MAULID DALAM ALQURAN DAN HADIS
Rabiul Awal adalah bulan bertabur pujian dan rasa syukur. Di
bulan ini, seribu empat ratus tahun silam, terlahir makhluk terindah yang pernah
diciptakan Allah SWT. Namanya Muhammad SAW. Kita patut memujinya, karena tiada
ciptaan yang lebih sempurna dari Baginda Nabi SAW. Berkat beliau, seluruh
semesta menjadi terang benderang. Kabut jahiliah tersingkap berganti cahaya yang
memancarkan kedamaian dan ilmu pengetahuan. Karena itu kita wajib mensyukuri.
Tiada nikmat yang lebih berhak untuk disyukuri dari nikmat wujudnya sang
kekasih, Muhammad SAW.
Walau masih ada segelintir muslimin yang alergi dengan
peringatan maulid Nabi SAW, antusiasme memperingati hari paling bersejarah itu
tak pernah surut. Di seluruh belahan bumi, umat Islam tetap semangat menyambut
hari kelahiran Nabi SAW dengan beragam kegiatan, seperti sedekah, berdzikir,
shalawat, bertafakkur, atau dengan menghelat seminar-seminar ilmiah, bahkan
Rasulullah telah mengawali mereka dan memberikan contoh dengan berpuasa setiap
hari kelahiran beliau yaitu hari senin. Negara-negara muslim, kecuali Arab
Saudi, menjadikan tarikh 12 Rabiul Awal sebagai hari libur nasional. Hari itu
pun dijadikan sebagai momen pertukaran tahni’ah (ucapan selamat) bagi sebagian
pemimpin negara-negara di Sumenanjung Arab.
Secara harfiah, maulid bermakna hari lahir. Belakangan
istilah maulid digunakan untuk sirah Nabi SAW, karena, seperti telah dimafhumi,
sejarah dimulai dengan kelahiran atau saat-saat jelang kelahiran. Sirah, atau
sejarah hidup Rasulullah SAW itu sangat perlu dibaca dan dikaji karena penuh
inspirasi dan bisa memantapkan iman. Allah SWT berfirman,
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ
الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ
“Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu,
ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu.. (Hud :120)”
Maulid Nabi Isa
Dalam Al-Quran banyak tercantum maulid para nabi. Allah SWT
mengisahkan Nabi Isa A.S. secara runtun: mulai kelahirannya, lalu diutus sebagai
rasul, hingga diangkat ke langit. Coba tengok surat Ali Imran ayat 45 sampai 50.
Di situ Allah SWT memulai kronologi kisah Nabi Isa a.s. dengan
firmanNya,
إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ
اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ
وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ
“(ingatlah), ketika malaikat berkata: “Hai Maryam,
seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang
diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa
putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),”
Dalam Surat Al Maidah ayat 110, Allah SWT lagi-lagi
menegaskan sekali lagi siapa sosok Isa a.s., Allah SWT berfirman,
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ
اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَى وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ
الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَإِذْ عَلَّمْتُكَ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ
الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا
بِإِذْنِي وَتُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي وَإِذْ تُخْرِجُ
الْمَوْتَى بِإِذْنِي وَإِذْ كَفَفْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنْكَ إِذْ جِئْتَهُمْ
بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ
مُبِينٌ
“(ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam,
ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan dirimu
dengan Ruhul qudus. kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam
buaian dan sesudah dewasa; dan (Ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis,
hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah
(suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, Kemudian kamu meniup
kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku.
dan (Ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan
ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (Ingatlah) di waktu
kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan
(Ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh
kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata,
lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir
yang nyata”.
Ayat-ayat di atas mengurai sirah nabi Isa a.s. mulai jelang
kelahirannya sampai diangkat ke langit. Sebuah data yang tak bisa dibantah
keontetikannya. Mengacu terminologi maulid sebagai sirah, jalinan kisah di atas
sah-sah saja bila diistilahkan sebagai Maulid Nabi Isa a.s.
Maulid Nabi Yahya
Selain Nabi Isa a.s., Al-Quran juga mencatat “biografi” Nabi
Zakaria dan maulid Nabi Yahya Alaihimassalam. Dalam surat Maryam ayat 3 sampai
33, Allah mengisahkan perjalanan hidup Nabi Zakaria dan Nabi Yahya dengan
panjang lebar, dimulai dengan sebuah doa Nabiyullah Zakariya yang penuh
pengharapan.
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي
وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا (4)
وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ
لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا (5) يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آَلِ يَعْقُوبَ
وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا
“Ia Berkata “Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah
dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan Aku belum pernah kecewa dalam berdoa
kepada Engkau, Ya Tuhanku. Dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadap mawaliku
(pengganti) sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka
anugerahilah Aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi Aku dan
mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, sebagai
seorang yang diridhai”.
Kemudian Allah menjawab permintaan rasul-Nya itu, sekaligus
sebagai isyarat akan lahirnya sang “putra mahkota”, Nabi Yahya a.s.,
يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ
اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَلْ لَهُ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا
“Hai Zakaria, Sesungguhnya kami memberi kabar gembira
kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya kami
belum pernah menciptakan orang yang serupa dengannya.
Selanjutnya, dengan bahasa yang indah, Al-Quran mengisahkan
sirah Nabi Zakaria a.s. dan putranya, Yahya a.s.. Sama seperti perjalanan hidup
Nabiyullah Isa a.s., sirah Nabi Yahya bisa pula diistilahkan sebagai Maulid Nabi
Yahya karena, hakikatnya, maulid adalah sirah. Begitu pun kisah Nabi Ibrohim,
Nabi Ismail, Nabi Ishak, Nabi Ya’kub, Nabi Yusuf, Nabi Musa dan
lainnya.
Maulid Siti Maryam
Tak hanya para nabi. Al-Quran juga mendedah sejarah hidup
sebagian kaum shalihin. Salah satunya adalah Siti Maryam, sosok teladan bagi
wanita sepanjang masa. Kisah wanita mulia itu dibuka dengan sebuah nazar yang
diucapkan seorang ibu yang berhati tulus dalam surat Ali Imran ayat 35 sampai
37.
إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ
مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ )35( فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي
سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ )36( فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا
حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا
الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا
قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ
حِسَابٍ )37(
“(ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku,
Sesungguhnya Aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi
hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar)
itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui”.
36. Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun
berkata: “Ya Tuhanku, Sesunguhnya Aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan
Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah
seperti anak perempuan. Sesungguhnya Aku Telah menamai dia Maryam dan Aku mohon
perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau
daripada syaitan yang terkutuk.”
37. Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan
penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah
menjadikan Zakariya pemeliharanya. setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di
mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana
kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”.
Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
hisab.
Dan masih banyak lagi yang tidak bisa kami sertakan pada
artikel ini karena keterbatasan ruang di website ini.
Dari ayat-ayat di atas bisa diambil kesimpulan bahwa
sebenarnya Maulid Nabi SAW, yang memuat sirah Rasulullah SAW, adalah semacam
epigon (pengikut) bagi Al-Quranul Karim yang memuat sirah-sirah para nabi dan
shalihin. Sebagai pemimpin para nabi, sudah sepatutnya sejarah Nabi Muhammad
dibukukan dan dibaca sesering mungkin. Pentingnya mengenang perjalanan hidup
Baginda Nabi SAW sangat dirasakan umat Islam pada periode akhir-akhir ini,
tatkala berbagai figur non muslim ditawarkan oleh media-media secara
gencar.
Hari Istimewa
Perlu diketahui, sejatinya Allah SWT juga menjadikan hari
kelahiran Nabi SAW sebagai momen istimewa. Fakta bahwa Rasul SAW terlahir dalam
keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits no.4177) adalah salah
satu tengara. Fakta lainnya:
Pertama, perkataan Utsman bin Abil Ash Atstsaqafiy dari
ibunya yang pernah menjadi pembantu Aminah r.a. ibunda Nabi SAW. Ibu Utsman
mengaku bahwa tatkala Ibunda Nabi SAW mulai melahirkan, ia melihat bintang
bintang turun dari langit dan mendekat. Ia sangat takut bintang-bintang itu akan
jatuh menimpa dirinya, lalu ia melihat kilauan cahaya keluar dari Ibunda Nabi
SAW hingga membuat kamar dan rumah terang benderang (Fathul Bari juz
6/583).
Kedua, Ketika Rasul SAW lahir ke muka bumi beliau langsung
bersujud (Sirah Ibn Hisyam).
Ketiga, riwayat yang shahih dari Ibn Hibban dan Hakim yang
menyebutkan bahwa saat Ibunda Nabi SAW melahirkan Nabi SAW, beliau melihat
cahaya yang teramat terang hingga pandangannya bisa menembus Istana-Istana
Romawi (Fathul Bari juz 6/583).
Keempat, di malam kelahiran Rasul SAW itu, singgasana Kaisar
Kisra runtuh, dan 14 buah jendela besar di Istana Kisra ikut rontok.
Kelima, padamnya Api di negeri Persia yang semenjak 1000
tahun menyala tiada henti (Fathul Bari 6/583).
Kenapa peristiwa-peristiwa akbar itu dimunculkan Allah SWT tepat di detik kelahiran Rasulullah SAW?. Tiada lain, Allah SWT hendak mengabarkan seluruh alam bahwa pada detik itu telah lahir makhluk terbaik yang pernah diciptakan oleh-Nya, dan Dia SWT mengagungkan momen itu sebagaimana Dia SWT menebar salam sejahtera di saat kelahiran nabi-nabi sebelumnya.
Hikmah maulid
Peringatan maulid nabi SAW sarat dengan hikmah dan manfaat.
Di antaranya: mengenang kembali kepribadian Rasulullah SAW, perjuangan beliau
yang penuh pelajaran untuk dipetik, dan misi yang diemban beliau dari Allah SWT
kepada alam semesta.
Para sahabat radhiallahu anhum kerap menceritakan pribadi
Rasulullah SAW dalam berbagai kesempatan. Salah satu misal, perkataan Sa’d bin
Abi Waqash radhiyallahu anhu, “Kami selalu mengingatkan anak-anak kami tentang
peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW, sebagaimana kami menuntun mereka
menghafal satu surat dalam Al-Quran.”
Ungkapan ini menjelaskan bahwa para sahabat sering
menceritakan apa yang terjadi dalam perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada
anak-anak mereka, termasuk peristiwa saat perang Khandaq dan Bai’atur
Ridhwan.
Selain itu, dengan menghelat Maulid, umat Islam bisa
berkumpul dan saling menjalin silaturahim. Yang tadinya tidak kenal bisa jadi
saling kenal; yang tadinya jauh bisa menjadi dekat. Kita pun akan lebih mengenal
Nabi dengan membaca Maulid, dan tentunya, berkat beliau SAW, kita juga akan
lebih dekat kepada Allah SWT.
Sempat terbesit sebuah pertanyaan dalam benak, kenapa
membaca sirah baginda rasulullah mesti di bulan maulid saja? Kenapa tidak setiap
hari, setiap saat? Memang, sebagai tanda syukur kita sepatutnya mengenang beliau
SAW setiap saat. Akan tetapi, alangkah lebih afdhal apabila di bulan maulid kita
lebih intens membaca sejarah hidup beliau SAW seperti halnya puasa Nabi SAW di
hari Asyura’ sebagai tanda syukur atas selamatnya Nabi Musa as, juga puasa Nabi
SAW di hari senin sebagai hari kelahirannya.
Nah, sudah saatnyalah mereka yang anti maulid lebih bersikap
toleran. Bila perlu, hendaknya bersedia bergabung untuk bersama-sama membaca
sirah Rasul SAW. Atau, minimal – sebagai muslim– hendaknya merasakan gembira
dengan datangnya bulan Rabiul Awal. Sudah sepantasnya di bulan ini kita sediakan
waktu untuk mengkaji lebih dalam sejarah hidup Rasul SAW. Jangan lagi menggugat
maulid!
abdkadiralhamid@2013
abdkadiralhamid@2013
0 Response to "MAULID DALAM ALQURAN DAN HADIS"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip