Seminar Alawiyyin Nusantara
Pada hari Minggu (25/2011) Rabithah Alawiyyah mengadakan acara halal bihalal dan seminar tentang “Mutiara Alawiyyin Di Semenanjung Nusantara” di gedung Rabithah Alawiyyah di Jalan TB. Simatupang No. 7A Tanjung Barat, Jagakarsa,Jakarta Selatan.
Acara ini diselenggarakan oleh Divisi Kepemudaan Rabithah Alawiyyah (Alfataa)dengan pembicara Syed Alwi Alattas,seorang pakar sejarah yang saat ini sedang mengambil S3 di Malaysia.
Pada awal pembahasan seminar Syed Alwi Alattas memberikan definisi tentang “Krisis Identitas”. Beliau mengutip perkataan seorang ahli psikologi Erik Eriksen mengenai krisis identitas:
“Krisis identitas adalah masalah terbesar dalam perkembangan hidup manusia. Manusia akan mengeksplorasi dirinya,mencari dan membandingkan nila-nilai yang pada akhirnya dia akan mencari sejarah nya dari mana dia berasal dan dari siapa ia berasal.”
Para peneliti mengatakan bahwa komitmen terhadap satu identitas dapat membuat orang lebih tenang dan bahagia dalam menjalani kehidupan.
Lalu selanjutnya, Syed Alwi mengemukakan mengenai identitas Alawiyyin sesungguhnya. Tapi sebelum mengemukakan hal tersebut,beliau melontarkan candaan dalam bentuk pertanyaan kepada hadirin seperti apa identitas Alawiyyin sesungguhnya? Apa seperti besarnya lilitan sorban yang melilit dikepala? Atau budaya “majlas” dan softoh sambil nge “dukhon” dan nge “gahwa”? yang disambut tawa hadirin.
Identitas dan Histori
Syed Alwi mengatakan bahwa mempelajari dan memahami sejarah dapat memperkuat identitas,bagi kaum Alawiyyin Nusantara mempelajari sejarah dari mana mereka berasal merupakan suatu keniscayaan. Sebab jika bukan dari kita sendiri yang mempelajari sejarah kaum kita maka kita akan kehilangan arah dikarenakan kita tak mengetahui identitas kita sebenarnya yang pada akhir nya “ghirah” Alawiyyin nya pun memudar.
Kebanyakan populasi Alawiyyin Nusantara berasal dari keturunan Imam Ahmad bin Isa Arrumi yang bergelar Almuhajir. Beliau bergelar Almuhajir yang artinya HIJRAH. Gelar tersebut diberikan karena beliau berhijrah dari Basrah ke Hadramaut pada tahun 929 Masehi untuk menghindari fitnah dan aqidah dari aliran sesat dan gangguan Daulah Abasiyyah kepada kaum Alawiyyin.
Gelombang migrasi besar-besaran kaum Alawiyyin ke Nusantara terjadi pada abad 19 sehingga tak heran pada abad tersebut dikatakan HIJRAH kedua kaum Alawiyyin setelah sebelumnya Datuk mereka Imam Ahmad pun melakukan Hijrah dari Basrah ke Hadramaut.
Motif kedatangan mereka ke Nusantara adalah untuk berda’wah dan berdagang. Hal ini terjadi karena beberapa faktor:
1. Dibukanya Terusan Suez di Mesir yang membuat perjalanan laut jadi lebih singkat.
2. Hadramaut gersang dan ekonominya sedang terpuruk
3. Nusantara saat itu sedang menggeliat perekonomiannya
Dari aktifitas tersebut membuat keturunan mereka tersebar mulai dari Indonesia dan semenanjung Malaya hingga Afrika sehingga menciptakan sebuah jaringan yang sangat luas (Hadrami overseas) yang kini disebut sebagai Hadrami Diaspora merujuk pada istilah Diaspora nya bangsa Yahudi ke berbagai penjuru dunia.
.
Sebab Alawiyyin Berkembang Di Nusantara
Orang Hadramaut umumnya maupun Alawiyyin khususnya mempunyai nilai yang baik (good value) dimata penduduk Nusantara. Hal ini antara lain:
1. Pekerja keras
2. Melebur dan beradaptasi dengan penduduk setempat
3. Kesamaan Agama
Hal inilah yang membuat penduduk merasa welcome. Hal ini berbeda dengan bangsa pendatang lain seperti China. Ada perbedaan interaksi antara pendatang Hadramaut dan China dengan para bangsawan Nusantara. Perbedaan tersebut sebagai berikut:
1. Bahwa pria Arab menikahi bangsawan Indonesia,namun bangsawan pribumi tidak menikahi wanita Arab disebabkan pendatang Arab tak membawa serta perempuan saat dating ke Nusantara juga terbentur masalah Kafa’ah.
2. Bangsawan pribumi menikahi wanita China
Dari perbedaan interaksi tersebut dapat dimbil kesimpulan yaitu para pria Arab menikahi bangsawan pribumi,otomatis keturunan mereka menjadi calon pemimpin kerajaan tersebut. Saat mereka jadi pemimpin maka akan member kemudahan kepada kaum nya untuk berkembang dan berhijrah dari negeri asal nya (Hadramaut)
Karena pengaruhnya begitu besar, maka penjajah Belanda mempunyai kebijakan khusus yang dimaksudkan mengurangi pengaruh orang Hadramaut khususnya kaum Alawiyyin. Salah satu kebijakan tersebut adalah membuat “Ghetto” atau perkampungan khusus untuk warga asing, seperti kampung China dan kampung Pekojan meniru kebijakan Negara Eropa lain yang melakukan hal serupa kepada bangsa Yahudi.
Identitas Alawiyyin Sejati: Keselarasan Nasab Dan Islam
Tak dapat dipungkiri bahwa identitas kita dibentuk oleh nasab yang mulia yang berasal dari manusia pilihan pembawa risalah Islam dan juga Islam disisi yang lain. Lalu pertanyaan nya,man yang lebih menonjol? Apakah Islamnya atau nasabnya? Seperti ada ungkapan dikalangan orang Hadramaut “Nahnu hadramiyyin qabla kulli syai” (Kami adalah orang Hadramaut sebelum adanya sesuatu/pertama) atau “Nahnu muslim qabla kulli syai”(Kami muslim sebelum adanya sesuatu/pertama)
Nasab yang mulia hendaknya diisi amal yang baik pula dikarenakan KEMULIAAN itu tak datang tanpa TANGGUNG JAWAB.
Pada akhir acara, Syed Alwi membagi-bagi para hadirin kedalam beberapa kelompok diskusi untuk menjelaskan visi dan misi mereka tentang Alawiyyin lima puluh tahun mendatang.
Masing-masing kelompok diwakili oleh satu orang untuk menjelaskan visi dan misi mereka. Dan pada intinya dapat disimpulkan bahwa harapan mereka sama, yakni:
1. Persatuan Alawiyyin dan berkomitmen terhadap identitas sebagai Alawiyyin
2. Melahirkan generasi-generasi Alawiyyin sebagai pemimpin Bangsa. Baik itu pemimpin spiritual,pemerintahan maupun tokoh bangsa
3. Melahirkan generasi-generasi Alawiyyin sebagai kader da’wah yang baik untuk izzul Islam wal muslimin
4. Melahirkan generasi-generasi Alawiyyin sebagai para pakar diberbagai bidang kehidupan dan pemerintahan
Semua hal tersebut hanya dapat dilakukan jika Rabithah Alawiyyah sebagai organisai induk mengadakan pengkaderan secara sistematis diberbagai divisi yang ada terutama bidang pendataan nasab dan sejarah agar tidak ada lagi pendistorsian sejarah mengenai peranan kaum Alawiyyin di negri ini.
Kita bisa berkaca pada Alkhairat yang didirikan Sayyid Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua) di Palu yang berhasil mencetak para tokoh Nasional. Terbaru dua orang alumninya saat ini duduk sebagai Menteri di kabinet Indonesia Bersatu jilid II yaitu Sayyid Salim Segaf Alufri sebagai Menteri Sosial dan Sayyid Fadel Muhammad Alhaddar sebagai Menteri Perikanan.
Jika Alkhairat yang ruang lingkupnya kecil saja mampu berbuat demikian,mengapa kita tidak?
abdkadiralhamid@2013
0 Response to "Seminar Alawiyyin Nusantara 2011"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip