Kesesatan Syi’ah Rafidhah Menurut Habib Salim Ahmad bin Jindan
Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin Abdullah bin ‘Umar bin
‘Abdullah (bin Jindan) bin Syaikhan bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
adalah seorang ulama dan habib besar yang dilahirkan di Surabaya pada 18
Rajab 1324. Memulakan pengajiannya di Madrasah al-Khairiyyah, Surabaya
sebelum melanjutkan pelajarannya ke Makkah, Tarim dan Timur Tengah.
Berguru denganbanyak ulama. Seorang ahli hadits yang menghafal 70.000
hadits (ada yang mengatakan ratusan ribu hadits).
Beliau juga
seorang ahli sejarah yang hebat, sehingga diceritakan pernah beliau
menulis surat dengan Ratu Belanda berisikan silsilah raja-raja Belanda
dengan tepat. Hal ini amat mengkagumkan Ratu Belanda, lantas surat
beliau diberi jawaban dan diberi pujian dan penghargaan, sebab tak
disangka oleh Ratu Belanda, seorang ulama Indonesia yang mengetahui
silsilahnya dengan tepat. Tetapi tanda penghargaan Ratu Belanda tersebut
telah dibuang oleh Habib Salim karena beliau tidak memerlukan
penghargaan.
Pada buku Ar Ra’ah Al Ghamidhah fi Naqdhi Kalaamir
Raafidhah, Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, mufti Indonesia pada
masanya, secara gamblang menerangkan bahwa beliau dan termasuk seluruh
datuk-datuknya secara estafet hingga Sayidina Ali bin Abi Thalib
Radhiyallahu ‘Anhu, sangatlah menghormati dan membela kehormatan para
Shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena beliau dan
datuk-datuknya adalah menganut mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Dalam kitab tersebut disebutkan, “Siapakah kaum Rafidhah itu? Mereka
adalah orang orang yang mengklaim bahwa diri mereka mencintai keluarga
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, Pada hal kenyataannya tidaklah
demikian. Mereka menganggap diri mereka mengikuti jalan pembesar
keluarga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam seperti Imam Hasan dan
Imam Husain, ayah mereka Imam Ali, Ali bin Al Husain, dan Zaid bin ‘Ali
Radhiyallahu ‘Anhu. Sementara mereka tidak mengakui keberadaan
orang-orang seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Muawiyah, ‘Amr bin Al ‘Ash,
sehingga mereka mencaci makinya.”
Habib Salim sangat tegas
dalam melawan kaum Syi’ah Rafidhah yang salah satu ciri khas mereka
adalah mencela, mendiskreditkan, melaknat hingga mengkafirkan para
Shahabat Nabi, karena hal itu sangat bertentangan aqidah dan keyakinan
yang beliau anut.
Sebagai bukti ketegasan Habib Salim dlm
membeberkan kesesatan Syiah kaum pencaci maki para Shahabat Nabi
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, adalah cara beliau menukil hadits serta
pendapat para ulama. Ternyata Habib Salim memilih hadits-hadits spesial
yang secara terang-terangan berlawanan dengan aqidah Syiah, antara lain
yang tertera pada halaman 5 dan 6 buku Ar Ra’ah Al Ghamidhah fi Naqdhi
Kalaamir Raafidhah karangan beliau, yaitu pada sabda Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam:
Habib Salim mengomentari hadits ini dengan mengatakan, “Kaum Rafidhah
atau Syiah tidak pernah berhenti mencela Shahabat Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam. Tidak hentinya mereka mencaci maki, bahkan selalu
mereka sebut (cacian itu) dalam berbagai pertemuan, di madrasah, bahkan
di kampus, baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Mereka
memang sebagian orang yang telah sesat dan dicelakakan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah memerangi mereka.”
Habib
Salim juga menukil pendapat Syaikh Ibnu Hajar dalam kitab Ash Shawaiq
yang mengkatakan, “Tidak boleh shalat di belakang kaum Rafidlah atau
aktivis Syiah yang mengingkari kekhalifahan Abu Bakar Radhiyallahu
‘Anhu.”
Habib Salim juga menukil tambahan lafadz hadits di atas
dalam riwayat Imam Ath Thabarani dalam Mu’jam-nya dari `Uwaimir
Radhiyalallahu ‘Anh yang mengatakan: “Maka barang siapa mencaci-maki
mereka (para Shahabat), baginya kutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
malaikat dan segenap insan. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan
menerima ibadah wajib dan sunnahnya.”
Kata Habib Salim:
“Meskipun kaum Rafidhah dan Syiah menganggap diri mereka sebagai kaum
Muslimin yang menunaikan shalat dan puasa, akan tetapi Allah Subhanahu
wa Ta’ala tidak akan menerima semua ibadah mereka, sebagaimana dinashkan
dalam konteks lahiriah hadits di atas. Tidaklah bermanfaat shalat
seseorang yang mencela salah satu seorang Shahabat Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam. Bahkan dia mendapatkan kutukan Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah firman yang artinya,
”Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan
melaknatnya di dunia dan akhirat.” (QS. 33/57)
Habib Salim
menandaskan, barang siapa menyakiti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam dengan mencela Shahabat atau keluarganya,maka dia adalah orang
yang terkutuk berdasarkan ayat di atas. Para ulama bersepakat akan
terkutuknya pencaci maki para sahabat, sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu oleh
Imam Tirmidzi dan Al Khatib bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
“Jika kalian melihat orang-orang yang mencaci
maki sahabat-sahabatku, maka katakanlah: Kutukan Allah Subhanahu wa
Ta’ala atas kejahatan kalian.”
Dalam merespon hadits ini, Habib
Salim sangat tajam menyikapi kebiasaan kaum Syiah yang mencaci maki
para Shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, termasuk yang kini
marak diusung oleh para alumni Qum Iran beserta antek-antek mereka
seraya beliau mengatakan, “Ini merupakan prinsip yang tidak disangsikan
lagi, karena sesungguhnya sejelek-jelek umat ini adalah mereka yang
mencaci maki para Shahabat Nabi mereka.Mencaci maki dan mencela para
Shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan perilaku kaum
Rafidhah dan Syiah.”
Orang Ahli Sunnah menamakan mereka sebagai
Yahudi-nya umat ini. Bahkan kaum Yahudi lebih baik dari mereka, karena
jika kita bertanya kepada seorang tokoh Yahudi tentang Shahabat Nabi
Musa Alaihis Salam, pasti akan berkata, “Merekalah orang-orang pilihan
kami dan orang-orang yang kami kasihi!”
Begitupun jika kita
bertanya kepada kaum Nashrani tentang kaum Hawary Nabi Isa Alaihis
Salam, pastilah akan menjawab, ”Merekalah Rasulullah kami dan
orang-orang pilihan kami.”
Namun, jika kita bertanya kepada
orang Rafidhah atau Syiah tentang Shahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
wa Sallam, niscaya akan menjawab, ”Sesungguhnya mereka itu
sejelek-jelek kami dan orang-orang zhalim kami.”
Berhubung dengan bid`ah ratapan pada hari ‘Asyura, Habib Salim menulis, antaranya:-
Dan di antara seburuk-buruk adat mereka daripada bid`ah adalah kelompok
Rawaafidh (Syiah) meratap dan menangis setiap tahun pada 10 Muharram
hari terbunuhnya Al Husain. Maka ini adalah satu maksiat dari dosa-dosa
besar yang mewajibkan adzab bagi pelakunya dan tidak sewajarnya bagi
orang yang berakal untuk meratap seperti anjing melolong dan
menggerak-gerakkan badannya. Rasulullah Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam telah melarang dari perbuatan demikian (yakni meratap)
dan Rasulullah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam telah melaknat
orang yang meratap. Dan di antara perkara awal yang diminta oleh
Rasulullah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam daripada
wanita-wanita yang berbai’at adalah supaya mereka meninggalkan perbuatan
meratap terhadap si mati, di mana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Dan janganlah kalian merobek pakaian, mencabut-cabut
rambut dan menyeru-nyeru dengan kecelakaan dan kehancuran.”
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadits dari Sayyidina Ibnu
Mas`ud Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Bukanlah dari kalangan kami orang yang memukul dada, mengoyak
kain dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (yakni meratap seperti
ratapan kaum jahiliyyah).” Maka semua ini adalah perbuatan haram dan
pelakunya keluar daripada umat Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
sebagaimana dinyatakan dalam hadits tadi. Telah berkata Asy Syarif
An Nashir li Ahlis Sunnah wal Jama`ah ‘Abdur Rahman bin Muhammad Al
Masyhur Al Hadhrami dalam fatwanya: “Perbuatan menyeru `Ya Husain’
sebagaimana dilakukan di daerah India dan Jawa yang dilakukan pada hari
‘Asyura, sebelum atau selepasnya, adalah bid`ah mazmumah yang
sangat-sangat haram dan pelaku-pelakunya dihukumkan fasik dan sesat yang
menyerupai kaum Rawaafidh (Syiah) yang dilaknat oleh Allah. Bahwasanya
Rasulullah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesiapa
yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia daripada kalangan mereka dan akan
dihimpun bersama mereka pada hari kiamat.” Habib Salim bin Ahmad
bin Jindan menutup kitabnya dengan melantunkan doa: “Semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala membinasakan kaum Rafidhah atau Syiah.”
0 Response to "Kesesatan Syi’ah Rafidhah Menurut Habib Salim Ahmad bin Jindan"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip