//

Wasiat Nasehat ( Ilmu )


Wasiat Nasehat ( Ilmu )

"Ilmu itu luas, sedangkan umur kita pendek, oleh karena itu, pilihlah ilmu yang sangat kamu butuhkan bagi agamamu dan tinggalkan yang lain.Perumpaan seorang Mukmin di dunia ini adalah seperti seorang pasien di tangan perawatan dokternya. Ketika si pasien menginginkan sesuatu, sang dokter melarangnya, setelah dia sembuh, barulah sang dokter mengizinkannya. Begitu seorang Mukmin, terkadang ia menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain tetapi Allah swt tidak mewujudkan keinginannya tersebut hingga dia meninggal dunia dan masuk surga. ( sebab kalau diberikan di dunia, akan membuat dia tersesat )( Sayyidina Salman Al-farisi )

“Ilmu dan Iman akan memudahkan orang untuk selalu Taqorrub ( mendekatkan diri) kepada Allah swt.”( Imam Hasan Basri )

“Seseorang yang mencoba melakukan apa-apa yang dilarang Allah swt selain dosa syirik, masih lebih daripada dia berfikir dengan pandangan ilmu kalam.”( Imam Syafi’i )

“Tujuan dari ilmu adalah mengamalkannya, maka ilmu yang hakiki adalah yang terefleksikan dalam kehidupannya, bukannya yang bertengger di kepala.”( Imam Syafi’i )

“Tidak ada satupun ilmu yang ingin aku pelajari setelah aku memahami tentang masalah halal dan haram, kecuali ilmu kedokteran, tapi mengapa kita jauh terbelakang dibanding dengan orang-orang nasrani?”( Imam Syafi’i )

“Cukuplah ilmu itu menjadi keutamaan bagi seseorang, ia bangga manakala disebut sebagai orang berilmu. Ia juga disebut bodoh manakala meninggalkan bagian dari pengetahuannya, dan jika kata bodoh itu ditujukan kepadanya, tentu ia akan marah.”( Imam Syafi’i )

“Barangsiapa yang ingin menjadi seorang pemimpin, niscaya kedudukan yang didambakannya itu akan meninggalkannya, dan jika ia telah menduduki jabatan, maka ia akan ditinggalkan banyak ilmu.”( Imam Syafi’i )

“Dasar ilmu adalah kemantapan dan buahnya adalah keselamatan. Dasar Wara’ ( menjaga diri dari sesuatu yang meragukan ) adalah Qona’ah ( menerima karunia Allah swt dengan dada yang lapang ) dan buahnya adalah ketenangan batin. Dasar Kesabaran adalah keteguhan hati dan buahnya adalah kemenangan. Dasar suatu Aktifitas adalah Taufiq ( pertolongan Allah swt ) dan buahnya adalah kesuksesan. Dasar Tujuan akhir dari segala Perkara adalah Shidiq ( benar ).”( Imam Syafi’i )

“Orang yang mengkaji ilmu faraid, dan sampai pada puncaknya, maka akan tampil sebagai sosok orang yang ahli berhitung. Adapun ilmu hadits, itu akan tampak nilai keberkahan dan kebaikannya pada saat tutup usia. Adapun ilmu fiqih merupakan ilmu yang berlaku bagi semua kalangan baik muda maupun yang tua, karena fiqih merupakan pondasi dasar dari segala ilmu.”( Imam Syafi’i )

“Seorang bijak menulis kepada seorang bijak lainnya : “wahai saudaraku, engkau telah dianugerahi ilmu, maka janganlah kamu kotori ilmumu dengan gelapnya dosa, sehingga kamu berada dalam kegelapan di saat para ahli ilmu berjalan dengan suluh ilmunya.”( Imam Syafi’i )

“Barangsiapa menghendaki akhirat, maka hendaknya ia ikhlas dalam mencari ilmu.”( Imam Syafi’i )

“Tidak ada orang yang mencari ilmu yang disertai dengan kemalasan; dan kekayaan menjadikan seseorang beruntung, namun keberuntungan itu akan melekat dalam diri orang yang senantiasa mencari ilmu dengan disertai semangat yang tinggi dan prihatin serta bersanding selalu dengan Ulama.”( Imam Syafi’i )

“Ilmu tidak akan dapat diraih kecuali dengan ketabahan.”( Imam Syafi’i )

“Barangsiapa mempelajari Al-Qur’an, maka mulia nilainya. Barangsiapa berbicara tentang fiqih, maka akan berkembang kemampuannya. Barangsiapa menulis hadits, maka akan kuat hujjahnya. Barangsiapa mengkaji bahasa, maka akan lembut tabiatnya. Barangsiapa mengkaji ilmu hitung, maka akan sehat pikirannya. Barangsiapa tidak menjaga jiwanya, maka ilmunya tidak akan berguna baginya.”( Imam Syafi’i )

“Pondasi dasar adalah Al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika tidak didapati dari keduanya, maka Qiyaslah berlaku. Jika hadits itu shahih, itulah yang disebut sunnah. Ijma’ itu lebih bisa dipertanggung jawabkan daripada hadits ahad. Yang diambil dari hadits itu adalah teksnya, namun jika hadits tersebut mengandung banyak penafsiran, maka carilah yang mendekati makna teksnya.”( Imam Syafi’i )

“Mencari ilmu lebih utama daripada shalat sunnah. Mempelajari hadits itu lebih baik daripada shalat tathawwu.”( Imam Syafi’i )

“Ilmu terbagi dua ; ilmu kesehatan dan ilmu agama. Yang dimaksud dengan ilmu agama disini adalah ilmu fiqih, sementara ilmu kesehatan adalah ilmu kedokteran.”( Imam Syafi’i )

“Pelajarilah dengan teliti suatu pengetahuan, agar engkau tidak kehilangan kedalaman arti kandungannya.”( Imam Syafi’i )

“Tak pantas, siapapun mengatakan halal dan haram kecuali berlandaskan pada pengetahuan. Dan ilmu itu adalah apa yang yang tertulis dalam Al-Qur’an, hadits, ijma’ ataupun qiyas. Dari dasar inilah kesemuanya akan terungkap maknanya.”( Imam Syafi’I )

“Andaikan aku ditakdirkan mampu menyuapkan ilmu kepadamu, pasti kusuapi engkau dengan ilmu.”( Imam Syafi’I )

“Aku akan merasa bahagia, jika semua orang mempelajari ilmu ini, dan sama sekali tidak menyandarkannya padaku.”( Imam Syafi’I )

“Betapa aku senang, jika semua ilmu yang aku ketahui dimengerti oleh semua orang, maka dengannya aku mendapat pahala, meskipun mereka tidak memujiku.”( Imam Syafi’i )

“Menuntut ilmu membutuhkan tiga hal : memiliki keterampilan, umur ( waktu ) yang panjang dan mempunyai kecerdasan.”( Imam Syafi’i )

“Jika kalian melihat kitab yang didalamnya ada catatan tambahan dan perbaikan, maka lihatlah kebenaran yang ada didalamnya.”( Imam Syafi’i )

“Mereka yang menguasai bahasa arab adalah jin yang berupa manusia, mereka melihat apa yang tidak dilihat orang lain.”( Imam Syafi’i )

“Sesungguhnya akal itu punya batas maximal, sebagaimana mata juga mempunyai batas pandang maximal.”( Imam Syafi’i )

“Siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka harus disertai dengan ilmu; dan siapa menghendaki akherat, juga harus dengan ilmu.”( Imam Syafi’i )

”Setelah semua kegelisahan itu, perhatianku ku pusatkan pada jalan sufi. Ternyata jalan ini tidak akan dapat ditempuh kecuali dengan ilmu dan amal. Langkahnya harus menempuh tanjakan-tanjakan batin dan penyucian diri untuk mengkondisikan kesiapan batin, kemudian mengisinya dengan zikir kepada Allah SWT.””Bagiku, ilmu lebih mudah daripada amal. Maka aku pun segera memulai perjalanan spiritualku dengan mempelajari ilmu para sufi terdahulu, membaca karya-karya mereka. Antara lain Quth al-Qulib karya Abu Thalib Al-Makki dan karya-karya Haris Al-Muhasibi. Juga ucapan-ucapan Junaid Al-Bagdadi, Asy-Syibli, Abu Yazid Al-Busthami “( Imam Hujjatul Islam Abu hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali )

"Kalian menghadiri majelis ilmu hanya untuk mencari jalan keluar bagi permasalahan duniawi kalian, bukan untuk mengobati penyakit hati. Kalian tidak mendengarkan nasihat para penceramah, tetapi meneliti kesalahan mereka, kemudian menghina dan mentertawakannya, kalian juga bermain-main dalam majelis. Sesungguhnya kalian sedang mempertaruhkan diri kalian kepada Allah swt yang Maha Agung dan Maha Mulia. Segeralah bertobat, jamgan mencontoh musuh-musuh Allah 'Azza wa jalla. Berusahalah untuk mengambil manfaat dari apa yang kalian dengar."( Sayyidina Syekh Abdul Qadir Jailany )


"Barang siapa duduk dalam majelis ilmu bersama seorang yang berilmu, tetapi tidak mampu menghapal sedikitpun ilmu yang disampaikan disana, maka dia telah mendapatkan tujuh kemuliaan :1. Dia mendapatkan pahala yang disediakan bagi penuntut ilmu.2. Selama duduk dalam majelis itu, dia terhindar dari perbuatan dosa.3. Rahmat Allah swt menghampirinya ketika dia keluar dari rumah menuju majelis itu.4. ketika orang-orang yang berada dalam majelis ilmu tersebut memperoleh rahmat, maka dia juga akan memperoleh bagian darinya.5. Selama dia mendengarkan kajian di majelis itu, dia tercatat sebagai seorang yang sedang beribadah kepada Allah swt.6. ketika dia sedih karena kurang mampu memahami kajian yang disampaikan, maka kesedihannya itu menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.7. Di majelis itu dia akan melihat kemuliaan seseorang yang berilmu dan kehinaan seorang pendurhaka. Akhirnya dia akan menyukai ilmu dan membenci perbuatan fasik.( Syekh Abul Laits )

“Keridhoan Allah swt dan Rasulnya terletak pada muthalaah( mempelajari dan memperdalam ) Al qur’an dan hadits serta kitab-kitab agama islam.”( Al-Imam Auliya Al-Habib Abdullah bin Abu Bakar Al-Aydrus )

“Orang yang bahagia adalah orang yang disenangkan oleh Allah tanpa alasan tertentu dan orang yang sengsara adalah orang yang disengsarakan Allah tanpa sebab tertentu. Demikianlah menurut ilmu hakikat. Sedangkan menurut ilmu syariat; orang yang bahagia adalah orang yang oleh Allah diberi kesenangan dengan melakukan berbagai amal saleh, dan orang yang disengsarakan oleh Allah dengan meninggalkan amal-amal saleh dan melanggar syariat agama.”( Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim Ra )

“Sumber-sumber ilmu tidak akan berkurang sedikitpun dari generasi terkemudian, akan tetapi pada umumnya mereka datang dengan membawa wadah yang bocor, sehingga tidak memperoleh ilmu kecuali sedikit.”( Imam Qutbil Anfas Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas )

“Camkanlah, jangan sampai kalian tidak mempelajari ilmu bahasa, Nahwu dan shorof. Karena ilmu bahasa merupakan dasar dan perantara kalian untuk memahami semua ilmu.”( Imam Qutb Al-Arif billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi )

“Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang tidak akan meninggalkanmu di dunia maupun di akhirat. Ilmu adalah Alat. Meskipun ilmu itu baik, tapi hanyalah alat, bukan tujuan. Ilmu digunakan hanya untuk mencapai tujuan. Ilmu harus diiringi adab, akhlaq danniat-niat saleh. Ilmu demikian inilah yang dapat mengantarkan seseorang kepada maqam-maqam yang tinggi.” ( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )

“Pelajarilah ilmu, tanamkan dalam hati niat untuk mengamalkannya, maka Allah swt akan mengembalikan semua yang hilang dari kalian.”( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )

“Jika kau membaca sesuatu dan tidak dapat memahaminya, atau hatimu tidak hadir sewaktu membacanya, maka ulangilah lagi di waktu yang lain. Sebab setiap waktu memilki rahasia yang berbeda.”( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )

"Saat-saat ini aku jarang melihat santri-santri atau siswa-siswa madrasah yang menghargai ilmu. Banyak aku lihat mereka membawa mushaf atau kitab-kitab ilmu yang lain dengan cara tidak menghormatinya, menenteng atau membawa dibelakang punggungnya. Lebih dari itu mereka mendatangi tempat-tempat pendidikan yang tidak mengajarkan kepada anak-anak kita untuk mencintai ilmu tapi mencintai nilai semata-mata. Mereka diajarkan pemikiran para filosof dan budaya pemikiran-pemikiran orang Yahudi dan Nasrani."( Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )

"Apa yang akan terjadi pada generasi remaja masa kini? Ini tentu adalah tanggung jawab bersama. Al-Habib Ali pernah merasakan kekecewaan yang sama seperti yang aku rasa. Padahal di zaman beliau, aku melihat kota Seiwun dan Tarim sangat makmur, bahkan negeri Hadramaut dipenuhi dengan para penuntut ilmu yang beradab, berakhlaq, menghargai ilmu dan orang 'Alim. Bagaimana jika beliau mendapati anak-anak kita disini yang tidak menghargai ilmu dan para Ulama? Niscaya beliau akan menangis dengan air mata darah. Beliau menambahkan bahwa aku akan meletakkan para penuntut ilmu di atas kepalaku dan jika aku bertemu murid yang membawa bukunya dengan rasa adab, ingin rasanya aku menciun kedua matanya."( Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )

"Aku teringat pada suatu untaian mutiara nasihat Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas yang mengatakan; Ilmu adalah alat, meskipun ilmu itu baik ( hasan ), tapi hanya alat bukan tujuan, oleh karenanya ilmu harus diiringi adab, akhlaq dan niat-niat yang sholeh. Ilmu demikianlah yang dapat mengantakan seseorang kepada maqam-maqam yang tinggi."( Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )

abdkadiralhamid@2013

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Wasiat Nasehat ( Ilmu )"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip