Kazuhiro Arai,Kazuo Morimoto,Syed Alidien |
Dan saya sangat takjub melihat mereka yang sangat antusias mendengarkan sambil mencatat setiap keterangan Kazuhiro yang didapat dari Syed Alidien. Gurat wajah puas dan takjub terlihat saat mereka melihat naskah asli keluarga Alattas tulisan tangan pakar nasab Sayyid Muhammad bin Alawy bin Hud Alattas yang diperlihatkan Syed Alidien. Bahkan mereka memastikan bahwa naskah tersebut benar-benar asli setelah meraba-rabanya dan bertanya bagaimana naskah ini bisa berada ditangan anda? “He is my tacher” kata Syed Alidien.
Tidak ketinggalan pula Syed Alidien memperlihatkan scan Naskah Aljunied karangan Al Habib Ali bin Muhammad bin Harun Al-Junaid yang keberadaannya dinafikan sebagian kalangan. Kitab ini adalah kitab nasab Alawiyyin yang usianya lebih tua yakni tahun 1286 H dibanding Syamsu Dzahirah karangan Shahibul Fatawa Al Habib Abdurahman bin Muhammad bin Hussain Al Masyhur pada tahun 1340 H.
Kazuhiro Arai dan Kazuo Morimoto takjub melihat naskah Alattas |
Adapun seputar pertanyaan mereka kepada Syed Alidien adalah berkisar tentang komparasi dan keterkaitan ilmu fiqih dan ilmu nasab. Bahkan yang membuat penulis takjub ialah mereka juga mengetahui istilah-istilah maupun klasifikasi status nasab seseorang seperti Shohihun Nasab dan Masyhurun Nasab sampai logika-logika standar mengitsbat nasab.
Tak terasa waktu menunjukan pukul 12:30 dan mereka pun pamit kepada kami. Sebelum pamit tak ketinggalan pula kami berfoto untuk mengabadikan momen tersebut. Mereka memberikan Syed Alidien cindera mata berupa kipas khas Jepang dan juga kartu nama mereka. Kazuo Morimoto memberikan hadiah berupa scan kitab Umdatu Thalib dan juga lauha serta manuskrip para Sayyid di Iran dan berkata “Syukran jazilan ya Naqibul Asyraf”. Namun penulis menyanggahnya “la laysa Naqibul Asyraf,bal huwa Khadimul Ansab”. “owh, ahsanta ya akhiy,great!! Khadimul Ansab” katanya tersenyum ramah.
Dari sana mereka akan bertolak ke Majalah Alkisah. Syed Alidien menitipkan salam untuk Syed Ali Yahya wakil pemimin redaksi Alkisah kepada Kazuhiro Arai. Tak dinyana saat kami mengantar para peneliti tersebut keluar,ternyata sopir yang mengantar mereka adalah dua orang Sayyid dari keluarga Banahsan dan Aidid yang menyalami kami.
Kazuhiro berkata kepada saya dengan bahasa Indonesia yang lancar dan agak cepat “ini pertemuan pertama kita dan kita sudah berteman di facebook,kapan-kapan kita berbincang lagi di facebook”.
Bisakah kita menganggap segala sesuatu itu sebagai ILMU bukan untuk kebanggaan atau KOMODITI untuk KONTROVERSI?
abdkadiralhamid@2013
SUBHANALLAH
BalasHapus