Datuk Siapa Mereka itu?
Habib Alwi bercerita dalam majelisnya bahwa di Tarim ada seorang pedagang menghadiri majelis yang banyak di hadiri sadah Ba Alawi. Mereka membaca Masyra’ur Rawi.
“Habib fulan dilahirkan di Tarim, hafal Quran, dan hafal ini dan itu, mengerjakan salat sekian rakaat, zikirnya sekian, wiridnya sekian, qiyamul lailnya begini, puasanya sekian. Kemudian Habib fulan, Habib fulan dilahirkan di Tarim, hafal Quran, hafal ini dan itu, mengerjakan salat sekian rakaat, zikirnya sekian, wiridnya sekian, qiyamul lailnya begini, puasanya sekian.” Demikian seterusnya buku itu menceritakan orang-orang yang alim dan saleh dengan amalan yang sangat banyak.
Mendengar ini seorang pedagang bertanya, “Wahai para sadah (keturunan Rasulullah SAW) siapa sesungguhnya mereka itu? Sungguh luar biasa amal mereka”
“Mereka adalah datuk-datuk kami,” jawab para sadah dengan bangga.
“Segala puji syukur bagi Allah yang tidak menjadikan mereka sebagai datuk-datukku. Aku selalu meneladani datuk-datukku. Apa yang mereka amalkan, aku juga mengamalkannya. Lalu siapa di antara kalian yang meneladani datuk-datuk kalian. Kulihat kalian hanya memperbaiki imamah dan pakaian kalian. Kalian tidak menempuh jalan mereka. Di mana maqam kalian dibandingkan dengan maqam mereka. Andai kata mereka adalah datuk-datukku, aku akan merasa sangat malu bertemu manusia.”Sesungguhnya pedagang itu berbicara tulus untuk memberikan nasihat. Ia tidak seperti penghuni zaman ini, berbicara untuk menghina dan mencela.
Ucapan pedagang itu rupanya menyentuh hati para sadah.
“Sekarang manusia tidak mempercayai kita lagi, sampai-sampai makelar tidak yakin kepada kita,” keluh para sadah.
Mereka lalu mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh 30 orang sadah. Dalam pertemuan itu, mereka berjanji untuk berusaha sekuat tenaga meneladani jalan hidup para salaf mereka.
Karena bersungguh-sungguh, mereka pun akhirnya mencapai apa yang telah dicapai oleh salaf mereka.
Dalam hal inilah hendaknya kita berlomba-lomba, bukan dalam kesenangan yang fana, dan berbagai macam kelalaian lainnya.
Allah berfirman:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang besarnya seluasnya langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(QS Ali-Imran, 3:133) (I:432)
Sumber :
Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul Asyraf, Kisah dan Hikmah, Putera Riyadi.
abdkadiralhamid@2013
0 Response to "Datuk Siapa Mereka itu?"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip