Keteladanan Imam Syafi‘i
“Asy-Syafi‘i
mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu bulan Ramadhan sebanyak enam puluh
kali khatam, semuanya dilakukan dalam shalat. Sedangkan Al-Buwaithi,
salah seorang murid beliau, mengkhatamkan Al-Qur’an setiap malam satu
kali khatam.” Pada kajian yang lalu kita telah mengetahui bahwa para tokoh ulama pendiri madzhab-madzhab fiqih adalah orang-orang yang menggabungkan ilmu fiqih, ilmu hakikat, dan pengamalannya. Kini kita mulai memperhatikan satu per satu para tokoh itu. Dalam beberapa edisi sejak edisi ini kita akan mengikuti penjelasan pengarang tentang Imam Syafi‘i, dan setelah itu kita akan mengikuti uraian tentang imam-imam madzhab yang lainnya. Pengarang mengatakan: Adapun mengenai Imam Syafi‘i rahimahullah, yang menunjukkan bahwa beliau seorang ahli ibadah adalah beliau membagi waktu malamnya menjadi tiga bagian: sepertiga untuk ilmu, sepertiga untuk shalat, dan sepertiga lainnya untuk tidur. Ar-Rabi‘ mengatakan, “Asy-Syafi‘i mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu bulan Ramadhan sebanyak enam puluh kali khatam, semuanya dilakukan dalam shalat. Sedangkan Al-Buwaithi, salah seorang murid beliau, mengkhatamkan Al-Qur’an setiap malam satu kali khatam.” Al-Husain Al-Karabisi rahimahullah mengatakan, “Aku tidak hanya sekali bermalam bersama Asy-Syafi`i. Beliau selalu mengerjakan shalat selama sepertiga malamnya, dan aku tidak melihatnya membaca lebih dari lima puluh ayat. Apabila beliau perbanyak, hanya seratus ayat. Tidak sekali-kali beliau melalui ayat rahmat melainkan memohon rahmat kepada Allah bagi dirinya dan bagi kaum mukmin, dan tidak pula melalui ayat adzab melainkan beliau meminta perlindungan kepada Allah dari adzab itu dan memohon keselamatan bagi dirinya dan bagi kaum mukmin. Beliau membatasi bacaan hanya sampai lima puluh ayat, menunjukkan pemahamannya yang amat mendalam mengenai rahasia-rahasia Al-Qur’an. Kemudian pengarang menjelaskan: Asy-Syafi‘i mengatakan, “Aku tidak pernah makan sampai kenyang sejak berusia enam belas tahun, karena ia dapat memberatkan badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdikan, menyebabkan tidur, dan melemahkan pelakunya dari ibadah.” Penjelasan Pengasuh Dari uraian pengarang di atas kita memperhatikan bagaimana Imam Syafi‘i menjelaskan bahaya-bahaya kenyang dan kesungguhannya dalam beribadah. Beliau menjauhi kenyang, karena pangkal atau kunci beribadah itu adalah mempersedikit makanan. Selanjutnya pengarang menyebutkan: Asy-Syafi‘i mengatakan pula, “Aku tidak pernah bersumpah dengan menyebut nama Allah, baik sumpah yang benar maupun (apalagi) sumpah yang dusta.” Beliau pernah ditanya ihwal suatu masalah, namun beliau diam saja. Maka dikatakan kepadanya, “Mengapa engkau tidak menjawab?” Asy-Syafi‘i menjawab, “Hingga aku mengetahui bahwa yang utama bagiku apakah diam ataukah menjawab.” Penjelasan Pengasuh Perhatikan bagaimana beliau menghormati dan mengagungkan Allah SWT dan hal itu menunjukkan ilmu beliau tentang kebesaran-Nya. Kemudian perhatikan pula, beliau sangat mengawasi lidahnya, padahal lidah merupakan anggota tubuh yang paling menguasai para fuqaha dan paling sulit untuk dikendalikan. Sangat jelas pula bahwa Imam Syafi‘i tidak berbicara dan tidak pula diam melainkan untuk mencapai keutamaan dan mengharapkan ganjaran dari Allah SWT. abdkadiralhamid@2013 |
0 Response to "Keteladanan Imam Syafi‘i "
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip