PECINTA RASUL SAW DARI SYDNEY AUSTRALIA
Ummu Ibrahim, seorang ibu setengah baya asal Sydney, Australia,
terpesona. Siang hari, ketika berada di Masjid Nabawai, Madinah, ia
melihat sosok Rasulullah saw. dengan jubah hijau. Namun sekelilingnya,
katanya, tak menghiraukan kehadiran Baginda Rasulullah. Ia ingin
berteriak karena rasa girangnya, tetapi mulutnya terasa terkunci, tak
kuasa mengucapkan sesuatu.
Kejadian istimewa itu ia alami tahun 1998
dan hanya beberapa saat, kemudian sosok itu hilang dari pandangannya.
Namun pengaruhnya sungguh luar biasa. Hampir setiap hari, ia mencari di
setiap sudut-sudut rumah, jalan, bangunan, juga masjid, apakah sosok
yang didambakan itu akan hadir lagi.
Ia selalu merindu di dalam
keadaan sadar maupun tidurnya. Meski dalam keadaan sadar ia tidak lagi
bisa menemukan sosok Rasulullah itu, ia berharap masih bisa berjumpa
dengan Baginda Nabi dalam mimpi.
Adalah suatu anugerah dan
kebenaran kalau seseorang bisa bertemu Rasulullah. Bukankah setan tidak
akan bisa meniru sosok Rasulullah?
PENGOBAT RINDU
Ummu
Ibrahim cukup sibuk dengan berbagai aktivitas keagamaan, sebab suaminya
adalah seorang dai di Negeri Kanguru. Menantunya juga seorang dai
kondang di Australia, yakni Syaikh Abdul Moez Alhasani, ketua imam-imam
masjid se-Australia dan mudir Ma’had Tahfidzul Quran di Sydney.
Sedangkan dua anaknya, yaitu Ustadz Ibrahim dan Ustadz Abdul Karem,
sedang sibuk belajar di Pesantren Darul Musthafa Tarim, Hadhramaut,
Yaman, asuhan Habib Umar bin Hafidz bin syech abubakar bin salim.
Pada Februari 2008, ibu yang santun dan tidak mau ditampilkan fotonya
ini mengikuti kunjungan Habib Umar bin Hafidz dan rombongannya ke
Indonesia. Di antara rombongan itu ada putranya, Ibrahim, salah satu
murid kesayangan Habib Umar bin hafidz bin syech abubakar bin salim.
Ketika Habib Umar bin Hafidz hadir di Majelis Rasulullah saw Masjid
Almunawar Pancoran, Jakarta Selatan, tepatnya pada Senin malam 4
Februari 2008, tiba-tiba bayangan Rasulullah saw itu muncul kembali.
Ummu Ibrahim hampir menjerit, gembira dan terharu. Setelah sepuluh
tahun merindukan perjumpaan kembali, di majelis inilah ia kembali
berjumpa Nabi. Dan sejak kejadian itu, ia terus mendambakan hadir di
Majelis Rasulullah saw.

Sepulang dari Jakarta dan kembali
ke rumahnya di Sydney, ia terus berusaha untuk datang lagi dan
berkunjung, khususnya ketika mendengar kabar bahwa Majelis Rasulullah
saw akan mengadakan Maulid Akbar di Monas. Namun karena suaminya, yang
juga dai, sangat sibuk, ia tak bisa datang. Ia sangat menyesal, apalagi
mendengar keajaiban bahwa, ketika acara di Monas itu berlangsung, muncul
lafadz ALLAH di awan di atas ratusan ribu hadirin.
Untuk
mengobati rasa rindunya pada Majelis Rasulullah saw., setiap Senin malam
ia selalu menelepon dari Sydney untuk mendengarkan Maulid Dhiyaul
Lami’, qashidah salam, sampai acara selesai. Jalur hubungan telepon
saluran internasional sekitar 120 menit itu tak ia hiraukan biayanya,
asal bisa mendengar salam dan pujian untuk Baginda Nabi langsung dari
Majelis Rasulullah saw., Jakarta Selatan, yang ia dengarkan di rumahnya
di Sydney, Australia.
Suatu malam, selesai ia mendengarkan
acara di Majelis Rasulullah saw., dalam tidurnya Ummu Ibrahim bermimpi
melihat kehadiran Rasulullah yang duduk di dekat munsyid (pembaca
qashidah) di Majelis Rasulullah saw. Saat itu, sang munsyid sedang
melantunkan qashidah salam kepada Rasulullah. Tepat ketika mahallul
qiyam dan hadirin berdiri, Rasulullah berdiri di sebelah munsyid yang
membaca lantunan mahallul qiyam.
Dalam peristiwa itu, ia mendengar suara,
“Agar seluruh alam tahu betapa dekatnya Rasulullah saw kepada mereka yang mencintai, memuji dan bersalam kepada beliau.”
Mimpi itu sangat mengguncang hatinya. Keesokan harinya ia minta
suaminya mengantarkan ke Jakarta untuk hadir di Majelis Rasulullah saw,
sementara suaminya masih sibuk dengan tugas dakwahnya. Maka Ummu Ibrahim
pun berpaling kepada menantunya, Syaikh Abdul Moez. Ia meminta sang
menantu mengantarnya ke Jakarta.
Pada hari Ahad, 13 April 2008,
mereka tiba di Jakarta setelah menghabiskan waktu lebih dari 12 jam
perjalanan, karena sempat delay beberapa jam di Bandara Kualalumpur.
Pada Senin malam, 14 April 2008, ia hadir di Majelis Rasulullah saw.,
dengan air mata tak henti-hentinya mengalir sepanjang majelis
berlangsung.
Sang menantu, Syaikh Abdul Moez, sempat
menyampaikan sambutan di majelis tersebut sebelum Habib Munzir Almusawa
meneruskan hadits Shahih Bukhari, yang selalu dibaca dan dikaji di
majelis itu. Selain bertujuan silaturahim dan menyambung hubungan dakwah
dengan Majelis rasulullah saw., Syaikh Abdul Moez juga bersilaturahim
ke beberapa ma’had dan para ulama di Jakarta.
KELUARGA CAHAYA
Keluarga Ummu Ibrahim memang keluarga cahaya. Ia adalah seorang daiyah
yang sangat gigih berdakwah di Sydney. Telah banyak wanita Australia
yang masuk Islam melalui tangannya.
Ia mempunyai hubungan erat
dengan istri Alhabib Umar bin Hafidz. Salah satu anaknya, Ustadz
Ibrahim, menjadi murid kesayangan Habib Umar bin Hafidz di Darul
Musthafa, Tarim, Hadhramaut. Putra lainnya, Ustadz Abdul Karem, hafidz
Al-Quran dan juga menjadi dai di Sydney.
Syaikh Abdul Moez kembali ke Sydney Rabu 16 April 2008, tetapi Ummu Ibrahim masih di Jakarta.
Pada hari Ahad 20 April 2008, datang Ustadz Abdul Karem. Ia ditugasi
menjemput ibunya. Ibu dan anak ini terus mengikuti kegiatan Majelis
Rasulullah saw seperti di masjid Hasby Al-Bahri di Kampung Makassar.
Kemudian, pada Senin malam, 21 April 2008, keduanya baru kembali ke
Sydney. Namun sebelum pulang, Ummu Ibrahim ini meminta Habib Munzir
Almusawa untuk berkunjung ke Sydney bersama Jamaah Hadhrah untuk membuka
cabang Majelis Rasulullah saw di Sydney, Australia.
Habib
Munzir, yang mengantar keduanya di Bandara Soekarno-Hatta, mengatakan,
“Subhanallah. Kita malu dengan kuatnya cinta mereka dengan Baginda Rasul
dan bakti mereka kepada beliau, hingga jauh-jauh dari Sydney mereka
ingin bertamasya ke Majelis Rasulullah saw di Masjid Almunawar,
Pancoran, Jakarta Selatan.”
Semoga Allah menerangi jiwa kita
dengan kesejukan cinta kepada Rasulullah saw., dan semoga hati kita
terus senang dengan majelis-majelis pujian kepada Rasulullah saw.
Ketika Hassan bin Tsabit ra. memuji Rasulullah dengan syair-syairnya di
Masjid Nabawi, Rasul berdoa untuknya, “Ya Allah, perkuatlah ia dengan
Ruhulquds.” (Shahih Bukhari).
Demikian cintanya Rasulullah saw
kepada orang-orang yang memuji beliau. Sungguh bukan karena beliau
mengharapkan pujian, tapi karena pujian datangnya dari cinta, dan cinta
kepada Rasulullah saw adalah kesempurnaan iman.
(Lalu siapa
yang akan beruntung merasakan kesempurnaan iman? Bukan Allah, tiada
sedikitpun manfaat iman kita bagi Allah, bukan pula Rasulullah, beliau
tak membutuhkan pengakuan dari kita… yang membutuhkan adalah kita…, aku
dan kalian…
Majalah alKisah edisi 17 tahun 2008
Di bawah ini Photo Jama'ah Majelis Rasulullah SAW, Masjid Al-Munawar Pancoran.
abdkadiralhamid@2013
PECINTA RASUL SAW DARI SYDNEY AUSTRALIA
Ummu Ibrahim, seorang ibu setengah baya asal Sydney, Australia, terpesona. Siang hari, ketika berada di Masjid Nabawai, Madinah, ia melihat sosok Rasulullah saw. dengan jubah hijau. Namun sekelilingnya, katanya, tak menghiraukan kehadiran Baginda Rasulullah. Ia ingin berteriak karena rasa girangnya, tetapi mulutnya terasa terkunci, tak kuasa mengucapkan sesuatu.
Kejadian istimewa itu ia alami tahun 1998 dan hanya beberapa saat, kemudian sosok itu hilang dari pandangannya. Namun pengaruhnya sungguh luar biasa. Hampir setiap hari, ia mencari di setiap sudut-sudut rumah, jalan, bangunan, juga masjid, apakah sosok yang didambakan itu akan hadir lagi.
Ia selalu merindu di dalam keadaan sadar maupun tidurnya. Meski dalam keadaan sadar ia tidak lagi bisa menemukan sosok Rasulullah itu, ia berharap masih bisa berjumpa dengan Baginda Nabi dalam mimpi.
Adalah suatu anugerah dan kebenaran kalau seseorang bisa bertemu Rasulullah. Bukankah setan tidak akan bisa meniru sosok Rasulullah?
PENGOBAT RINDU
Ummu Ibrahim cukup sibuk dengan berbagai aktivitas keagamaan, sebab suaminya adalah seorang dai di Negeri Kanguru. Menantunya juga seorang dai kondang di Australia, yakni Syaikh Abdul Moez Alhasani, ketua imam-imam masjid se-Australia dan mudir Ma’had Tahfidzul Quran di Sydney. Sedangkan dua anaknya, yaitu Ustadz Ibrahim dan Ustadz Abdul Karem, sedang sibuk belajar di Pesantren Darul Musthafa Tarim, Hadhramaut, Yaman, asuhan Habib Umar bin Hafidz bin syech abubakar bin salim.
Pada Februari 2008, ibu yang santun dan tidak mau ditampilkan fotonya ini mengikuti kunjungan Habib Umar bin Hafidz dan rombongannya ke Indonesia. Di antara rombongan itu ada putranya, Ibrahim, salah satu murid kesayangan Habib Umar bin hafidz bin syech abubakar bin salim.
Ketika Habib Umar bin Hafidz hadir di Majelis Rasulullah saw Masjid Almunawar Pancoran, Jakarta Selatan, tepatnya pada Senin malam 4 Februari 2008, tiba-tiba bayangan Rasulullah saw itu muncul kembali.
Ummu Ibrahim hampir menjerit, gembira dan terharu. Setelah sepuluh tahun merindukan perjumpaan kembali, di majelis inilah ia kembali berjumpa Nabi. Dan sejak kejadian itu, ia terus mendambakan hadir di Majelis Rasulullah saw.

Sepulang dari Jakarta dan kembali ke rumahnya di Sydney, ia terus berusaha untuk datang lagi dan berkunjung, khususnya ketika mendengar kabar bahwa Majelis Rasulullah saw akan mengadakan Maulid Akbar di Monas. Namun karena suaminya, yang juga dai, sangat sibuk, ia tak bisa datang. Ia sangat menyesal, apalagi mendengar keajaiban bahwa, ketika acara di Monas itu berlangsung, muncul lafadz ALLAH di awan di atas ratusan ribu hadirin.
Untuk mengobati rasa rindunya pada Majelis Rasulullah saw., setiap Senin malam ia selalu menelepon dari Sydney untuk mendengarkan Maulid Dhiyaul Lami’, qashidah salam, sampai acara selesai. Jalur hubungan telepon saluran internasional sekitar 120 menit itu tak ia hiraukan biayanya, asal bisa mendengar salam dan pujian untuk Baginda Nabi langsung dari Majelis Rasulullah saw., Jakarta Selatan, yang ia dengarkan di rumahnya di Sydney, Australia.
Suatu malam, selesai ia mendengarkan acara di Majelis Rasulullah saw., dalam tidurnya Ummu Ibrahim bermimpi melihat kehadiran Rasulullah yang duduk di dekat munsyid (pembaca qashidah) di Majelis Rasulullah saw. Saat itu, sang munsyid sedang melantunkan qashidah salam kepada Rasulullah. Tepat ketika mahallul qiyam dan hadirin berdiri, Rasulullah berdiri di sebelah munsyid yang membaca lantunan mahallul qiyam.
Dalam peristiwa itu, ia mendengar suara,
“Agar seluruh alam tahu betapa dekatnya Rasulullah saw kepada mereka yang mencintai, memuji dan bersalam kepada beliau.”
Mimpi itu sangat mengguncang hatinya. Keesokan harinya ia minta suaminya mengantarkan ke Jakarta untuk hadir di Majelis Rasulullah saw, sementara suaminya masih sibuk dengan tugas dakwahnya. Maka Ummu Ibrahim pun berpaling kepada menantunya, Syaikh Abdul Moez. Ia meminta sang menantu mengantarnya ke Jakarta.
Pada hari Ahad, 13 April 2008, mereka tiba di Jakarta setelah menghabiskan waktu lebih dari 12 jam perjalanan, karena sempat delay beberapa jam di Bandara Kualalumpur. Pada Senin malam, 14 April 2008, ia hadir di Majelis Rasulullah saw., dengan air mata tak henti-hentinya mengalir sepanjang majelis berlangsung.
Sang menantu, Syaikh Abdul Moez, sempat menyampaikan sambutan di majelis tersebut sebelum Habib Munzir Almusawa meneruskan hadits Shahih Bukhari, yang selalu dibaca dan dikaji di majelis itu. Selain bertujuan silaturahim dan menyambung hubungan dakwah dengan Majelis rasulullah saw., Syaikh Abdul Moez juga bersilaturahim ke beberapa ma’had dan para ulama di Jakarta.
KELUARGA CAHAYA
Keluarga Ummu Ibrahim memang keluarga cahaya. Ia adalah seorang daiyah yang sangat gigih berdakwah di Sydney. Telah banyak wanita Australia yang masuk Islam melalui tangannya.
Ia mempunyai hubungan erat dengan istri Alhabib Umar bin Hafidz. Salah satu anaknya, Ustadz Ibrahim, menjadi murid kesayangan Habib Umar bin Hafidz di Darul Musthafa, Tarim, Hadhramaut. Putra lainnya, Ustadz Abdul Karem, hafidz Al-Quran dan juga menjadi dai di Sydney.
Syaikh Abdul Moez kembali ke Sydney Rabu 16 April 2008, tetapi Ummu Ibrahim masih di Jakarta.
Pada hari Ahad 20 April 2008, datang Ustadz Abdul Karem. Ia ditugasi menjemput ibunya. Ibu dan anak ini terus mengikuti kegiatan Majelis Rasulullah saw seperti di masjid Hasby Al-Bahri di Kampung Makassar.
Kemudian, pada Senin malam, 21 April 2008, keduanya baru kembali ke Sydney. Namun sebelum pulang, Ummu Ibrahim ini meminta Habib Munzir Almusawa untuk berkunjung ke Sydney bersama Jamaah Hadhrah untuk membuka cabang Majelis Rasulullah saw di Sydney, Australia.
Habib Munzir, yang mengantar keduanya di Bandara Soekarno-Hatta, mengatakan, “Subhanallah. Kita malu dengan kuatnya cinta mereka dengan Baginda Rasul dan bakti mereka kepada beliau, hingga jauh-jauh dari Sydney mereka ingin bertamasya ke Majelis Rasulullah saw di Masjid Almunawar, Pancoran, Jakarta Selatan.”
Semoga Allah menerangi jiwa kita dengan kesejukan cinta kepada Rasulullah saw., dan semoga hati kita terus senang dengan majelis-majelis pujian kepada Rasulullah saw.
Ketika Hassan bin Tsabit ra. memuji Rasulullah dengan syair-syairnya di Masjid Nabawi, Rasul berdoa untuknya, “Ya Allah, perkuatlah ia dengan Ruhulquds.” (Shahih Bukhari).
Demikian cintanya Rasulullah saw kepada orang-orang yang memuji beliau. Sungguh bukan karena beliau mengharapkan pujian, tapi karena pujian datangnya dari cinta, dan cinta kepada Rasulullah saw adalah kesempurnaan iman.
(Lalu siapa yang akan beruntung merasakan kesempurnaan iman? Bukan Allah, tiada sedikitpun manfaat iman kita bagi Allah, bukan pula Rasulullah, beliau tak membutuhkan pengakuan dari kita… yang membutuhkan adalah kita…, aku dan kalian…
Majalah alKisah edisi 17 tahun 2008
Di bawah ini Photo Jama'ah Majelis Rasulullah SAW, Masjid Al-Munawar Pancoran.
abdkadiralhamid@2013
0 Response to "JUMPA RASULULLAH SAW BERKALI KALI"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip