Benarkah Fathimah RA Meninggal Dalam Keadaan Dendam Pada Sayyidina Abu Bakar ra ?
Benarkah Fathimah RA Meninggal Dalam Keadaan Dendam Pada Sayyidina Abu Bakar ra ?
0
Benarkah Fathimah RA Meninggal Dalam Keadaan Dendam Pada Sayyidina Abu Bakar ra ?
Benarkah Fathimah RA Meninggal Dalam Keadaan Dendam Pada Sayyidina Abu Bakar ra ?
Abdkadir Alhamid
0
Benarkah Fathimah RA Meninggal Dalam Keadaan Dendam Pada Sayyidina Abu Bakar ra ?
Siti Fatimah ra dendam soal tanah Fadak kepada Abu Bakar ra??
Benarkah keterangan ulama-ulama syiah, bahwa Siti Fatimah, putri
Rasulullah itu meninggal dunia dalam keadaan dendam pada Sayyidina
Abubakar, karena persoalan tanah fadak, warisannya yang dirampas oleh
Sayyidina Abu Bakar ?.
Pantaskah Siti Fatimah ra yang mendapat
gelar sebagai Sayyidatu Nisa’ Ahlil Jannah itu mempunyai sifat dendam
terhadap orang lain? apalagi terhadap orang yang sangat berjasa kepada
ayahnya?.
Sebab sebagaimana kita ketahui, bahwa Siti Fatimah
adalah putri Rasulullah yang telah mendapat pendidikan langsung dari
Rasulullah, sehingga tidak diragukan lagi bahwa Siti Fatimah telah
mewarisi sifat-sifat baik ayahnya, seperti Al Akhlaqul Karimah (akhlak
yang mulia), Al’afwu’indal magdirah (pemberian maaf disaat ia dapat
membalas) dan Husnuddhon (sangka baik) serta sifat baik Rasulullah yang
lain.
Beliau Siti Fatimah dikenal sebagai seorang yang
berakhlaq mulia, sopan santun, tidak sombong tapi rendah hati, walaupun
beliau putri seorang Nabi. Beliau ramah serta lemah lembut dalam
bertutur kata. Berjiwa besar, lapang dada serta pemaaf dan tidak
mempunyai rasa ghil (rasa unek-unek tidak senang kepada orang lain).
Sehingga tepat sekali kalau beliau itu mendapat gelar sebagai Sayyidatu
Nisa’ Ahlil Jannah. Sebab di antara tanda-tanda penghuni surga adalah
bahwa mereka itu tidak mempunyai rasa Ghil. Karenanya kami tidak dapat
menerima kalau ada yang mengatakan bahwa Siti Fatimah wafat dalam
keadaan dendam pada orang lain, dikarenakan urusan duniawi. Itu adalah
satu penghinaan dan tuduhan kepada putri tersayang Rasulullah saw.
Beliau juga dikenal jujur dan tidak suka berdusta, sebagaimana
kesaksian Siti Aisyah. Dimana Siti Aisyah pernah berkata kepada
Rasulullah saw : “Bertanyalah kepada Fatimah, sebab dia itu tidak suka
dusta.” Disamping itu semua, Siti Fatimah sangat sabar dalam menerima
segala ujian serta ridha dan tawakkal atas takdir yang dialaminya.
Walaupun keadaan ekonominya dalam keadaan serba kekurangan, namun beliau
menerimanya dengan senang hati. Padahal beliau adalah putri seorang
pemimpin.
Itulah diantara sifat-sifat mulia putri Rasulullah
saw, dan apa yang kami sampaikan diatas adalah merupakan keyakinan dan
kesaksian golongan Ahlussunnah Waljamaah, oleh karena itu kami tidak
bisa menerima tulisan-tulisan ulama Syi’ah yang berakibat dapat
mendiskriditkan Siti Fatimah.
Dengan demikian dapat kita
pastikan bahwa Siti Fatimah tidak mungkin mempunyai sifat dendam, karena
sifat dendam itu bukan sifatnya Ahlil Jannah, tetapi yang pasti beliau
mempunyai sifat pemaaf (sifatnya Ahlil Jannah).
Oleh karena itu, kata-kata dendam yang ada dalam cerita Syi’ah tersebut merupakan suatu penghinaan pada Siti Fatimah ra.
Adapun masalah tanah fadak warisan Rasulullah saw, maka Siti Fatimah
dan Imam Ali serta istri-istri Rasulullah dan pamannya Abbas telah
menerima dengan baik keputusan Khalifah Abu Bakar, karena keputusan
tersebut sesuai dengan perintah Rasulullah saw. Begitu pula keputusan
tersebut telah berlaku di zaman Khalifah Umar dan Khalifah Utsman.
Bahkan di zaman Khalifah Ali bi Abi Thalib keputusan tersebut terus
diberlakukan oleh Imam ali.
Andaikata keputusan Khalifah Abu
Bakar tersebut oleh Imam Ali dianggap tidak benar dan melanggar agama,
pasti akan dirubahnya dan pasti warisan tersebut akan diserahkan kepada
pemilik-pemiliknya.
Inilah keputusan Khalifah Abu Bakar mengenai warisan Rasulullah saw
Dasar keputusan Khalifah Abu Bakar adalah hadits Nabi yang berbunyi :
نحن معاشر الانبياء لا نورث ، ما تركنا صدقة ( رواه البخارى )
“Kami para Nabi tidak mewariskan, apa yang kami tinggalkan menjadi sodaqoh.”
(HR. Bukhari)
Dalam kitab-kitab hadits disebutkan bahwa diantara yang meriwayatkan
hadits tersebut adalah Imam Ali, Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar,
Sayyidina Usman, Sayyidina Abbas (paman Rasulullah saw) dan beberapa
sahabat yang lain serta istri-istri Rasulullah saw.
Dengan
dasar hadits tersebut, maka peninggalan Rasulullah yang berupa sebidang
tanah perkebunan di Fadak dikuasai dan dikelola oleh pemerintah
(Khalifah).
Selanjutnya oleh Khalifah Abu Bakar hasil dari
kebun tersebut digunakan untuk keperluan keluarga Rasulullah dan
sebagian diberikan kepada fakir miskin.
Hal mana sesuai dengan
apa yang dilakukan oleh Rasulullah semasa hidupnya. Oleh karenanya Siti
Fatimah dan Imam Ali serta yang lain menerima keputusan Khalifah Abu
Bakar tersebut.
Yang mengherankan dan menjadi tanda Tanya,
mengapa dalam masalah Fadak tersebut, ulama-ulama Syi’ah itu selalu
menjadikan Siti Fatimah sebagai pelaku dalam masalah Fadak, padahal
bukan hanya beliau saja yang berkepentingan. Mengapa tidak Sayyidina
Abbas (paman Rasulullah) atau mengapa tidak istri-istri Rasulullah?.
Katanya mereka itu mencintai Siti Fatimah, mengapa justru Siti Fatimah
yang dijadikan obyek?
Mengapa dalam cerita-cerita yang dibuat
oleh ulama-ulama syiah mereka tega memberi sifat kepada Siti Fatimah
dengan kata-kata dendam, bermusuhan, berselisih, mengancam orang lain,
menuntut warisan, menuntut kekhalifahan, tidak mau dilihat bila
meninggal, tidak mau dishalati bila meninggal dan lain-lain.
Tidakkah mereka itu membaca keterangan dan kesaksian para sahabat yang
banyak tertera dalam kitab-kitab Ahlus-sunnah bahwa Siti Ffatimah itu
berakhlak mulia, tutur katanya lembut, pemaaf, dermawan, dan tidak
mempunyai ambisi untuk mencari kekayaan apalagi kedudukan. Justru beliau
minta kapada Allah agar digolongkan bersama orang-orang miskin,
sebagaimana ayahnya Rosulullah saw. Beliau benar-benar mewarisi
sifat-sifat mulia Rosulullah saw.
Oleh karena itu beliau Siti
Fatimah sangat dicintai dan dihormati oleh para sahabat, sebagaimana
yang pernah diucapkan oleh Khafilah Abu Bakar, bahwa keluarga Rasulullah
saw itu lebih ia cintai daripada keluarganya.
Perlu diketahui,
bahwa pemberian-pemberian Khalifah Abu Bakar kepada Ahlul Bait, jauh
lebih besar dari hasil kebun Fadak tersebut. Karenanya hubungan antara
Khafilah Abu Bakar dengan Ahlul Bait sangat baik. Bahkan hubungan Siti
Fatimah dengan istri Khalifah Abu Bakar (Asma’ binti Umais) bagaikan
kakak beradik.
Sehingga sewaktu Siti Fatimah wafat, maka yang memandikan adalah Asma’ binti Umais atas dasar wasiat beliau.
Disamping kata-kata dendam diatas, sebenarnya ulama-ulama Syi’ah itu
secara tidak langsung sering menghina Siti Fatimah, dimana mereka sering
membuat cerita-cerita yang isinya menggambarkan bahwa Siti Fatimah
mempunyai rasa sentiment atau rasa permusuhan terhadap para Sahabat,
khususnya terhadap Khafilah Abu Bakar. Atau dalam bahasa Al-Qur’an
disebut mempunyai rasa Ghil (Unek-unek terhadap orang lain).
Misalkan mereka mengatakan :
- Siti Fatimah sakit hati terhadap para sahabat, karena mereka
mengangkat Abu Bakar sebagai Khalifah dan tidak memilih suaminya
(Sayyidina Ali bin Abi Thalib).
- Setelah Sayyidina Abu Bakar
terpilih sebagai Khalifah, Siti Fatimah keliling menemui
pemimpin-pemimpin suku guna mencari dukungan bagi suaminya (Imam Ali).
- Siti Fatimah tidak mau baiat pada Khalifah Abu Bakar, karena dianggap merampas kekhalifahan suaminya.
- Kematian Siti Fatimah dikarenakan memikirkan hartanya yang dirampas oleh Khalifah Abu Bakar
Apa yang mereka tuduhkan tersebut, merupakan satu kekurang-ajaran
mereka terhadap Siti Fatimah dan merupakan fitnah yang sangat besar,
yang harus ditebus oleh penuduhnya dengan membaca syahadat lagi
(tajdiid) dan harus banyak baca istighfar.
Hal mana karena apa
yang mereka tuduhkan tersebut, sangat bertentangan dengan sifat putri
Rasulullah yang sangat lemah lembut dan pemaaf serta penuh kasih sayang
terhadap sesama muslimnya. Terutama terhadap orang-orang yang lebih
dahulu dalam beriman kepada Allah dan RasulNya. Sehingga sesuai dengan
do’a yang diajarkan oleh Allah dalam Al Qur’an yang berbunyi :
ربنا اغفرلنا ولاخواننا الذين سبقونا بالايمان ولا تجعل فى قلوبنا غلا
للذين امنوا ربنا انك رؤف رحيم
( الحشر :١٠ )
“ Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan
kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan
kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al Hasyr : 10)
Demikianlah sedikit mengenai cerita-cerita Syi’ah yang apabila kita amati benar-benar justru mendiskriditkan Siti Fatimah.
Apa wasiat Siti Fatimah kepada Asma Binti Umais ?
Asma binti Umais adalah istri Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq dan dari
perkawinan tersebut Allah mengaruniai seorang putra dengan nama Muhammad
bin Abu Bakar.
Perkawinan tersebut atas perintah Rasululah
saw, setelah suaminya yang pertama yaitu Ja’far bin Abi Thalib (saudara
Imam Ali) meninggal dalam peperangan. Beliau Asma’ termasuk orang-orang
yang masuk Islam pada awal permulaan Islam di Mekkah sebelum Muslimin
berkumpul di Darul Argom dan beliau kemudian bersama suaminnya Ja’far
bin Abi Thalib hijrah ke Habasyah.
Setelah Khalifah Abu Bakar
wafat, Asma’ binti Umais kawin dengan Imam Ali kw dan dikaruniai oleh
Allah dua putra yaitu Yahya dan Muhammad Al Ashhor. Ummul Mu’minin
Maimunah istri Rasulullah saw adalah saudara seibu dengan Asma’ binti
Umais. Oleh karena itu hubungan Asma binti Umais dengan keluarga
Rasulullah saw sangat dekat sekali. Beliau sering membantu keluarga
Rasulullah saw.
Asma’ binti Umais adalah orang yang selalu
membantu Siti Fatimah dan meskipun beliau istri seorang Khalifah hampir
setiap hari Asma’ berkunjung kerumah Siti Fatimah mereka seperti kakak
beradik.
Semoga Alllah membalasnya serta meridhoinya.
Adapun cerita mengenai wasiat Siti Fatimah kepada Asma’ binti Umais, maka dalam buku-buku sejarah diceritakan sbb.
Setelah Siti Fatimah merasa bahwa ajalnya sudah dekat beliau berkata
kepada Asma’ binti Umais yang hampir setiap hari berkunjung ke rumah
Siti Fatimah.
“ Saya kurang senang terhadap apa yang diperbuat
terhadap wanita jika mati, yaitu hanya ditutupi dengan kain. Sehingga
bentuk badannya kelihatan.”
Maka berkatalah Asma’ kepada Siti
Fatimah : “Apakah engkau mau aku tunjukkan sesuatu yang pernah aku lihat
di Habasyah?” Siti Fatimah menjawab: “Coba tunjukkan.” Maka dibuatlah
oleh Asma’ keranda dari pelepah pohon kurma, kemudian diatasnya ditaruh
kain. Begitu Siti Fatimah melihat keranda tersebut, beliau sangat
gembira dan tertawa seraya berkata : “Alangkah baiknya ini. Semoga Allah
menutupimu sebagaimana engkau menutupiku. Nanti jika aku mati, maka
mandikanlah aku bersama Ali dan jangan ada orang lain yang ikut
memandikanku. Setelah itu buatkanlah untukku seperti ini.”
Selanjutnya, begitu Siti Fatimah wafat, semua wasiatnya dilaksanakan oleh Imam Ali dan Asma’.
Cerita ini dimuat dalam kitab At Tobaqot, karya Ibnu Saad, Sunan Al Baihaqi, Sunan Ad Dar Quthni dan lain-lain.
Mengenai wasiat Siti Fatimah agar yang memandikan beliau hanya Asma’
binti Umais dan Imam Ali, serta orang lain tidak boleh ikut memandikan
beliau tersebut, oleh ulama-ulama Syiah dibuatkan beberapa cerita wasiat
Siti Fatimah, diantaranya :
- Apabila beliau wafat, para sahabat dilarang masuk rumah Siti Fatimah, sebab beliau tidak mau dilihat para sahabat.
- Siti Fatimah berwasiat agar waktu memakamkannya tidak dilihat atau tidak diketahui oleh para sahabat.
- Imam Ali melarang para sahabat menshalati Siti Fatimah,
sebab Siti Fatimah tidak mau dishalati oleh para sahabat, terutama oleh
Khalifah Abu Bakar.
Masya Allah, ini adalah suatu tuduhan dan
fitnah terhadap Imam Ali dan Siti Fatimah r.a. sebab mungkinkah Imam Ali
melarang seseorang melakukan shalat?.
Khasya, pasti tidak mungkin.
Begitu pula Siti Fatimah yang telah mewarisi sifat-sifat dan akhlak
baginda Rasulullah SAW, pasti beliau tidak akan membuat wasiat seperti
yang dituduhkan oleh orang-orang Syiah itu. Lalu untuk apa beliau minta
dibuatkan keranda tersebut.
Itulah orang-orang Syiah, mereka
suka memutar balik fakta dan cerita, dengan tujuan akan membuat opini
bahwa antara Siti Fatimah dengan para sahabat telah terjadi hubungan
yang tidak baik.
Semoga kita diselamatkan oleh Allah dari pemutar balikan sejarah yang dilakukan oleh ulama-ulama Syiah.
Demikian wasiat Siti Fatimah kepada istri Khalifah Abu Bakar yang
sekaligus membuktikan adanya hubungan baik antara kedua keluarga.Supaya
Jangan Sembarangan Mengkafirkan Orang Yang Bertawassul..!! ( Mewaspadai
Ajaran Wahhabi )
Silahkan komentar yg positip