apa itu bukan munafik namanya?
Lalu si Aswaja bergegas meninggalkan si Wahabi yang termangu dan tak sanggup berkata apa-apa bak disambar petir.
Dengan serta merta dihadapan seluruh muridnya si Wahabi bersimpuh lalu bersujud sembari menyesali kesalahan keyakinannya selama ini. Dalam sujudnya si
Wahabi berdoa,
"Ya Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Kuasa, telah berapa banyak alim ulama ahlu sunnah wal jamaah yang telah kuhadapi selama ini, yang meski kesemuanya mampu mematahkan argumen-argumenku mengenai masalah bid'ah, tak satupun dari mereka yang mampu meruntuhkan keyakinanku bahwa semua bid'ah itu sesat.
Hari ini melalui seorang hambamu yang bodoh lagi lugu Kau malah menghancurkan benteng-benteng kesesatan dalam hatiku ini. Ya Allah benarlah ayat-Mu yang berbunyi "innal hudaa hudallah". Tiadalah yang mampu memberi hidayah kecuali Dirimu. Ya Allah ampunilah segala dosaku dan terimalah taubatku hari ini."
Demikian sekiranya kisah ini mampu memberi gambaran kepada kita bahwa manusia tak akan bisa lepas dari bid'ah (dalam hal ini yang dimaksud adalah bid'ah hasanah).
Dan alhamdulillah melaui bid'ah-bid'ah itulah kita umat muslim diseluruh dunia mampu membaca al-Quran, menghafal al-Quran, menghidupkan kembali kegembiraan atas lahirnya Rasulullah ke bumi dengan adanya maulid nabi, mampu menjaga ukhuwah islamiyah dengan saling mendoakan tetangga-tetangga kita yang telah wafat dengan tahlilan secara berjamaah, dan lain sebagainya.
Wallahu a'lam bisshawab
(Musyaffa' bin Ali bin Astawi bin Kafrawi al-Maduri)
Kiriman dari seorang Hamba Allah
“Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad nuuri-kas saari wa madaadikal jaari wajma’nii bihi fi kulli athwaari wa ‘ala alihi wa shahbihi yannuur”
Bagus alur ceritanya !
BalasHapusartikel dibuat2
BalasHapuskebiasaan Sufiyun suka mengada2 untuk menjatuhkan sunnah